Daniel menghembuskan asap rokoknya jauh-jauh. Kebiasaannya jika bersama orang lain. Apalagi Seongwoo terus menatapnya seperti mengawasi.
"Gue kira lo bakal gamau ikut pas tau gue nyebat."
"Sebenernya ya, gue bukan perokok cuma kayanya gue ada hak buat ada disini karena yang awal ngajak lo jalan," Seongwoo menatap nanar ponselnya yang di atas meja. "Cuma yang gak gue suka dari nongkrong itu waktu gue terbuang sia-sia. Gak mungkin orang nyebat dalam hitungkan 15 menit kan."
Daniel menyesap rokoknya. "Udah izin mau pergi?"
"Eh," Seongwoo menatap Daniel sinis. "Ngeledek lo?"
Asapnya terhembuskan lagi. "Why not? Gue juga minta izin sama nyokap mau pergi."
Seongwoo bersungut sungut lagi lalu terpapanglah notifikasi line dengan nama 'Mama💞'.
"Apa lo," Seongwoo menarik ponselnya secepat kilat. Daniel melirik tanpa minat. "Mau ngeledek?"
Daniel tak berkomentar tetapi terus memandang kaleng bir yang dianggurkan.
Seongwoo tertawa sinis. "Gaberes gue, udah gabawa motor ke sekolah, minta izin mama, gak join nyebat pula, ckckck."
"Gue gabilang itu buruk."
"Jangan nambah batang lagi," Seongwoo berkata tanpa mengalihkan pandangannya atau merespon balasan Daniek tadi. "Kak Jisung tau?"
"Tau," Daniel menatap bibir kemerahan milik Seongwoo. Hanya sekilas. Siapapun yang melihat juga tau yang dimaksudkan Seongwoo bahwa dia bukan perokok adalah 'dia tidak pernah merokok sebelumnya'.
Fokus Daniel buyar saat Seongwoo kembali bertanya."Ada hubungan apa lo sama kak Jisung?"
Daniel mengulas senyum. "We're not close enough to share something. Tanya kak Jisung aja."
Seongwoo mengerucutkan bibirnya. Dia pikir senyum Daniel di pertemuan pertama mereka adalah lampu hijau untuknya, niatnya untuk menanyakan lebih lanjut kembali diurungkan.
"Gue bukan perokok akut," ujar Daniel tiba tiba membuka percakapan yang hampir mendingin. Suaranya semakin memberat karena efek nikotin, tembakau, dan kawan kawannya. "Ngapain ke cafe kalo bukan nyebat? Dan lo sendiri....," Daniel menunjuk kaleng bir yang masih utuh dengan dagunya. "Ngapain daritadi gak diminum?"
"Hah? Oh lupa," Seongwoo mengangkat kaleng birnya lalu membukanya. "Pantes lo mohon-mohon nyari cafe. Nyebat toh."
Daniel terkekeh lagi dan sumpah, itu menambah poin minus pada dirinya di mata Seongwoo.
Masih mendingan si beler Daniel deh. Enak buat dibabuin. Ini nyebelin parah.
"Gue gak nyangka lo bakal minum."
"Lo beli di warung bi eem, tikungan sekolah juga ada," sahut Seongwoo santai. Dia sudah dua kali meneguk birnya. "Karena gampang dibeli jadi males minum mulu."
Seongwoo melempar bungkus rokok yang ditangkap baik oleh Daniel. "Gue sama kafein gak terlalu bersahabat jadi kalo ke cafe ngapain lagi kalo bukan minum?"
"Sekarang kita sasaran empuk banget kalo ada penggerebekkan," Suara rendah Daniel membuat Seongwoo merinding. Apalagi suara tawanya. Pantas aja dia bilang humorku bagus, receh nih anak.
Daniel hanya diam memperhatikan Seongwoo yang lebih banyak memainkan ponsel ketimbang menyentuh kaleng bir.
Secara tiba tiba, Seongwoo melempar ponselnya ke bangku sebelah Daniel dan lanjut meneguk kaleng birnya kemudian mengernyit lalu mencebik bibirnya. "Gila, asem banget. Enakkan yang lemon ternyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
daniel?! - ongniel
Fiksi Penggemar#913 in Fanfiction →11/11←#531 in Fanfiction >18/11< "ssst, katanya ada anak pindahan loh" "siapa siapa?" "namanya daniel kalo gasalah" Seongwoo tertawa sumbang. Seongwoo punya banyak kenalan bernama Daniel sejak TK. Bahkan dalam satu kelas bi...