Lamaran

95 7 4
                                    

"Dasar cewe ga peka! Gua suka sama lo!"

"eh??" mellani panji menoleh bersamaan ke arah Taufik.

"Gausah berbelit-belit, sekarang juga pilih panji atau gua", kedua matanya tak lepas dari paras ayu Mellani yang masih terkaget.

Mellani berdehem," ehm, ya-ya bayangin kalo lu diposisi gua kak, apa gak bingung, udah deh kalian aja yang pacaran"

Taufik memutar bola matanya dengan kesal, sedangkan Panji menghela nafas pasrah dan berkata, "sepertinya rasa suka Taufik melebihi rasa sukaku, mungkin aku hanya terobsesi sama kamu Mel, tidak masalah jika kamu memilih Taufik, tapi ingat dimanapun kamu kalau sampai Taufik menyakitimu, aku adalah rumahmu"

Panji tersenyum,"aku ngalah begini, karena aku tau kalaupun emang kamu jodohku, pasti Tuhan akan menyatukan kita bagaimanapun caranya"

Dering telepon mengalihkan topik mereka, Taufik si empunya handphone yang berdering itu segera mengangkat telponnya dan menyingkir dari Mellani dan Panji, tak sampai 5 menit, dengan wajah yang pucat ia kembali dan membawa berita buruk

"nyokap gua anfal" ucapnya dengan nafas yang terpenggal.

Tanpa menunggu waktu lama, baik Taufik maupun Mellani bergegas menuju bandara kecuali Panji yang harus tinggal karena urusannya belum selesai di sini.

Selama perjalanan Taufik hanya menunduk, bahkan ia seperti tak selera memandangi birunya langit diluar jendela.

Mellani sesekali mengelus punggung Taufik yang duduk di sebelahnya, ia bingung harus berbuat apa, sedangkan laki-laki kulkas seribu pintu ini seolah suhunya menurun drastis, ia sangat tak berdaya.

"Mell, cuma ibu yang gua punya, gua ga pernah membayangkan kematian ibu gua, Mel" setetes demi setetes air matanya jatuh, Mellani terenyuh mendengar kalimat tersebut, sebesar itu rasa sayang Taufik ke ibunya.

"Jangan mikir aneh-aneh dulu, kita doakan ibu kamu cuma ngedrop sebentar yah?" Mellani menggenggam lembut tangan Taufik yang sangat dingin, mencoba menenangkan laki-laki tersebut.

✨✨✨

Sesampainya di rumah sakit, Taufik langsung menemui ibunya yang sudah mulai sadar, ia sangat bersyukur masih di beri kesempatan bertemu dengan ibunya yang sangat tak berdaya diatas ranjang rumah sakit.

"Fik, waktu ibu ndak banyak, tugas ibu mengantarkanmu ke pelaminan nang..bapakmu sudah nda ada, seendaknya ada Ibu yang mendampingimu" ucap Lili dengan lirihnya.

Suasana di dalam IGD itu begitu menyesakkan, Mellani yang dalam keadaan apapun bisa menyairkan suasana, tetapi hanya disinilah ia kalah telak, hatinya ikut di remas saat kata demi kata terucap dari bibir Ibu Lili,hubungan anak dan ibu yang saling menyayangi cukup jarang di temukan di era sekarang, bahkan hubungannya dengan ibu kandungnya sendiri masih sering terjadi pertengkaran, disinilah ia merasa tertampar, dan seketika ia merindukan ibunya.

"Mel," Taufik menggenggam tangan Mellani ,"apakah kamu mau menikah denganku?"

Seperti tersambar petir di siang bolong, realita yang tak bisa terelakkan bukan sekedar hubungan Pacaran tetapi ,"Me-menikah?"

Taufik mengangguk, sebenarnya Mellani tak begitu kaget jika suatu saat hal ini akan terjadi, tetapi tak menyangka akan secepat ini.

Dengan melihat Bu Lili, ia memantapkan tekatnya, "Bismillah.., ya aku mau"

✨✨✨

Seminggu telah berlalu, hari pertunangan pun tiba, tepat di Malam minggu, satu hari sebelum pernikahan Herlena.

"monyet monyet, gua besok nikah anying, gabisa apa tunangannya minggu depannya lagii?" gerutu Herlena yang masih memeluk guling di kasur Mellani.

"tau tu, sat set sat set banget" tambah Fitri

Mellani yang masih mengoleskan perona bibir dengan anggun seketika menjadi garang, "BISA DIAM TIDAK?!"

"anjir ngegasss wkwk" Ledek Fitri.

Herlena mendekati Mellani dan berdiri dengan melipat kedua tangan di atas perut, "serius deh Mel, ga ada hari lain apa? Gua besok nikah loh nikahh, malem ini harusnya anteng di rumah deg-degan sama acara gua sendiri, ini malah gua deg degan soal acara lu"

"aw so sweet, thanks yaa dah mikirin acara guaa, doain semoga lancar, semoga gua masukin cincinya bener ke jarinya kak Taufik bukan ke mulutnya hehe"

"otak sama otpit ga sinkron mel mell" Fitri menggeleng-geleng kepalanya, pasalnya jika hanya sekilas melihat Mellani , orang-orang akan mengira dia wanita yang anggun,berkarisma dan pendiam,
"lu tu sempurna Mel, cuma satu kekurangan lu, Kurang warasss" tambahnya.

"Mel, ayo keluar" panggil ibunya.

"Siap grak, laksanakan" Mellani berdiri dan keluar dari kamarnya.

Semua mata tertuju pada wanita yang mengenakan dress putih sederhana, dengan rambut panjang yang di gerai.

Tak terkecuali pandangan sang pemilik wanita itu, matanya tak bisa lepas seolah ia tengah melihat sang dewi turun dari ,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terkecuali pandangan sang pemilik wanita itu, matanya tak bisa lepas seolah ia tengah melihat sang dewi turun dari ,

"-Genteng!" celetuk Mellani, "aku tau semua orang mengira aku adalah bidadari yang turun dari genteng Ha ha ha ah tapi sayang, kecantikanku tak sebatas hanya dari genteng terjun ke lantai satu"

"masih bisa melawak kau ya, jewer sini!" ibunya melototinya, kurang sabar apa ia mengurus Mellani selama 24 tahun ini, tapi bisa-bisanya di momen sakral ini anaknya berulah.

Mellani berdehem dan berjalan dengan anggun mendekati Taufik,

Setelah disandingkan, keduanya begitu serasi dengan balutan nuansa warna putih, Acarapun berlangsung dengan lancar tanpa ada gangguan maupun kesialan Mellani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah disandingkan, keduanya begitu serasi dengan balutan nuansa warna putih,
Acarapun berlangsung dengan lancar tanpa ada gangguan maupun kesialan Mellani.

Nyatanya, keduanya sama-sama bahagia, tak terkecuali Mellani, dan semoga saja keputusannya ini adalah pilihan yang tepat.

BERSAMBUNG!!!

MARRIED WITH CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang