Terus Menanti

150 17 0
                                    

Selamat pagi sang pujaan hati.
Meski sampai kini masih ku nanti.
Walau hati sudah lelah terus menanti

❤❤❤❤❤

Setelah pertemuan dengan laki-laki cuek ramah menggemaskan itu. Prilly semakin bersemangat di setiap hari nya, terus meyakinkan diri bahwa memang laki-laki itu adalah jodoh nya. Meski sampai saat ini ia tak lagi bertemu dengan lelaki itu. Seminggu setelah mereka berkenalan lelaki itu tak lagi mengunjungi warnet nya. Namun, Prilly dengan gigih mengatakan bahwa lelaki itu akan kembali ke warnet nya.

Dan di setiap hari nya Prilly terus merutuki dirinya yang dengan bodoh nya tak menanyakan no Hp atau sosial media lelaki itu. Dengan bodoh nya dia menikmati malam itu dengan mengobrol tak jelas. Prilly sudah mengetikkan nama lelaki itu di semua media sosial namun nihil tak ada satu pun yang ia temukan.

"Ini cowo hidup di zaman apa sih masa ga punya sosmed sama sekali" maki nya.

"Apaan sih lo ga jelas banget, siapa tau cowo itu udah punya cewe. Mampus lo" omel Nayla ketika Prilly datang ke rumah nya dengan muka lesu dan menceritakan kepada Nayla tentang lelaki itu.

"Nay, pengen yang itchu yang itchu. Do'a in ya semoga dia beneran jodoh gue. Karena rasa nya gue udah ngerasa pas banget sama dia" rengek Prilly pada Nayla membuat Nayla geleng-geleng saja melihat kelakuan nya.

"Lo kira itu baju yang bisa lo beli karena ngerasa pas. Kalau emang udah jodoh nya mah ntar juga merjuangin lo" Nayla menoyor kepala Prilly.

"Terus gue harus nunggu sampe bulukan gitu, gue kan pengen nikah" ucap Prilly frustasi membuat Nayla tertawa.

❤❤❤❤❤

"Wah Prilly makin sukses aja ya. Anak saya suka banget loh baca cerita kamu, dan dia sering banget cerita tentang yang kamu tulis. Kadang saya suka pusing sendiri dengerin anak itu ngoceh" curhat seorang Ibu-ibu yang sedang membeli kue di toko orang tua nya.

Prilly hanya tersenyum dan menjawab "Sampein terimakasih saya buat anak Ibu ya. Padahal karya saya ga se bagus itu"

"Ah nak Prilly suka merendah kaya gitu. Saya juga makasih loh udah buat anak saya ga kecanduan gadget dan lebih milih baca buku di rumah di banding keluyuran ga jelas. Saya lebih ikhlas ngasih uang buat beli novel nak Prilly di banding buat main sama temen-temen nya"

"Emang anak perempuan nya suka keluyuran Bu?" Tanya Prilly

"Anak saya laki-laki" jawab Ibu itu dengan kekehan nya. Prilly melongo mendengar nya. Benarkah? Ada anak laki-laki yang suka novel menye-menye karangan nya? Benar-benar luar biasa!

"Wah! Maaf buat saya kira perempuan"

"Haha, gpp ko pasti ngerasa aneh juga ya kan ada laki-laki yang suka baca novel romance kaya gitu. Awal nya saya juga aneh karena biasa nya anak saya itu suka nya baca komik, baca novel juga yang komedi, dan ga terlalu fanatic kaya baca novel karya nak Prilly"

"Emang fanatic kaya gimana Bu?"

"Ya hampir semua karya nak Prilly dia punya, poko nya dia Prillyvers banget" ucap Ibu itu tertawa dan Prilly ikut tertawa mendengar keantusiasan Ibu itu bercerita.

Memang tak aneh jika ia mendengar Ibu-ibu atau remaja yang datang ke toko kue orang tua nya dan bertemu dengan dirinya pasti akan bercerita tentang anak nya yang begitu menyukai dirinya, dan terkadang jika para gadis yang bertemu dengan nya akan merengek "kak ko bisa sih ada cowo se cute dan se romantis itu. Kalau ada minta dong satu" terkadang Prilly ingin tertawa dan menangis dengan keras jika mendengar rengekan itu. Bahkan kalau ada lelaki yang sama seperti apa yang dia tulis, pasti Prilly sudah menikah sejak dulu. Tapi, apa yang Prilly tulis hanyalah sebuah fiksi dan jarang di temui di dunia ini. Jangankan buat ngasih, dia pun masih kebingungan nyari yang seperti itu.

Banyak yang memuji. Pasti banyak pula yang memaki, Prilly sudah tak aneh dengan semua hal itu. Terkadang ada Ibu-ibu yang sengaja datang ke toko kue atau warnet nya hanya untuk memaki Prilly karena dia bilang Prilly sudah meracuni otak anak mereka. Dan ada yang terang-terangan mengatakan bahwa karya nya tak pantas untuk di pajang di toko buku dan di baca oleh banyak orang.

Prilly hanya tersenyum tanpa membalas semua makian itu dengan makian. Biarlah mereka menganggap karya nya sesuai keinginan mereka. Karna tugas Prilly hanya menyalurkan hobby nya yang bisa menjadi pekerjaan nya. Memang sakit saat karya nya yang ia buat dengan susah payah malah mendapatkan cibiran seperti itu. Tapi, karena Prilly tau bahwa sifat semua orang itu berbeda jadi ia tak mau memaksakan semua orang untuk menyukai karya nya. Ia hanya mampu menyumpal mulut orang-orang yang merendahkan nya dengan terus menghasilkan banyak karya.

Prilly tak pernah ambil pusing dengan makian mereka. Karena, jika Prilly terus memikirkan makian mereka, itu hanya akan membuat nya semakin sakit dan malas untuk menulis. Prilly tak gila akan sebuah sanjungan, dia pun tak akan meredup karena sebuah makian. Selama apa yang ia tulis tak melanggar hukum apapun ia tak akan berhenti menulis.

"Nak Prilly hebat ya udah nulis dari SMA sampai sekarang. Jarang-jarang loh ada yang bertahan sama dunia kepenulisan" ujar Ibu itu. Prilly hanya tersenyum mendengar itu dan menjawab.

"Saya juga sama kaya penulis lainnya Bu, kadang mikir buat berhenti aja jadi penulis eh besok nya ngambil laptop dan kembali nulis. Jadi, ya gini aja Bu di bilang hebat ya ga juga"

"Aduh! Ibu jadi pengen ngenalin kamu ke anak Ibu" ujar Ibu itu lagi. Prilly langsung menoleh ketika mendengar ucapan Ibu itu, mata nya langsung berbinar. Karena, di lihat dari wajah Ibu itu ia wanita yang sangat cantik dan sangat ramah, Prilly akan dengan senang hati menjadi menantu nya.

"Nak Prilly sudah ada calon ya?"

"Belum Bu" jawab Prilly dengan cepat membuat Ibu itu terkekeh.

"Wah, kebetulan tuh! Hari minggu nanti ke rumah Ibu ya. Mau kan?" Tanya Ibu itu penuh harap. Prilly berpikir sejenak, jika ia datang kesana kesannya memang seperti dia ngebet banget pengen di kenalin. Tapi, semua gengsi nya harus ia tenggelamkan demi mencapai kemakmuran yang hakiki.

"Insya Allah ya Bu, saya ga janji" ucap Prilly

"Ya, nanti Ibu kabarin lagi ya. Mumpung anak Ibu lagi betah di rumah, biasa nya dia di apartemen nya terus" ucap Ibu itu lagi, ada raut sedih dari wajah Ibu itu. Dan Prilly menyimpulkan laki-laki yang cuek.

"Ini kartu nama Ibu, jangan lupa hubungin Ibu ya. Ibu pamit dulu. Assalamualaikum" pamit nya dengan wajah berseri-seri.

"Walaikum salam"

Prilly memperhatikan kartu nama itu. Prilly melihat terakhir Ibu itu yang mirip dengan seseorang yang sedang ia tunggu.

Mungkinkah dia adalah anak Ibu yang tadi?

Bolehkah Prilly berharap?

Jika memang benar, Prilly akan amat sangat bersyukur.

Khayalan nya mulai kembali beraksi.

❤❤❤❤❤

Tbc
Masih awal, jadi ga bakal banyak omong 😂

Gadis Penulis Novel- (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang