Capek Hati

4.6K 550 28
                                    

~ssttt.. Yang follow malam ini langsung dapat follback ~

" Ali kemana sih pa? Udah jam 12 masih belum pulang juga "

" Gak tau Ma, handphone nya gak aktif "

Orang tua mana yang tak gelisah melihat anaknya belum pulang dari tadi. Padahal apartemen Fathir tidak terlalu jauh dari rumah ini, Ali memang sudah dewasa, tapi tetap saja ia menjadi putra di keluarga yang harus di lindungi. Alysa yang sudah pulang dari luar kota menghampiri Dassler dan Monic di ruang keluarga sambil menuntun Alfian yang terbangun dari tidur.

"Belum pulang ya Pa?"

"Belum Sa, mungkin ada urusan mendadak di jalan" Dassler menjawab, ia  mengambil tangan mungil Alfian lalu membawa Alfian ke dalam pangkuannya. Alysa duduk di samping Monic, "Aku takut terjadi apa-apa, apalagi dini hari nanti Ali Flight" katanya cemas sambil melirik gorden yang tetutup rapat.

"Besok Ali Flight kemana? " Monic bertanya.

"Kuala Lumpur, katanya sih 3 hari Flight" Jawabnya.

Dassler mengelus rambut Alfian, mau ini anak haram ataupun di luar nikah. Alfian tetaplah cucu nya, ada darah anaknya yang mengalir di dalam tubuh Alfian. Mau bagaimana masa lalu Alfian dan orang tuanya, Alfian tetaplah bocah kecil tak berdosa yang menjadi buah cinta orang tuanya. "Kenapa belum bobo?"

"Papa " Jawabnya serak, Alfian menempelkan kepalanya di dada Dassler, sementara tangannya memeluk tubuh kakeknya itu.

" Tadi Alfian bangun pa. Nyari Ali, dia gak bisa tidur kalau gak ada Ali " Alysa menyahut.

" Gak bisa tidur. Kalau papa Flight gimana? "

" Pintar-pintarnya aku mengakali aja pa, " Alysa yang menjawab. Memang sebagai itu menjaga dan merawat anak adalah tugasnya. Saat Ali Flight pun ia juga harus susah payah membujuk Alfian, atau minimal membuat Alfian lupa atau membawanya pergi.

" Hubungan kalian bagaimana? "

" Baik Pa, Ali baik banget sama Aku "

" Kalian gak mau rujuk? "

Alysa terdiam.

Rujuk?  Kalau ia bisa memilih, ia juga ingin membangun rumah tangganya kembali dengan Ali. Tapi bagaimana Ali?  Ia tak mau memaksa Ali demi kepentingannya sendiri.

"Alysa?" Monic menyentuh bahu wanita itu. Monic sangatlah dekat dengan Alysa, kalau ia bisa meminta? Ia akan meminta Ali menjalin kasih lagi dengan Alysa, Alysa adalah menantu yang baik dan bisa melengkapi keluarganya.

"Alysa tahu Ma, pernikahan waktu itu sudah memberatkan Ali. Alysa tak Mau menyusahkan Ali lagi, "

" Buat Ali jatuh cinta Lysa, Buat dia gak bisa jauh dari kamu "

" Mama. Alysa tahu Ali sudah mencintai wanita lain "

" Dekati dia,bujuk dia. Ali orang yang baik, dia gak tegaan " Mamanya memeluk Alysa, Ia tahu betul sikap anaknya itu. Meski Ali anak bungsu, tapi sikapnya lebih dewasa daripada Fathir, sejak kecil Ali selalu mengalah. Walaupun memang Ali anak yang cukup nakal, tapi nakalnya masih tahab ringan. Itu pun ia nakal karena memang sindrome remaja yang bergejolak, yang ingin tahu dan mau mencoba. Lihatlah bagaimana ia sekarang, menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan kedewasaan menghadapi masalah hidup yang kian pelik.

"Om Patil" Alfian menjerit, ia dapat melihat Om nya itu berjalan ke arahnya dengan membawa mainan mobil-mobilan besar. Fathir berjalan ke arah mereka, ia menyembunyikan mainannya itu di belakang punggungnya.

"Lihat. Om bawa apa? "

" Apa? "

" Tranfomers, kesukaan kamu " Ia memberikan itu pada Alfian. Alfian memekik girang lalu memeluk Fathir yang ia panggil Om itu, padahal itu ayahnya.

Potret Menembus Awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang