Penjelasan

5.2K 541 14
                                        


"Aku mau bicara sama kamu, Ara"

Ali menarik tanganku keluar, dia membawaku ke lantai atas atau roof top gedung kantor ini. Ia melepaskan tanganku begitu saja, dan ia berjalan ke pinggir roof top melihat gedung-gedung tinggi berdampingan. Entah apa yang ingin ia bicarakan?

Aku hanya bisa diam menunggu dia memulai pembicaraan, Angin kencang meniup niup rambutku membuatnya berkibar. Sepertinya Jakarta akan hujan, langit nampak mendung dengan awan menggumpal hitam di atas kami. Aku berdiri di belakangnya, dengan segala pertanyaan ini semua.

"Kamu, Jatuh cinta dengan aku ? " Katanya, tanpa menoleh ke arahku.

" eeee... Anu, gimana ya? " aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, bagaimana ini? Ali berjalan ke arahku, dan itu semakin membuatku takut. Takut mengakui perasaan ini, bagaimana pun aku tahu masih ada wanita lain di dikehidupan Ali.

" Benar yang kamu katakan tadi? "

" I-iya " jawabku gugup. Aku menyisihkan poniku ke samping, karena aku sangat gugup. Dia melengos, menghela nafas panjang lalu kembali menatap. Tatapannya sendu, menyiratkan tentang sesuatu.

" Tapi aku tidak cinta kamu "

" Aku tahu " Jawab ku lirih. Kenapa ini, dadaku sakit dan sesak seperti di tikam benda tajam. Aku menunduk, dengan batas gemetar dan tangisan yang perlahan aku keluarkan.

" Kamu tahu. Kenapa kamu biarkan rasa itu tumbuh? " Dia menghampiri ku, menaruh tangannya di pundakku dan menepuknya pelan. Aku menangis, tanpa terdengar isakan dan aku menangis dalam diam. Bagaimana aku menghentikan perasaan ini? Saat orang itu terus mendekat dan memaksa hatiku terbuka. Aku menyeka air mataku cepat, aku tak mau terlihat lemah

"Siapa yang salah Ali. Saat wanita bersama pria, dan dia membuatnya nyaman. Perasaan itu datang, jatuh secara tiba tiba dan mendesak. Aku tidak pernah tau, kenapa aku jatuh cinta? Karena yang aku tahu, " aku menjeda ucapan ku, aku menghela nafas panjang lalu menatapnya "aku nyaman" Lanjut ku.

"Maaf jika aku salah. Tapi aku hanya menganggap kamu teman, dan kenyamanan yang aku berikan. Karena aku menganggap kamu teman "

"Teman macam apa yang ngajak ta'arufan" Ucapku pelan, setelah menepis tangannya, Dia bergeming tak bersuara. Dengan berdiri satu meter dariku, Ia menunjukkan raut kesedihan. Entah aku tak tau apa itu?

"Aku hanya bercanda"

"Jadi, memainkan perasaan ku itu juga bercanda "

" enggak, aku enggak nyuruh kamu untuk punya rasa sama aku"

"Dasar lelaki," sinisku.

"Kenapa? "

" Tukang buat baper. "

" udah kenyang " katanya.

" Laper "

" oh tango"

"Itu wafer " Pekikku. Gemas campur kesal, itu yang aku rasakan. Jadi aku menangis sambil ketawa.

" Wafer itu air"

"Water li.  Water "

" kamu gak usah cinta sama aku " katanya setelah memegang tanganku, aku memalingkan arah lalu kukatakan " Sudah terlanjur "


" Terlanjur? "

" Aku terlanjur cinta sama kamu "

" gak boleh "

Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang