Ali menjalankan mobilnya ke apartemen Fathir, tak butuh waktu lama untuk sampai disana, mobil sport Merah BMW itu mendarat di lobby, ia memarkirkan mobilnya disana. Apartemen Fathir di lantai 10,ia harus menaiki lift terlebih dahulu.
"Ali, "
Ali menoleh. Di lihatnya Randy berada di ujung seberang, Randy temannya sewaktu SMA dan menempati apartemen ini juga. Sekarang Randy tengah menempuh pendidikan kuliah jurusan hukum. Randy berjalan ke arah Ali, walau ia sedikit kesusahan membawa baju yang baru saja ia laudry.
"Whats up broo " Mereka berpelukan ala lelaki, Randy menelisik pakaian temannya itu. Tampak lebih rapi daripada jaman SMA,pikirnya. Dulu waktu ia melihat Ali semasa SMA membuatnya ingin selalu nyebut, wajar saja dulu Ali suka sekali mewarnai rambut dan berpakaian seenaknya sendiri.
"Udah rapian ya sekarang. Kemana rambut yang pernah Lo semir jadi warna pelangi"
"Sialan Lo ah... Gue udah berubah" Jawab Ali sambil menonjok lengan Randy, lelaki itu meringis dan menatap Ali kesal.
"Berubah ya? Tapi masih ada aja sengak"
"Bawaan lahir" celetuk Ali, ternyata temannya itu masih mengingat kelakuan buruknya. Ali dulu suka mewarnai rambut karena ia sering merasa bosan dengan rambut hitamnya, walau ia berujung masuk BK gara-gara rambutnya itu.
"Mau kemana lo Li,? "
" charger gue ketinggalan di apartemen Fathir"
"Oh,gitu" Randy mengangguk-angguk mengerti.
"Gue cabs dulu yee"
"Main ke apartemen kali, sejak Lo sekolah penerbangan gue belum pernah lihat Lo " Katanya, memang keduanya sama-sama sibuk. Masalah pernikahan Randy tahu itu, karena dulu ia ikut kondangan walau pun ia kaget melihat Ali yang menjadi pengantin, bukan Fathir.
Ali mengangkat tangannya,Ia melihat jam tangannya menunjukkan pukul 8 malam. "Sorry deh Ran, gue juga gak lama disini. Besok gue Flight, jadi ya istirahat" jawabnya tak enak. Randy mengerti, pekerjaan Ali bukanlah pekerjaan gampang yang waktunya pasti dan pasti, Seorang pilot bekerja tak paruh waktu. Bahkan saat kita tertidur lelap, seorang pilot palah akan berangkat kerja mengantar penumpang ke berbagai tujuan.
"Oke lah Li.... Besok2 gue deh main kerumah, " Randy menepuk pundak Ali. " Iya, duluan Ran " Ali pergi dari hadapan Randy, ia menaiki lift menuju lantai 10 dan berjalan lorong demi lorong apartemen ke apartemen milik Fathir.
2101
Ali memencet angka pasword, masih sama sandinya, yaitu tanggal lahir Alfian. Ia meraih gagang pintu, sedikit mendorongnya.
Drettt Drettt
Getaran di saku celana nya membuat Ali mengurungkan niatnya masuk ke apartemen, ia mengambil benda pilih itu dari sakunya lalu menempelkan ke telinga.
"Iya ada apa, Pa" ia berbicara.
"Nanti kamu belikan papa ketoprak, "
" Iya iya, nanti Ali beli'in "
" Sama kerak telor, atau gak martabak "
" Iya, apalagi pa? "
" Emm... " ia nampak berfikir. " Wedang rindu"
"Apa? Memang ada? " Ali bertanya, seumur-umur ia baru mendengarnya.
" Wedang ronde papa, gak ada Wedang rindu " Ali mendengar mamanya menyahut.
" Iya, Wedang ronde Li" Lanjut Papanya.
"Yaudah nanti Ali cari"
Ali memutuskan panggilannya. Dan kini ia membuka pintu dan masuk ke apartemen Fathir, terlihat sangat berantakan. Dan apa ini? Ada pakaian dalam wanita di sofa, Ali menyingkirkan dengan kakinya dan melemparnya ke tempat sampah. Pasti Fathir sudah membawa cewek mainannya ke apartemen, fikir Ali tanpa curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Menembus Awan
Fanfiction[COMPELETED ] #56 dalam fanfaction 03/12/17 Namanya Ali, menurut kakaknya anak liar, berandal yang tak lulus-lulus dari sekolah penerbangan. Dia si lelaki ketus, dingin, tak peduli dengan sekitar. Pertemuan kami terjadi di lift, dan dia ganti baju...