Dear Zidney,
Gue mungkin udah belok, ngasih lo surat di era canggih seperti ini. Padahal gue punya nomor WA lo. Tapi nggak apa, ya. Gue harap, lo mau baca sampai selesai.Lo jangan mikir macem-macem dulu, kenapa gue tiba-tiba ke Singapur dan nggak ngabarin lo sama sekali. Gue ke sana, karena ada beberapa hal yang harus gue urus, terutama tentang harta warisan nyokap gue. 'Kan lo tau, gue ini dulunya orang Singapur (nggak bermaksud sombong, ya -_-).
Terus, gue nggak ngasih tau lo, karena gue pengen lo fokus lomba dan nggak kepikiran. Gue kesannya ge-er banget, ya (abaikan aja, deh). Intinya, gue di sana cuma tiga hari, dan yang pasti, pas gue pulang nanti, gue harus dapat kabar kalau lo adalah pemenang olimpiade MTK tingkat provinsi.
Tapi kayaknya, gue harus lupain keinginan gue untuk nembak lo lagi. Karena lo pasti udah bahagia sama sepupunya Henel. Udahlah, kok gue jadi baper, sih.
Kalau gitu cukup sekian, gue mau siap-siap berangkat, dulu. Kangen kota kelahiraaaan. Yuhuuu! Singapur, i'm coming!
Salam kangen, kangen, dan kangen,
Marzuki Kawasaki
Ps. Karena gue di sana 3 hari, jadi kangennya juga 3.
Ps. (lagi) Entahlah, kenapa gue kepikiran nulis surat gaje dan kesannya alay ini. Jangan ngetawain gue, pas gue pulang entar, ya! *melototZidney menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Menangis bersama isakan yang tertahan. Zahab di sampingnya, memegangi kedua bahunya, memberi kekuatan. Mereka duduk bersila di teras rumah Zidney, di bawah sinar bintang yang bertebaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One and Only
Fiksi RemajaJangan hanya menilai sesuatu dari "kata orang". Camkan itu! Zidney, Zahab, Marzuki. Inilah kisah mereka. Kisah yang bersemi, di tempat yang pernah mereka cap sebagai 'tempat terkutuk'. ©copyright, 2017 addini_sft