Demian - Herman Hesse

18.2K 1.3K 51
                                    

Titik terang yang menyala dalam kegelapan yang dilihat Namjoon ternyata pantulan dari layar TV, di depannya Jin yang sudah berganti piyama tidur tampak tidak karuan. Semakin mendekat, Namjoon, melihat Snack berserakan di lantai dan di meja, bungkus kosong, bungkus yang belum terbuka, dan Snack yang isinya berhamburan. Walaupun tampak sedang menonton TV tatapan Jin sepertinya kosong. Di atas perutnya Jin meletakkan satu cup besar ice cream menyendokinya seolah-olah perutnya adalah meja makan.
Ada apa dengan istrinya? Apa Jin marah karena dia pulang terlambat?

" Chagiya.... "

Panggilnya pelan lalu mencium pipi Jin.

" Umh... Namjoonie.. "

Jin tidak tampak marah saat melihatnya, sepertinya dia baru tersadar akan sesuatu. Jin masih menggigit sendoknya dan bergumam tidak jelas. Di samping tempatnya duduk terlihat lebih parah lagi, potongan cake, pizza dan sepertinya tumpahan cola, jika Jin sedang sadar saat terbangun pagi nanti, dia akan marah2 pada semua orang, lalu menuduh Namjoon dan Yongii bermain PS sampai larut dan mengotori ruang TV.

" Chagiya, ada apa? Apa kau memakan semua ini? "

" Aku kesal Namjoonie, aku sudah makan dari tadi pagi, aku terus menerus makan, tapi bayi ini tidak kenyang-kenyang. Aku masih merasa lapar dan tidak bisa tidur. Jadi aku memakan apa saja. "

Keluhnya pada Namjoon, mualnya mulai berhenti dan sekarang berganti menjadi nafsu makan dan rasa lapar yang tak terkendali.
Namjoon menyingkirkan sisa-sisa makanan di Sofa, duduk di samping Jin dan memegangi tangannya. Lucu sekali perutnya sekarang bisa menjadi tatakan makanan. Cup ice cream pun tidak jatuh.

" Kau belum mengantuk dan masih lapar? "

Jin mengangguk. Luar biasa sekali makanan sebanyak itu belum membuatnya kenyang.

" Aku sudah kenyang, tapi bayi ini membuatku ingin terus makan. "

" Kau ingin makan sesuatu yang lain? "
" Tidak, bagaimana denganmu? "

" Aku ingin memakan sesuatu yang manis. Pancake dengan sirup maple. "

" Aku akan membuatkannya sebentar. "

" Baiklah, kita akan memakannya berdua lalu tidur. "

Namjoon menyatukan dahinya dengan dahi Jin, menyentuhkan ujung hidungnya di atas hidung Jin, saat dia melakukannya Jin akan tersenyum lebar karna geli, dan itulah yang dia lihat sekarang.

" Ommo!!!! Tidak ada tepung !! " Seru Jin sambil memegang kedua pipinya.

" Tidak ada!! Dimana tepung pancake nya. Bagaimana ini!! " Sekali lagi, Jin mengaduk isi lemari bahan makanannya.

" Lain kali saja kalau begitu. "

" Tidak, aku akan membuatkannya untukmu pasti ada sesuatu yang bisa menjadi pancake. "

Jin mendorong tubuh Namjoon dengan satu tangan untuk menjauh dari lemari pendingin .

" Ahhh syukurlah. " Jin kembali ceria saat menemukan beberapa pisang dan 2 butir telur. Namjoon sengaja menemaninya, Jin sangat seksi saat memasak, dia sangat terampil dan kreatif membuat makanan. . Sambil menenggak minuman kaleng dingin. Dia memperhatikan Jin yang sedang mengupas pisang, memotongnya, menghancurkannya dengan garpu sampai lembut, lalu menambahkan 2 butir telur. Heol, dan jadilah adonan pancake. Namjoon terpana dengan ide istrinya saat mereka kehabisan tepung untuk pancake.

Aroma wangi yang enak mulai tercium. Saat mentega panas beradu dengan adonan pancake yang dibuat Jin.

" Woaahhhhhhhh.... "

Entah itu karna enak atau pancake yang panas. 3 tumpuk pancake pisang dengan siraman sirup maple diatasnya mereka nikmati berdua bergantian. Sepotong besar pancake di suapkan Namjoon ke mulut istrinya.

" Gomawo Chagiya. " Ucapnya berterimakasih dan meninggalkan kecupan singkat dibibir Jin yang sedang mengunyah.

~~~

Di sebuah rak kayu kecil di samping tempat tidur mereka. Berjajar buku sastra klasik koleksi Namjoon, sebagian besar koleksinya di tulis oleh Haruki Murakami, tapi buku terfavorit e nya adalah, Demian yang ditulis oleh Herman~Hesse, buku yang membuat Jin sakit kepala. Rumit dan misterius.

Buku-buku itu Namjoon jadikan dongeng untuk anak-anaknya, dia membacakannya sejak mereka mulai berdetak dan tumbuh di dalam perut Jin. Malam ini , setelah mereka mengatasi rasa lapar Jin dengan dua porsi pancake dan satu gelas susu hangat, Jin belum tidur, walaupun sudah lewat tengah malam. Namjoon meletakkan kepalanya di pangkuan Jin, yang bersandar lemah di kepala tempat tidur.

" Burung sudah sepatutnya keluar dari telur. Telur itu, adalah dunia. Barang siapa yang akan terlahir, harus lebih dulu menghancurkan dunia. "

" Ahhh, Ya Tuhan. " Keluh Jin marah.
" Kata-kata macam apa itu? Namjoonie, buku itu terlalu mengerikan untuk anak kita, dia akan terlahir normal jangan menyuruhnya menghancurkan dunia. Bacakan saja kisah Peterpan dan Wendy. "

Protesnya, Jin memang lebih suka dongeng daripada sastra klasik.

" Kau yang akan menceritakan itu padanya , bagian ku adalah memberinya pengetahuan. "

" Dia akan mendapatkannya di sekolah, lagipula anak2 kita akan membawa gen jenius darimu sejak lahir. Simpan saja bukunya, Kookie tidak menyukainya, perutku sakit, aku rasa dia protes. "

Namjoon menutup bukunya tanpa protes dan membantah. Atas nama istri tercinta dan bayi mereka.

" Aegya, Appa akan menceritakan lagi padamu saat Eomma mu tidur, mwahhhhhh. "

Namjoon meletakkan bukunya, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jin dan memeluknya dengan hati-hati, dia menciumi perutnya dengan gemas, menyalurkan rasa sayangnya pada aegya yang sedang di kandung istrinya itu. Jin menyisir rambut Namjoon dengan jari-jarinya, dia ingin menunduk dan mencium pipi Namjoon, tapi punggungnya kesulitan untuk membungkuk karna perutnya yang mulai membesar.

~~~

Tanpa saling memberitahu pun, Jin tahu apa yang Namjoon inginkan. Keinginan itu datang tiba-tiba saat mereka bercengkrama. Lebih baik dia melayani nafsu Namjoon malam ini daripada harus mendengarkan ocehannya tentang Demian. Namjoon bangun dari pangkuannya. Menelusupkan tangannya di belakang leher Jin, membelainya dengan lembut dan perlahan menarik Jin keatas pangkuannya.

" Kau bertambah berat Chagiya. "
Candanya di sela-sela keadaan yang mulai romantis.

" Aku hamil Pabo yaaa, kau memangku dua orang sekaligus. "

Ucap Jin, lalu menyerang Namjoon dengan gigitan di telinga, dengan bibirnya yang lembut, Jin mengecup basah leher Namjoonie- nya, dia menyukai aroma wangi yang menguar di area lehernya yang hangat.

" Matikan lampunya... "

Jin melarang Namjoon menelanjanginya sebelum lampu tidur mereka di matikan. Pengaruh hormon yang membuatnya lebih sensitive dan insecure tentang penampilannya yang sebenarnya baik-baik saja, bahkan Namjoon melihatnya jauh lebih Seksi saat hamil tapi Jin tidak mempercayainya.

" Kau terlihat baik-baik saja Chagiya, tidak ada yang salah dengan tubuhmu, aku menyukainya. Kali ini aku tidak akan mematikan lampu. "

Darling don't worry, you are the prettiest ❤️💋😍

~ To Be Continue ~

NamJin FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang