Zahab merebahkan tubuhnya di kasur. Bukan spring bed yang akan menenggelamkan tubuhmu, kala mencampakkan diri di sana. Tetapi, hanya kasur lipat tipis yang biasa dipakai guru olahraga sebagai matras, apabila ia mengambil nilai rolling atau senam lantai lainnya.
Hari ini ia lelah sekali. Bukan hanya lelah tubuh, lelah pikiran juga, bahkan lelah hati.
Pulang sekolah jam empat. Setelah itu ia harus meluangkan waktu, mengangkut penumpang. Sebagai anggota BlackyJek, perusahaan ojek online yang menjadi penghasilannya selama kurang lebih satu bulan ini.
Semenjak orangtuanya resmi bercerai sebulan lalu dan mereka pergi meninggalkan Zahab entah kemana, Zahab benar-benar hidup sendirian. Ya, walaupun masih ada Henel, juga mama-papanya, tapi Zahab tidak akan pernah mau jadi benalu bagi orang lain.
Tak apalah, seperti ini untuk sementara. Karena sebentar lagi, ia akan ke Singapur. Hari indahnya menanti. Dua minggu lagi.
Berbeda dengan murid lainnya, Zahab dikarantina bukan hanya untuk ikut lomba tingkat provinsi, namun langsung maju ke tingkat Asia. Lomba tingkat provinsi sudah kemarin. Sebulan setelah Zahab resmi menjadi siswa SMAN Competitive. Ya, ia langsung ditunjuk, karena cowok itu pindahan dari Totality. Semua orang tahu, masuk Totality butuh IQ yang tinggi. Tanpa pernah mengenal orang dalam.
Zahab menang. Lalu maju ke nasional. Dan kembali menyabet piala juara satu. Puncaknya, ia akan ke Singapur, mengikuti olimpiade geografi tingkat Asia, dan tidak akan pulang.
Zahab berguling, menjangkau ransel sekolahnya. Membuka resleting di salah satu saku tas, dan mengeluarkan sebuah benda pipih dari sana. HP pemberian mamanya sebulan lalu, sebelum benar-benar pergi.
Jempol Zahab menyentuh tombol menu, lalu kontak. Menggulirnya sampai bawah... ups, lewat. Balik lagi ke atas. Berhenti pada satu nama. Zidney-ku (ex).
Ya, Zahab masih berharap kalau Zidney itu miliknya. Tapi dia tahu diri, kalau Zidney itu cuma mantan yang sebentar lagi, cepat atau lambat, pasti akan berubah.
🎀
Zidney menoleh saat satu dentingan singkat keluar dari ponselnya. Ada Messenger. Huh, Zidney selalu tidak tahan untuk tidak menghidupkan data selulernya, walaupun sekarang gadis itu sedang belajar.
Jempol Zidney menyentuh ikon berbentuk bulat itu. Agak gemetar, dan... 'kan benar dugaan Zidney.
Hai, Zidney. 😊
Sebuah pesan dari Henel. Sok akrab.
Zidney ragu, antara ingin membalas atau tidak. Dia menuliskan sesuatu. Satu kata, dua kata, lalu ia hapus lagi. Jemarinya kembali mengetik, dengan kata yang lebih banyak. Namun, keraguan terus menyelimuti. Akhirnya dihapus lagi.
Zidney menarik napas, lalu mengembuskannya. Kali ini, ia bertekad apapun yang ia tulis, tidak akan dihapus lagi. Satu kata, dua kata-
Lama banget, sih balesnya. Kayak nunggu doi peka. Nggak, deng, nunggu lo peka sama doi, maksudnya. 😁
Sebuah pesan masuk lagi.
Zidney Ada apa, Nel?
Henel Gue pengen ketemuan sama lo, bisa? 😃
Dua menit berselang, Zidney masih ragu akan membalas apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One and Only
Teen FictionJangan hanya menilai sesuatu dari "kata orang". Camkan itu! Zidney, Zahab, Marzuki. Inilah kisah mereka. Kisah yang bersemi, di tempat yang pernah mereka cap sebagai 'tempat terkutuk'. ©copyright, 2017 addini_sft