Antara FATHIR Dan ALI

5.4K 603 3
                                    

Masih teringat sisa semalam, saat - saat aku menghabiskan malam bersamanya. Ya tuhan, rasa ini kian semakin jauh menembus ke relung hati. Sekuat aku menahannnya semakin berat pula aku melakukan, sepertinya perasaan ini sudah menancap seperti jangkar jatuh ke dasar lautan. Memang manusia tidak bisa menolak, karena yang namanya cinta bisa datang kapan saja.

Aku mengambil susu dalam kulkas, lalu menata sarapan berupa roti di oles selain kacang. Ku makan itu sambil memainkan ponsel, dimana aku kembali membatalkan pemblokiran akun sosmed Ali yang sudah aku blokir. Mungkin ini berarti aku sudah membuka hati ku kembali.

Drettt Drettt

Dering ponsel ku mengalihkan fokusku, aku menggeser slide answer dimana nomor tak dikenal menghubungi ku. Terdengar bunyi kresek-kresek di seberang, sementara Aku tak berbicara menunggu si dia memulai.

"Bisa saya berbicara dengan Tiara Prilly Ayunda"

Aku menegakkan badanku.suaranya menggema tegas, namun aku tak mengenali siapa pemilik nomor ini.

"Iya... Saya sendiri " kujawab.

" Anda datang ke Bandara soetta sekarang juga,ada yang ingin dibicarakan sama boss besar "

" Iya iya.. Saya segera kesana"

Ku tutup telepon ini. Lalu dengan cepat menghabiskan roti di tanganku dan berangkat ke Bandara soekarno - Hatta. Aku sudah deg deg'an perihal masalah ini,bagaimana kalau aku di pecat dari pekerjaan ku sebagai instruktur pelatihan pramugari.

"Mbak Ratih... Ada apa? Kenapa saya dipanggil? " sesampainya disana, ku tanya pada Mbak Ratih yang merupakan senior Flight Attendant dan sekarang telah menjadi instruktur Flight Attendant Wannabe.

"Kamu berjalan saja... Sudah di tunggu pak boss" jawabnya.

"Ah iya.. "

Aku masuk ke dalam ruangannya. Dan disana ada sosok orang yang sudah lama aku kenal, dia ketua tim penyeleksi saat aku masih pelatihan dulu. Jadi deg deg'an gini.

" Langsung saja. Apa kamu tak tertarik kembali ke pekerjaan mu? "

" Maksud bapak jadi pramugari? " ku tanya.

" Ya...kamu masih sangat muda. Tapi kamu memilih pensiun dini"

"Saya akan pertimbangkan. "

" Kalau kamu mau. Segera lakukan test madex, dan urus semua surat-suratmu. Lagipula kamu juga mendapat rating yang bagus kan dulu? "

" I... Iya pak"

"Pikir baik-baik"

"Terimakasih pak bos"

Aku keluar dari ruangan dengan rasa bimbang. Kalau aku kembali menjadi Flight Attendant, maka aku akan kembali pada masa lalu dimana aku akan jauh dari keluarga. Tapi aku juga rindu dengan pekerjaan ini dibandingkan dengan duduk berjam-jam di depan komputer, Aku harus bagaimana?

Kembali aku gelisah. Sepertinya aku harus pulang ke Pekalongan meminta pendapat ibu, bagaimana pun ini juga menyangkut tentang ibu. Ku ambil ponselku di tas, dan menelepon Pak Fathir untuk meminta ijin. Mungkin 2 hari untuk sampai dan menginap semalam.


-

Disini aku sekarang. Di sebuah rumah dengan model jaman dulu dan menggunakan kayu yang masih sangat kuat. Saat ini aku sedang berada di ruang tengah sambil meminum teh dan menonton TV. Bersama dengan Kak Reno yang duduk di samping ku dan istrinya di sebelahnya serta ibu di depanku membuat suasana keluarga ini menghangat, Kak Reno masih menatap ku biasa seperti kakak beradik tapi berbeda dengan istrinya yang menetapkan tak suka.

"Aku mau minta pendapat. Aku mendapat tawaran menjadi pramugari meneruskan karir ku dulu, menurut ibu bagaimana? " Kataku. Aku butuh pendapat mereka, karena aku tak bisa memikirkan ini sendiri.

" Kalau ibu terserah kamu. Apa yang kamu senangi ibu juga senang " katanya. Aku menatap kak Reno, " Menurut kakak? "

" Sebenarnya kakak tidak keberatan. Biar kakak yang merawat ibu, tapi kita harus gadaikan rumah ini untuk biaya ibu berobat. Pekerja sebagai pramugari tak mencukupi untuk kebutuhan kamu dan ibu, dek" Katanya. Lagi - lagi penggadaian rumah, Aku menghela nafas panjang. Sangat berat untukku ku putuskan tentang masalah rumah.

"Kakak kan bisa bekerja. Apa gaji kakak gak cukup, lagipula aku membantu kan?"

"Gaji sebagai guru tak sebesar itu. Hanya 3-5 juta, dan itupun untuk keperluan kakak. Apalagi sebentar lagi kakak juga akan punya anak, harus nabung"

"Aku juga nabung untuk masa depanku, kak"

"Sudah sudah. Ibu kan masih punya ruko, itu cukup untuk ibu sendiri " kata ibuku. 

" Kak Anis. Kakak tinggal disini bersama ibu, Rawat ibu disini. Aku gak bisa setiap saat mengunjungi ibu, apalagi kalau aku benar-benar kembali menjadi pramugari"

"Iya" Katanya acuh.

" Tapi dek. Kalau kamu berhenti dari kantor, rumah dinas kamu akan ditarik"

"Aku bisa numpang di apartemen temanku,"

"Semoga pilihan kamu yang terbaik "

" Terima kasih kak " Aku memeluk kakakku, Pelukan hangat seorang kakak yang selama ini tak tergantikan dan yang selalu aku rindukan. Malam semakin larut, kami pun perlahan meninggalkan ruang tengah dan kembali ke kamar masing - masing.

-

Lepas pulang dari rumah ibu dan ijin selama dua hari. Aku kembali ke kantor, bukan untuk bekerja tapi untuk mengundurkan diri. Tentu sangat berat meninggal pekerjaan ini, terutama berpisah sama teman-teman. Mbak Jannah dan Mifta yang pasti akan sangat aku rindukan.

"Saya mau Resign dari kantor pak "

Bos Fathir menatapku. Ia melihat surat Resign dariku, Lalu meletakkan di sampingnya. " Kamu mau Resign, alasannya apa? " katanya.

" Saya ingin kembali menjadi pramugari" ku jawab.

"Enggak... Kamu tetap stay di kantor"

"Ya gak bisa dong pak. Saya mau Resign pokoknya " Kok ngotot sih aku.

" Pramugari tak menjamin hidupmu. Kalau sudah 35 tahun kamu juga diberhentikan "

" Saya tetap akan resign " kekehku.


" Bilang saja kamu Mau ingin berdekatan dengan Ali, " Katanya yang tiba tiba mlenceng dari pembicaraan. Kenapa membahas Ali, padahal ini masalah pembicara pekerjaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan Ali.

" Ini tak ada sangkut pautnya dengan Ali. Lagian darimana bapak tahu, jangan asal menuduh "


" Saya memantau kamu. Dan saya lihat kamu bersama Ali akhir-akhir ini"

"Jadi bapak memata-matai saya? " Aku mulai emosi, Atas hak apa dia memataiku. Seperti tak ada pekerjaan Lain.

" Karena saya suka sama kamu. Saya cemburu kamu dekat dengan adik saya " ia menghampiri ku, mengambil tanganku lalu di genggam nya. Aduh, ini si boss kok makin nekat saja sih. Aku harus gimana cobak?

" Tapi saya cintanya sama adik bapak " kataku menggebu-gebu,menghempaskan tangannya. Dan saat aku ingin meninggalkan kantor tiba - tiba aku melihat Ali sudah berdiri di depan pintu. Sontak mataku membulat, kalau ia dengar gimana?


Help me please...




To be cointinued



Komen, vote dan share.










Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang