Marriage

8.2K 646 47
                                    

"Li... Kamu nyambut tam-" Ucapan Alysa terhenti melihat Ali yang nampak murung di dalam kamarnya. Percaya atau tidak lelaki itu bahkan belum bersiap-siap dan masih asik memeluk guling serta menatap layar ponselnya yang terdapat foto dirinya dan Prilly. Alysa menggelengkan kepalanya pelan, di hampirinya Ali dan ia duduk di samping Ali.

"Kamu belum siap-siap?" Ia bertanya, "Kan udah di siapin bajunya "Lanjut Alysa menunjuk tuxedo hitam yang tergantung di pintu.

" Males " Ali membalas seraya menggelengkan kepala. Di tutupnya layar screen handphone nya lalu menyembunyikan wajahnya di bantal.

" Gak boleh gitu ah... Bangun!!  Siap-siap!!  acaranya mau mulai 30 menit lagi " Alysa membalikkan tubuh Ali serta menggoyangkan punggung lelaki itu. Ali mendengus kesal dan dengan malas Ali bangun, berjalan ke kamar mandi membersihkan dirinya dan menggunakan pakaian yang disiapkan Alysa. Alysa masih di kamar Ali, wanita itu harus memastikan jika Ali benar-benar memakai pakaiannya.

"Aduh...ini rambut berapa hari gak disisir" Alysa menyisir rambut Ali,walau ia harus berjinjit menyamakan tingginya dengan lelaki itu.  "Aduh.. Sakit,jangan ditarik aja"  Ali sampai membungkuk karena rambutnya yang tertarik.

"Pomade mana Li? Biar rapian"

"Itu " Ali menunjuk Pomade di antara botol farfumnya parfum nya. Diambilnya pomade itu lalu di gunakan untuk merapikan rambut Ali  " Udah deh Sa, gue bisa sendiri" Ali menahan tangan Alysa dan menurunkannya.

"Gak. Pokoknya kamu harus kece, biar gak kalah sama Fathir " Alysa bersikeras tak mendengarkan perkataan Ali.

" Orang ganteng mah mau di apain juga ganteng kali. Pake kaos kutang sama sempak aja tetep ganteng " Ali tersenyum kecut seraya mengembalikan pomade ke tempatnya asal.

" Pede banget... " Alysa mencibir. Rambut Ali sudah di rapikannya, ia membenarkan kerah kemeja Ali. Namun saat berjinjit Alysa palah jatuh karena rok batiknya ke injak high hills yang ia kenakan, untung Ali sigap memeluk pinggang Alysa.

Alysa menatap mata Ali sebentar,Tatapannya masih sama. Karena ia masih sangat mencintai Ali, namun kembali lagi ke keadaan yang tak mendukung. Ia melepaskan tangannya yang berpegangan pada bahu Ali.

" Lepas Li. Entar aku CLBK lagi " Alysa meringis, sementara Ali langsung melepaskan Alysa dengan hati-hati. Alysa membenarkan baju Ali kembali,dan ia barteriak girang karena Ali sudah siap dan tambah ganteng menurutnya.

" Sekarang kamu turun. Mama papa udah nunggu "

" Lo mau disini? " Tanya Ali.

" ya ikut turun lah.. Ngapain aku disini " Alysa mendorong punggung Ali untuk segera keluar. Di bawah sana sudah ramai,Penghulu dan beberapa saksi telah datang dan duduk di tempatnya masing-masing. Prilly terlihat bersama Anis dan Reno duduk di kursi tempat akad nikah akan berlangsung.

Ali menatap gadis itu dari lantai atas, ia berpegangan pada besi pembatas seraya menatap ke bawah sana. Wanita itu Sangat cantik dan anggun dengan kebaya putih berbordir. Andai saja jika ia yang menjadi pengantin pria nya,pasti akan sangat bahagia.  Alysa memegang lengan Ali, ia mengerti apa yang dirasakan Ali. "Cinta memang menyakitkan, tapi cinta juga saling menguatkan. Aku gak pernah mengambil kesempatan dalam kesempitan,Mungkin bagi semua orang berfikir aku senang melihat Ara menikah dan Aku bisa bersamamu lagi. Tapi aku bukan seperti itu," Alysa berkata. Sempat terselip rasa senang melihat Ali tak bisa bersama Ara, tapi ia bukanlah orang jahat yang kerap mencuri kesempatan dan berbahagia di atas penderitaan orang lain. Intinya ia merasa prihatin.

"Kita sama-sama orang yang tersakiti dalam cinta. Kita rujuk aja? " Ali menoleh pada Alysa.

" Kamu ngajak aku rujuk? " Alysa tersenyum kecil.

Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang