Kekecewaan

4.1K 502 37
                                    

Menghadapi Fathir hanya akan emosi. Prilly duduk di kursi dekat meja bar, sambil terus mengontrol nafasnya yang memburu. Dasar Fathir, gak waras dan pantas jika masuk rumah sakit jiwa. Bisa-bisanya ia bilang dirinya hamil, padahal tidak sama sekali.  Prilly meraih gelas, namun tak sengaja tangannya meleset dan gelas kaca itu jatuh ke lantai menimbulkan bunyi yang nyaring.

Pranggg

"Astagfirullah... " Prilly berjongkok, memungut pecahan beling itu. Crushh,," Shhhh...." Prilly mendesah, diemutnya telunjuk yang berdarah terkena pecahan beling. Ia meringis, dicucinya tangan itu dengan air keran, sementara Asih datang membantu membersihkan pecahan beling.

"Kenapa sampai begini sih Ra? "

" Gak tau.. Tiba-tiba meleset terus jatuh " Jawabnya. " Perasaan Aku jadi gak enak gini? " Prilly meraba perasaannya, entah apa tapi ia merasakan hatinya tak tenang bertepatan dengan gelas yang jatuh.

" Gak enak gimana? "

" Aku gak bisa jelasin " Prilly pun tak tahu ia gelisah karena apa?

" Kamu beri betadine, nanti infeksi. P3K ada di laci ruang tengah " Kata Asih, Prilly mengangguk dan berlalu menuju ruang tengah. Memerban lukanya agar tak infeksi. Sementara di ruang tengah terdapat Fathir yang sedang duduk sambil menonton TV. Prilly tak melirik sama sekali, Biarkan Fathir hanya di anggap angin lalu.

" Kenapa tangan itu? " Fathir bertanya,.

" Bukan urusan kamu " jawabnya.

" Oh " balasnya. Fathir tengah melihat barisan kunci-kunci mobil di meja, ia terlihat bingung mau memakai mobil mewah yang mana lagi. " Menurut kamu. Mending ferrari atau lamborghini? " tanyanya.

" Gak ada pertanyaan yang lebih penting gitu? "

" oh gitu ya.. Kamu mau gak jadi istri saya, mendampingi seumur hidup saya, menjadi ibu bagi anak-anak saya? " Fathir berucap serius, kali ini ia berjongkok di depan Prilly sambil memegang tangan wanita itu. Prilly melepaskan tangannya,dan menatap Fathir sengit.

" aku hitung satu menit.. Kalau diam berarti iya"

"Apasih... "

" 60...3 2 1...selesai.. Jadi jawabannya IYA "

" heh... Saya belum jawab yaa.. Dan apaan itu, 60 langsung 1" Protes Prilly sambil menjengkangkan Fathir di harapannya. Fathir tersenyum kecil, untung masih ada tangan yang menahan tubuhnya, kalau tidak bisa kepentok meja di belakang.

"Itu hitungan aku... Mau gak mau... Ya terserah aku "

" Udah deh.. Saya ogah jadi istri kamu.. Cari yang lain!! " Prilly melipat kotak obat lalu menyimpannya di atas meja, ia ingin bangkit tapi tangan Fathir menahannnya,dan secara refleks Prilly jatuh ke pelukan Fathir. Prilly menatap Mata Fathir, sementara otak mesum lelaki itu memerintahkan untuk menatap bibir Prilly.

"Kenapa liatin aku. Entar naksir, kalau naksir bagus juga sih " Katanya seenak jidat. Prilly langsung bangkit dari pelukan Fathir, " Heh...ga usah pede deh.. Saya itu gak suka sama kamu,, saya itu benci sama kamu"

"gak usah benci.. Entar cinta lagi.. Udah deh, minggu depan kita nikah ya "

" Ogah "

" Harus mau,, demi anak kita " Fathir mengusap perut Prilly tapi langsung di tepis oleh Prilly. " Fathir, saya itu gak hamil"

"Tapi Sperma aku lagi nge bentuk embrio.. Nanti juga jadi "

" Tai banget sih kamu jadi orang "

Prilly meninggalkan Fathir, namun Tak lama ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari kakaknya, Prilly langsung menggeser slide answer dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanannya.

Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang