"Masuk! Udara malam dingin" Ali menunjuk pintu dengan dagunya, Prilly mengangguk. Ia merogoh saku kemeja yang ia kenakan. Upss, ini kan kemeja punya Fathir, sementara kunci rumah berada di dalam tas yang kemungkinan besar masih di dalam apartemen Fathir.
"Why? "
" Kunci rumah ketinggalan di apartemen " Prilly mendesah sebal. Ali melihat ke sekitar, Perumahan ini cukup sepi dan tak mungkin ia meninggalkan Prilly. Lebih baik Ali membawa Prilly kerumah, iya itu jalan yang terbaik.
" Kamu ikut sama aku aja, "
" ke? "
" Ke rumah " Ali menjawab.
" Gak mau ah, malu sama orang tua kamu "
" Gak papa" Ali menarik tangan Prilly tanpa meminta persetujuan, ia memasukkan Prilly ke mobil. Ia masuk ke dalam kemudi, lalu Ali seperti mencari sesuatu di jok belakang. Setelah mendapat apa yang ia cari, lelaki itu tersenyum puas.
"Kebetulan ini ada baju punya Alysa, kamu pakai gih" Ali memberikan satu setel baju, "Masih baru" Lanjutnya. Prilly mengangguk, ia menerima baju itu dengan senang hati.
"Aku ganti di mana?"
"Di belakang aja, aku gak lihat lok"
Prilly pindah ke jok belakang, mengganti bajunya dengan baju pemberian Ali. Sementara Ali sesekali meliriknya tanpa sepengetahuan Prilly. Itung-itung cuci mata.
"udah? "
" Udah " Prilly pindah ke depan. Dan Ali menjalankan mobilnya menuju rumahnya. Suasana kembali hening mengantarkan perjalanan ini. Prilly terus mengingat kejadian yang menimpanya, bagaimana mungkin ia lupa? Kejadian laknat itu telah merusak hidupnya, apa yang akan ia hadiahkan untuk suaminya kelak kalau hadiah itu sudah ada yang merenggutnya?
"Kenapa nangis? "
" Kamu Tahu apa yang terjadi? "
Hening
" Aku tak bisa menerima ini? " Prilly menutup wajahnya dengan tangan, ia menangis lagi. Sementara Ali tak bisa berbuat banyak selain membantu menyeka air mata Prilly. Kejadian yang menimpa Prilly sungguh berat, dan ia sendiri tak bisa menerima. Dirinya saja tidak bisa menerima Prilly diperlakukan seperti itu, apalagi Prilly yang merasakan?
"Bagaimana kalau kakak tahu? Kalau ibu tahu? " sekarang bukan cuma dirinya. Masih ada keluarga yang sangat memperhatikan dirinya, setiap perubahan pada dirinya akan tercium oleh keluarga. Pasti ibunya akan marah besar, itu pasti karena Ibu adalah orang pertama yang terluka melihat anaknya terluka.
"Aku tak tahu banyak Ra. Aku tak tahu banyak apa yang terjadi, kamu yang sabar " Ali meremas bahu Prilly memberinya kekuatan. Kalau memang Fathir mau bertanggung jawab ia akan melepaskan, tapi kalau Fathir kabur seperti dulu. Ia siap menggantikannya lagi.
" Aku takut hamil " Lirihnya seraya mengusap perut ratanya. Semoga saja ia sedang masa tak subur, Dan tak ada benih Fathir yang berbuah di rahimnya.
" Insyaallah Ra. Kalau misalkan kamu hamil, itu rezeki"
"Rezeki dari mananya? Aku di perkosa" Prilly berteriak marah. Ia tak siap dan ia tak mau hamil, apalagi anak dari si pria brengsek itu.
"Kalau semua anak di salahkan. Maka aku juga akan membenci Alfian begitu, dia juga dari hasil hubungan gelap "
" Dia anak haram, dan aku tak mau punya anak haram seperti Alfian " Kata Prilly geram. Ia belum tahu Alfian anak Fathir, ia menyimpulkan jika Alfian anak Ali hasil dari hubungan gelapnya dengan Alysa. Yang ia tahu Ali sudah bercerai dengan Alysa, Berarti Ali sama saja seperti Fathir yang suka berhubungan sebelum menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Menembus Awan
Fiksi Penggemar[COMPELETED ] #56 dalam fanfaction 03/12/17 Namanya Ali, menurut kakaknya anak liar, berandal yang tak lulus-lulus dari sekolah penerbangan. Dia si lelaki ketus, dingin, tak peduli dengan sekitar. Pertemuan kami terjadi di lift, dan dia ganti baju...