Pacar Kontrakan

2.4K 86 4
                                    

"Apa? Ke Bali?" Tanyaku histeris membuat seisi cafe melototi kami. Lexa segera menutupi wajahnya dengan jemarinya yang panjang.

"Lo gak bisa duduk aja?" komentarnya sambil menatap sinis ke arahku yang tiba tiba sudah berdiri.

Sambil menelan air liur, aku kembali duduk. Aku mencoba mencerna maksud pacarku ini mengajakku ke Bali. Aku bukannya khawatir dia akan berbuat mesum padaku karena selama dua minggu aku pacaran dengannya, dia belum pernah bahkan memegang jemariku sama sekali.

Yang aku khawatirkan adalah karena kami selalu ribut, berkelahi, memaki atau apapun itu namanya setiap kali bertemu.

Pasti ada yang tidak beres, dia mungkin berniat menelantarkanku disana, atau menjadikanku pembantu atau apalah sesuatu yang buruk. Yang pasti mustahil dia mengajakku untuk liburan.

"Jadi lo serius, ke Bali?" tanyaku lagi.

"Iya, kamis nanti gue, Kai, Hiena sama beberapa anak lainnya mau ke bali, buat lihat proyek disana sekalian buat adventure juga."

Jadi, untuk apa aku ada diantara teman temannya?

Lexa, itulah nama pacarku. Ferdinan Lexady lengkapnya. Dia, meskipun kadang kadang jauh lebih kejam daripada monster, tapi hanya dialah satu satunya yang bisa ku banggakan dalam hidupku.

Dia satu satunya keberuntungan yang ku peroleh setelah 22 tahun hidupku, aku selalu sial. Abaikan soal dia hobi menindasku.

Lexa mungkin salah satu direktur paling ganteng yang ada di Indonesia ini. Bahkan artikel di majalah dan koran yang sering memuat berita tentangnya selalu menuliskan sesuatu yang baik atau membanggakan tentangnya.

Awalnya ku pikir fotonya di majalah itu hanya editan, tapi setelah ku lihat aslinya, ku pikir dia pasti melakukan operasi plastik di Korea. Dia sangat ganteng.

Selain itu, Lexa sangat jenius. Dia seorang arsitek yang setiap menangani proyek, pasti proyeknya jadi mahakarya indah. Oh, satu lagi, perusahaan konstruksi tempat ia bekerja adalah perusahaan ayahnya yang pastinya akan jadi miliknya karena ia anak tunggal.

Dan Lexa, dialah pacarku, setelah 2 minggu kami pacaran, aku masih sering takut kalau itu hanyalah mimpi. Baiklah, baiklah aku mengaku, kami pacaran bukan di dasarkan cinta.

Dia pacar kontakanku. Lebih tepatnya sih, aku yang dia kontrak untuk menjadi pacarnya selama 6 bulan ini. Kontrak konyol dan bodoh, tapi nyata.

"Pim, kenapa sih lo suka banget ngelamun?" keluh Lexa yang pasti sudah bosan menunggu respon yang tak kunjung datang dariku.

"Ya gue heran aja, kenapa tiba tiba lo ngajak gue, ke Bali pula. Lo juga bukannya cowok manja yang harus ditemani sama pacar terus kan?" komentarku.

"Trus, apa donk gunanya lo jadi pacar kontrakan gue kalo gue tetap ngerasa sendiri?"

"Oh, itu.... Bukan berarti gue juga harus ikut ke Bali sama lo kan?"

"Iya, termasuk juga kalo gue pergi ke Bangka, Lombok, Sulawesi dan bahkan Papua. Gue mau lo ikut sama gue!"

Lihatlah, dia masih suka menindasku. Dan sekarang dia mencoba menyekapku dengan terus terusan berada di sisinya.

"Jadi gue harus slalu ada di samping lo?" tanyaku melotot.

"Iya." Jawabnya datar.

Aku menghela nafas tidak tenang. Baiklah, aku memang senang bisa berlama lama memandangi wajahnya yang tampan manis dan juga imut ini, tapi gak 24 jam setiap hari kan?

"Ya, terserah apa mau lo, tapi kali ini gue gak bisa, gue sibuk!" jawabku penuh alasan karena aku tidak pernah sibuk.

"Pengangguran kayak lo bisa sibuk apa?" jawabnya enteng.

Pacar Kontrakan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang