2

5K 377 64
                                    

AUTHOR POV.

Setelah bangun dari tidurnya Sehun bergegas mandi sedangkan Luhan masih termenung dengan panggilan Sehun terhadapnya, tak biasanya suaminya itu memanggilnya 'Xiao'. Namun dengan segera Luhan menepis pikirannya dan memlih turun kebawah untuk melihat putranya.

Seperti janji Sehun kepada Haowen bahwa dirinya akan mengantarkan anaknya kesekolah bersama Luhan. Selama perjalanan tak ada yang mengangkat topik untuk dibahas, semuanya lebih memilih bergulat dengan pikiran masing-masing hingga sebuah suara memecahkan keheningan tersebut.

"Appa~" panggil Haowen dengan menatap appanya dari belakang.
"Ya sayang, ada apa" inilah yang membuat Haowen dari rasa marahnya yang membuncah menjadi lemah, dirinya begitu menyukai panggilan hangat dari appanya. Luhan yang melihat anaknya tersenyum juga ikut tersenyum walau Sehun tak mengetahui hal tersebut.

"Bisakah appa meluangkan waktu di hari minggu ini?" Sopan dan berhati-hati, inilah yang menjadi kebanggaan dari Luhan, walaupun ada kekurangan dari putranya namun tetap saja banyak kelebihan yang ada pada buah hatinya.

"Akan appa pikirkan dan lihat jadwalnya, memangnya Haowen ingin kemana?" Tanya Sehun dengan ramah.

"Aku hanya ingin jalan-jalan dengan eomma dan appa"
Luhan memalingkan wajahnya menghadap Haowen yang duduk dibelakang lalu mengusap pipi putranya sayang.

"Semoga appamu punya waktu luang untuk kita".

.

Mereka telah tiba di RS tempat Luhan bekerja setelah mengantar Haowen ke sekolah. Selama perjalanan tadi mereka hanya mengobrol kecil seakan-akan semua terlihat baik-baik saja.

"Aku tidak tau apa akan pulang atau tidak, yang pasti kau harus masak makan malam untuk Haowen mengerti?"

Begitulah perintah Sehun sambil mengelus rambut Luhan dengan lembut sambil menatap dalam manik mata rusa milik Luhan.
Semakin lama Sehun semakin mempersempit jarak mereka, tanpa terasa sang suami telah menyatukan bibir mereka. Hanya ada lumatan kecil dan Luhan membalasnya, sudah sangat lama ia tak mendapatkan moment seperti ini dengan sang suami.

Setelah beberapa menit akhirnya Sehun dan Luhan melepaskan tautan yang mereka lakukan tapi tidak menjauhkan jarak antara mereka, Sehun masih menyatukan dahinya dan dahi milik Luhan . Tak peduli apakah orang-orang melihat yang mereka lakukan sedari tadi.

"Saatnya bekerja sayang" ucap Sehun lalau mengecup dahi sang istri.

CUP!

Luhan hanya diam menikmati momen yang dirinya dapatkan hari ini, kemudian ia mengangguk dan tersenyum manis lalu turun dari mobil. Sebelum Sehun benar-benar pergi, namja dengan rahangnya yang tegas menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangannya kepada Luhan.

"Hati-hati sayang~"

Luhan memperbaiki jas putih miliknya yang seakan-akan telah kusut dengan senyuman yang masih mengembang layaknya bunga yang baru mekar.

Ingat! Bahwa bunga yang mekar akan mengalami layu bahkan mati(?)
.

.

SEHUN POV.

Entah mengapa hari ini aku terlalu romantis kepada istriku. Istriku? Kurasa itu tidaklah cukup untuk sebagai nama panggilan. Kurasa yang benar-benar panggilan lengkapnya adalah 'istriku yang pertama'.

Aku jahat? Ku akui diriku memang seorang penjahat. Bahkan lebih buruk dari penjahat, apakah aku merasa bersalah? Tentu, bahkan itulah yang kurasakan saat bersama Luhan dan putraku Haowen.

Aku telah menyakiti dua hati yang telah tulus padaku. Aku berusaha memberikan kasih sayang yang sama antara keluarga kecilku dengan Luhan dan keluarga kecilku dengan dia.
Namun, ada perasaan dimana disatu sisi aku ingin bersama Luhan dan disatu sisi aku ingin bersama dia. Inilah alasanku mengapa aku lebih memilih mempertahankan keduanya.

Seperti hari ini, aku begitu merasa terlalu sayang kepada istriku Luhan namun semua berubah jika aku bertemu dengan dia. Mereka berbeda, mereka berdua meiliki kelebihan masing-masing, aku sadar bahwa diriku terlalu egois terhadap cinta. Aku terlalu tamak terhadap kebahagiaan, hingga membuat orang lain menhadi jauh dari kata bahagia, tapi percayalah aku ingin memilih diantara mereka.

Kurasa diriku terlalu terbelit-belit dalam berurusan, sehingga setiap jam, menit bahkan detikpun aku memberikan kebohongan terhadap Luhan istriku.

.
.

AUTHOR POV.

Saat ini Haowen telah mengambil bekalnya dari dalam tas merah yang disiapkan sang ibu. Sebenarnya dirinya ingin melihat keadaan kantin yang pasti ramai dengan murid seusianya. Tapi inilah keadaannya, kaki kirinya harus berhenti merasakan pergerakan sejak ia lahir membuatnya menjadi bahan bullyan disekolahnya.

Bukan Haowen namanya jika ia adalah anak yang suka mengeluh dengan kekurangannya. Ia tak pernah mengeluh ketika banyak yang mencemooh dirinya, dirinya begitu bersyukur dan ia lebih bersyukur memiliki keluarga yang lengkap dari pada memiliki fisik yang sempurna namun tidak memiliki keluarga yang sempurna.

Haowen menjadi anak yang pendiam dan lebih memilih untuk tidak berurusan dengan anak yang hanya akan berujung mencelakai dirinya. Seperti sekarang, ia hanya memakan bekalnya sendiri didalam kelas tanpa ada yang berniat mau berteman atau sekedar menemai dirinya.

Namun setiap kekurangan pasti ada kelebihan, Haowen adalah anak yang pintar dalam berbagai pelajaran terkecuali pada pelajaran olahraga. Haowen sendiri hanya akan tersenyum pada ibu cantiknya Luhan bahkan kepada appanya sendiri ia jarang tersenyum.

"Ah~ ibu membuat bekal kesukaanku. Selamat makan-"

"Ibu"
.
.

19:00 KST

Luhan begitu terburu-buru saat pulang dari RS tempatnya bekerja. Tentu saja itu karna perintah suaminya untuk pulang lebih awal dan menyiapkan makan malam untuk putranya.

Biasanya mertuanya yang akan menjemput putranya dan soal makan malam, Haowen sering memesan makanan jika Luhan pulang terlambat.

Tak terasa Luhan telah tiba dirumah besarnya, ia pulang dengan taxi karna tadi ia diantar oleh suaminya.

"Eomma pulang~"

Luhan memasuki rumahnya yang masih terlihat terang, mencari si buah hati yang menjadi penyemangatnya. Namun nihil, ia tak mendapati putranya Haowen di ruang tamu dan dapur. Dan ia beralih mencari kedalam kamar putranya.

Disinilah Luhan ibu beranak satu ini berada diruang bernuansa biru gelap dengan tema tata surya. Terlihat gelap dan sunyi, Luhan mendekati ranjang roket milik Haowen dan duduk disamping putranya yang tidur membelakanginya.

"Apa ksatria eomma sudah tidur?"

Tak ada jawaban, membuat Luhan tersenyum. Dirinya tau bahwa Haowen belumlah tidur, ia bisa merasakannya.

"Jika ada masalah cerita pada eomma, atau peluk eomma dengan erat jika anak eomma belum ingin bercerita"

Secepat kilat Haowen berbalik dan memeluk Luhan dengan erat. Luhan yang awalnya terkejut sekarang hanya mengusap kepala Haowen dengan sayang.

"Apa sekarang ingin bercerita?"

Tawar Luhan dan diangguki Haowen, setelahnya yeoja dengan jas khas RS tersebut menyalakan lampu di atas nakas putranya. Dan kini mereka dihiasi lampu tidur dengan hamparan bintang dan bulan. Haowen masih memeluk pinggang ibunya dari samping dan Luhan meluruskan kakinya diatas tempat tidur anaknya.

"Eomma~"

"Iya sayang, katakan pada eomma"

"Apa eomma percaya-" gantung Haowen pada perkataannya.

"Percaya apa hm?"

"E-em.. i-itu, tadi aku melihat appa datang dengan seorang wanita di depan gerbang sekolahku eomma"

Saat itu juga tubuh Luhan terasa lemas dengan tatapan kosong menatap anaknya dengan mata yang berkaca-kaca.

"E-eeoma?"

.
.

Tebece

Pye pye ♥♥

SWEET LIES || HunHan (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang