Extreme Date

1.1K 67 1
                                    

Sebelumnya aku mau bilang kalau part sebelum ini kacau banget, penuh typo sampe makna kalimatnya jadi buyar. Jadi kalo kalian mau baca ulang, gak papa ya biar makin jelas.

Aku ngetik part itu lewat ponsel sambil kerja, juga sambil diajakin ngobrol sama anak anak cowok di tempat kerja, juga sambil dipanggil panggilin manager. Akhirnya jadi gak memuaskan.

Aku masih belum bisa ambil keputusan, entah ini bakal jadi part terakhir atau mungkin ada ekstra part.

Lagu yang sering banget aku dengerin sewaktu nyelesaiin novel ini adalah:
Yuni's list:
Westlife - I wanna grow old with you
Airsupply - Goodbye
Air suply - Making love out of nothing at all
Adele - all I ask
MLTR - Thats way you go away
Sam Smith - too good to goodbye
Labrinth - jealous
Jason vincent - Cant take my eyes off you
Kodaline - I still love
Shania twain - Still in love
The beattle - hey jude
Edsheeran- happier
Edsheeran - perpect
Trus lagu lagu jepang

Have fun sama novel ini ya guys. Semoga ada pelajaran yang bisa dipetik dari novel ini.
_________________________________________

Jadi disinilah kami akan melakukan kencan, sesuai permintaan Lexa. Di tempat outbond dengan segala macam permainan permainan ekstrem yang baru melihatnya saja aku sudah muak.

Pantas saja dia memberi persyaratan agar aku memakai celana jeans panjang saja. Ya tentu saja tidak bisa pakai gaun kalau di tempat konyol seperti ini. Dari mana saja sih dia tau tempat tempat menyeramkan begini.

Kami yang berdiri bersampingan saling bertatapan, dia tersenyum penuh arti padaku, sementara aku menatap sinis padanya. Aku sudah yakin, dia akan menyiksaku hari ini.

"Gak ada gitu tempat kencan yang lebih baik, buat ngobrol? Disini mana bisa ngobrol." Komentarku.

"Ya usaha donk." Jawabnya berjalan lebih dulu. Parah, dia sepertinya ingin memberi pelajaran padaku.

"Mau main apa dulu?" Tanyanya membalikkan badan karena aku cukup jauh darinya.

"Cari makan dulu gimana?" Tawarku. Makan memang di atas segala galanya.

"Ya elah, ntar Pim. Flying fox dulu deh." Lalu dia menarik tanganku begitu saja menuju tempat flying fox. Ada cukup banyak orang yang sedang antri untuk mendapat gilirannya.

"Lex, kesini lagi." Ujar salah seorang pemandu disana yang langsung berhifive dengan Lexa.

"Sama cewek? Udah move on dari Hiena?" Ledek orang tersebut.

Lexa tersenyum lebar "Udah lama juga. Ini yang bantuin." Lexa menunjuk padaku. Aku yang cemberut sedikit merasa baik dengan ucapan Lexa.

Jadi disinilah kami memakai helmet dan beberapa perlengkapan lain sebelum akhirnya menaiki tangga untuk bisa sampai ke atas. Sesampainya disana masih ada beberapa orang yang menunggu antriannya.

"Lo mau bunuh gue ya?" Tanyaku setelah menyadari bahwa permainan flying fox ini akan melewati danau yang cukup luas dan berada diketinggian 50 meter. Orang orang mungkin punya nyali untuk ini, tapi kan aku tidak. Aku tidak suka apapun soal olahraga, terutama jika membutuhkan nyali.

"Cuma mau senang senang Pim, pikiran lo jorok banget ah." Ujarnya.

"Lex, gue bilang kencan bukan olahraga ektreme." Celotehku.

"Kencan orang umum udah gak keren, kencan ala kita donk sesekali. Manatau gue mau maafin lo." Ujarnya lagi dengan nada super datar.

"Lo maafin gue, gue yang gak maafin lo." Semburku. Beberapa yang lain menatap ke arah kami, lalu bergosip begitu saja. Woii orang yang digosipin masih di depan kalian loh.

Pacar Kontrakan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang