Rasa Ini

4.5K 522 25
                                    

"Kalian? "

Melihat Ali pergi prilly kian bingung. Ia ingin bangkit mengejar, tapi ia rasakan tubuhnya sudah tak berbalut satu helai kain pun selain selimut, Prilly terduduk lagi seraya menarik selimut menutupi tubuhnya.

matanya memanas, air mata meleleh begitu saja keluar dari pelupuk matanya. Apa yang terjadi pada dirinya?  Apa yang telah ia lakukan adalah hak yang sangat fatal, Hal Zina yang tak terampunkan. Ia telah meminta, ia telah merengek ke Fathir meminta itu semua. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? 

"Kamu terpuaskan?"

Prilly melirik Fathir tajam. Lelaki itu tengah memakai kaos hitam polos. Fathir tersenyum miring, Dibenahinya rambutnya yang berantakan sebentar lalu menyusul Prilly Ke ranjang. Ia membaringkan tubuhnya di samping Prilly, sementara Prilly langsung menjauh.

"Kenapa nangis? Padahal baru saja kita nersenang-senang huhh... " Fathir mendengus, ia mengambil ponsel di nakas lalu menggeser-geser menu disana. Prilly sama sekali tak menjawabnya, hanya ia mendengar isakan dari wanita di sebelahnya itu.

" kamu sangat menikmati. Tapi sayang... " Fathir tersenyum kecut menjeda ucapannya " Kau memanggil ku Ali " lanjutnya.

Prilly menoleh, Ia menyeka air matanya kasar. Ia melakukan itu dibawah kesadaran, ia dipengaruhi alkohol dan obat perangsang.

" Jadi kamu menikmati sambil mambayangkan aku Ali, begitu? "

" Aku tahu aku mirip dengannya. Tapi tetap saja itu aku, Fathir "

" Kamu brengsek " Prilly mendesis. Ia menatap Fathir sangat tajam, Tangan di sampingnya terkepal mencengkeram sprei.

" kamu bilang aku brengsek? Ha ha ha, Dasar murahan "

Plak

Prilly melayangkan tangannya tepat di pipi kanan Fathir. Tangan Prilly gemetar seraya menjauhkan dari wajah Fathir. Fathir menggertakkan giginya, Ia memegang pipinya yang terasa panas dan perih lalu menarik kasar sprei yang membungkus tubuh Prilly.

"Jangan kurang ajar, kau" Teriak Prilly, ia mempertahankan selimutnya itu.

" Kau berani denganku. Aku akan melakukan itu lagi dan lagi, tapi dengan kasar. Kau mau hahh? "  Fathir mencengkeram dagu Prilly, Membuat Prilly mendongak dan menahan nafas.

" Le-lepas " napas Prilly tersenggal-senggal, Fathir seperti mencekiknya.

" Layani aku dulu, " Fathir menyeringai, ia mencium Prilly secara kasar. Prilly memberontak, ia memalingkan wajahnya berulang-ulang namun Fathir langsung mencekeram dagunya. Fathir benar-benar penjahat kelamin yang beringas.

" shhh... Kau membuat ku mabuk kepayang" Fathir menurunkan ciumannya ke leher Prilly, meninggal kiss Mark lagi.  Prilly mendorong Fathir, hingga laki-laki itu terjengkang ke belakang, laki-laki itu mendarat di ubin.

Prilly mengambil kemeja di lantai, ia langsung memakainya asal lalu bangkit dan pergi dari kamar terkutuk itu. Namun baru beberapa langkah, Tangan Fathir menahan lengannya. Prilly mundur, beringsut menjauhi Fathir dan mencoba membuka pintu yang terkunci rapat.

"Mau lari kemana sih?"

"Aku mohon, jangan sentuh aku. Aku mohon" Prilly menangkupkan telapak tangannya di dada,air mata masih saja terus mengalir, ia merasa Tulang nya tak berfungsi menopang tubuhnya dan membuat ia kian lemah dengan terduduk di lantai meminta Fathir membebaskannya.

"Aku mohon... Aku mohon padamu, jangan lakukan itu lagi"

Fathir melepas bajunya membangunkan ke sembarang arah, ia berjongkok di depan Prilly, memberikan senyuman terbaiknya. Fathir mendekatkan tubuhnya lalu menarik Prilly dalam dekapannya  "Aku melakukan ini karena aku tak mau kehilangan kamu," bisiknya.

Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang