Tokoh utama.

23.8K 429 9
                                    

-Dinda Putri Andini

••

Bel tanda upacara pun berbunyi dengan kencang. Semua murid pun keluar dari kelasnya dan langsung pergi menuju lapangan upacara. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05, matahari hari ini sangat begitu terik hawa sangat panas dan membuat semua murid yang berada di lapangan itu ke gerahan.

Hanya tersisa puluhan dari ratusan murid yang berbaris dilapangan sisanya hanya berdiam diri dibawah pohon yang ada di pinggir lapangan itu.

Setelah aba-aba yang di lontarkan pemimpin upacara, semua murid pun berbaris dilapangan dengan rapih dan tertib.

Seluruh kelas sudah kosong, dan akhirnya upacara pun dimulai. Seluruh murid yang ada dilapangan itu kepanasan, dan bahkan tidak sedikit dari mereka ada yang pingsan. Salah satunya Dinda.

"Eh. Eh. Eh. Haduh...
Si Dinda pingsan nih! Tolongin dong." Salah seorang teman dinda yang mencoba meminta bantuan kepada orang-orang. "Ih tolongin ini, badan Dinda itu berat , Dea gak bisa ngangkat nya."

"Eh PMR. Ini nih ada yang pingsan." Sahut Intan kepada petugas PMR yang sedang berdiri di barisan paling belakang.

Seorang lelaki pun dengan sigap nya langsung membantu Dinda yang pingsan.

"Tunggu dulu ya, gue nyari tandu dulu." Lelaki itu langsung pergi mencari tandu sebelum mengangkat tubuh Dinda yang terbaring lesuh dibawah.

"Eh... Kelamaan, cepet bopong aja!."

"Gapapa ini?." tanya lelaki kepada Intan dan Dea.

"Gak apa apa... Cepet angkat ih, lama banget si luh!." Geram Dea. Sambil mengibaskan rambutnya kesana kemari, dan mengipaskan badan nya dengan kipas panda berwarna pink.

"Cepetan!!!." Sentak Intan kepada Rangga. "Gimana sih ini anak PMR kok lambat banget, kalau nanti elu nolongin orang, terus kelamaan dan orang iru keburu mati gimana loh?."

"Iyadeh." Lelaki itu pun langsung membukkan badan nya kebawah dan mulai mengangkat badan Dinda yang sudah dari tadi tergeletak di bawah.

Semua mata pun akhirnya menyoroti Rangga yang sedang membopong Dinda. untungnya Rangga tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang begitu sinis kepadanya. Dia langsung berjalan menuju uks dengan di buntuti oleh Dea dan juga Intan.

"Kalian ngapain ngikutin gue?." Rangga pun akhirnya harus menunda langkahnya karena kedua wanita itu mengikuti nya.

"Dia temen gue, gue gamau dia di apa-apa in sama elu. Gue takut elu ngambil kesempatan dalam kesempatan."

"Etdah, yaudah nih." Rangga menyodorkan tubuh Dinda yang sedang dia angkat kehadapan Dea yang selalu banyak omong.

"Eh dia berat, gue gak kuat." Tolak Dea sambil menggelengkan kepalanya.

"Yaudah mangkanya...
Intan, lu juga ngapain ngikutin gue?." Tanya Rangga.

"Gue temen nya Dinda, gue mau jagain dia di Uks."

"Aish...  ." Keluh Rangga. "Yaudah deh, ayo deh ayo . Berat ini gue ngangkat dia gini, keram tangan gue bisa-bisa." Rangga pun akhirnya melanjutkan langkahnya menuju Uks bersama dengan kedua wanita yang mengikuti nya.


Tubuh Dinda pun akhirnya dia letakkan di atas kasur yang berada di Uks. Sementara Intan yang Rangga suruh mengambilkan minuman untuk Dinda sangat begitu lama. Sedangkan Dea dia pergi keluar ruangan uks untuk mengangkat panggilan telefon nya.

Tiba-tiba saja. Ketika Rangga akan mengakat tangan yang di berada di bawah punggung Dinda.
Bruk!

Tubuh Rangga pun jatuh ke atas tubuh Dinda. Secara langsung Dinda pun langsung tersadar.

"Hah!😲." Dia sangat terkejut karena Rangg berada tepat dihadapannya sangat dekat.

Untung lah bibir mereka tidak saling mendekap.

Rangga pun dengan cepatnya langsung mencoba bangun namun sayang, baju miliknya terkait na'as tubuh Rangga pun menempel lagi di atas tubuh Dinda. Dengan refleks dinda langsung menutup kedua matanya dan tidak ingin melihat apa yang terjadi selanjutnya.

"RANGGAAA!!!." Sentak seorang wanita yang melihat tubuh Rangga dan Dinda saling menempel.

Dinda dan Rangga langsung bangun setelah mendengar sentakan itu.

Untunglah itu bukan guru, tapi Dea teman dekat Dinda.

"Elu ngapain tol*l." (jeplak) Dea langsung menampar Rangga dengan keras.

"Dea!!!." Sentakan selanjutnya dilontarkan kepada Dea. Intan langsung menghampiri Rangga dan bertanya kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi. Sampai Dea menampar Rangga yang sudah menolong Dinda.

Setelah bangun, Dinda malah pingsan lagi melihat dan mendengar mereka gaduh.

"Eh. Eh. Eh. Tuh si Dinda pingsan lagi." Rangga menunjukkan telunjuknya ke arah Dinda.

Intan dan Dea pun langsung menoleh ke arah Dinda. Saatnya kesempatan bagi Rangga untuk kabur dari dua orang itu.

Rangga pun akhirnya langsung pergi lari dan keluar dari ruangan itu.

"RANGGGGGAAA!!! Awas ya lu gue jitak sampe botak!!!." Teriak Intan ketika mengetahui Rangga lari pergi begitu saja.

"Hahaha, Wtf." Sahut Rangga.

Saat itu upacara masih berlanjut. Bukannya sadar dinda malah terbaring pingsan lagi.

"Yaelah Din... Bangun nappa." Dea terus menerus tanpa henti membangunkan Dinda.

Intan hanya diam tanpa berkata apa-apa. Dia hanya menanyakan apa yang barusan terjadi.

Namun... Dea tidak pernah menjelaskannya kepada Intan. Kerena yang terjadi barusan merupakan hal yang sangat memalukan untuk Dinda.

Dari pada harus mengotori nama Dinda dengan menceritakan kejadian barusan kepada Intan. Lebih baik Dea merahasiakan nya saja.

😁

•••

Revisi 26 Februari 2018.
.
Ini first story banget. Gimana menurut kalian? Lanjut jangan? Jangan lupa vote 🌟

Wrong loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang