Kiss on Sunrise

1.2K 78 3
                                    

"Pim, this is the show." Ujar Lexa yang segera memutar tubuhku yang menunduk untuk menghadap matahari terbit.

Aku mengangkat pandanganku dan melihat sesuatu yang sepertinya baru pertama kali aku lihat. Aku rasa aku baru ingat, ini pertama kalinya aku melihat matahari terbit karena kan selama ini aku bangunnya jam seratus.

Perjalanan kami yang dua jam setengah terbayar lunas saat dengan perlahan mata kami disuguhkan dengan semburat matahari yang mulai muncul dari balik awan awan tebal.

Aku tak pernah menyangka bahwa matahari terbit bisa seindah ini. Bukan hanya warna keorangean yang ada di langit biru. Yang lebih menakjubkan adalah di langit terdapat warna pink, warna warna pastel dan juga warna merah maroon.

Semburat warna warni menyebar menghiasi langit dengan sedikit demi sedikit matahari pagi menampakkan wujudnya. Aku rasa ini jauh lebih indah dari sekedar pelangi.

Ini fenomena alam pertama yang aku lihat, sebelumnya aku tak pernah ingin tau atau berniat mencari taunya. Tapi setelah melihat matahari terbit di hadapan mataku, aku baru sadar dengan kebesaran Tuhan.

Sekarang aku baru mengerti kenapa banyak sekali orang orang yang rela bersusah payah mendaki hanya untuk nelihat sunrise. Karena dari sunrise inilah seluruh keindahan alam dimulai.

Aku merinding menyadari bahwa masih ada sisi yang indah di dalam perjalanan hidupku.

"Udah lihat sunrise yang sesungguhnya itu gimana kan?" ucap Lexa yang menoleh sepersekian detik padaku, lalu kembali beralih pada matahari.

Aku menoleh padanya, mengamati wajah serius itu. Sumpah demi apapun, pantulan dari warna langit yang indah ada di wajahnya. Wajahnya terlihat berkilauan dengan pantulan warna indah dari langit.

"Gak mau komentar apa apa gitu?" Tanya Lexa padaku yang masih terdiam.

Mataku mulai memerah. Aku sadar, lelaki inilah yang menjadi alasanku untuk bertahan sampai akhir, yang membuatku bisa berada di puncak gunung. Aku mendaki bukan karena ingin mendaki, melainkan karena keinginanku yang ingin terus berada di sisi Lexa.

Dialah sebenarnya yang membuatku sanggup mengalahkan rasa ketakutan yang selama ini membayangiku.

Aku segera memeluknya, membuatnya terkejut luar biasa. Aku bisa merasakan tubuhnya yang menegang perlahan menjadi rileks dan membalas pelukanku.

"Gue tau lo mau bilang makasih, oke sama sama. Gue juga tau lo mau bilang ini menakjubkan dan indah banget, karena itu juga yang gue rasa sekarang. Dan gue juga tau kalo lo mau bilang lo makin sayang sama gue dan itu gue juga udah tau." Seru Lexa antara menghibur dan meledek.

Aku segera melepaskan pelukan kami dan memukul lengannya. "Sok peramal deh. Gue batal mau bilang makasihnya." Ucapku memanyunkan bibir.

Lexa segera tertawa karena hal itu. "Fine. Asalkan rasa sayangnya gak batal aja." guyonnya.

Aku juga tertawa mengiringi tertawaannya. Kebahagiaan yang ku rasa sekarang ini cocok diumpamakan dengan keindahan matahari yang semakin meninggi.

Warna dilangit yang sempat berwarna pink keunguan memudar dengan warna matahari yang membuat langit menjadi lebih kekuningan. Menakjubkan sekali melihat perubahan warnanya.

"Ini mungkin hal terindah yang pernah gue lihat, Lex," gumamku dengan pandangan mata lurus ke depan.

"Ini juga jadi matahari paling indah yang pernah gue temui Pim. Ada banyak gunung yang gue daki dan ada banyak sunrise yang gue lihat, tapi sunrise kali ini benar benar sempurna, mungkin karena sekarang ini ada lo disisi gue." Jelasnya, menatapku serius, lalu setelah itu beralih lagi ke sunrise.

Pacar Kontrakan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang