Sudut Pandangmu

993 65 2
                                    

Sebelum kalian baca, aku mau kasih tau dulu kalo novel pacar kontrakan juga gak bakal panjang panjang banget lagi. Seperti ceritaku sebelumnya, dan konsep yang ku pegang, kalo udah masuk konflik, klimaks, ada penyelesaian, udah tamat deh. Aku gak mau buat ceritanya jadi berbelit belit.

Mohon dukungannya sampe akhir ya guys. Juli ini mudah mudahan bakal rampung semua.
________________________________________

Aku berdiri kaku di depan toko bunga pemberian papa Lexa. Aku belum pernah membukanya, meskipun dengan begitu aku mungkin membunuh banyak bunga bunga disana. Ditanganku sudah ada buku tabungan yang diberikan papa Lexa, aku juga belum pernah melihat berapa nominal disana.

Perlahan lahan ku buka buku tabungan itu. 500 juta nominal yang tertera, membuatku dengan cepat menutup mulut saking terkejutnya.

Iya, aku benar benar sudah memeras keluarga Lexa. 500 juta adalah harga yang dibayar papanya untukku pergi meninggalkan Lexa.

Bagiku yang setiap bulan kesulitan membayar uang kos, 500 juta adalah impian yang terlalu besar. Aku memang wanita yang layak dicampakkan Lexa.

"Pimy..." seseorang memanggilku lagi, padahal aku sudah tidak ingin siapapun lagi menyebut namaku.

Aku menoleh ke asal suara, Hiena datang dengan senyum sumbringahnya, yang kali ini terlihat tulus. Pandanganku silau dengan penampilan Hiena yang memukai, gaun seukuran lutut dan higheel yang cantik membuatku iri padanya.

"Ngapain disini Pim? Muka lo kenapa sih, kayak gak dirawat gitu, beda deh waktu di Bali." Harus dia mengungkit itu sekarang? Sikap menyebalkannya belum hilang semuanya.

"Mau jalan ke tempat kerja." Dalihku. Aku segera berjalan meninggalkannya meskipun mungkin dia sengaja mencariku. Aku tau kini aku sangat menyebalkan, memang kusengaja agar semua yang bersangkutan dengan Lexa menjauh dariku.

"Rio udah kasih tau ke gue apa yang terjadi." Ucapnya. Mereka semua tau sekali cara ampun untuk menghentikan derap langkahku.

"Awalnya gue marah sih." Hiena mendekat padaku. "Lexa bukan cowok yang layak lo gituin. Tapi gue sadar, peluang gue buat kembali sama dia jadi terbuka lebar. Mungkin memang ini yang sudah direncanakan Tuhan." Imbuhnya.

Aku tetap diam, tak menemukan kata kata yang tepat untuk membalasnya.

"Masih banyak yang mau gue bilang sama lo Pim." Ujar Hiena yang melihatku ingin melangkah pergi. Aku menyabarkan diriku untuk mendengarkan kata katanya yang sudah bisa di pastikan akan lebih menyakitiku di masa depan.

"Lexa bakal berangkat ke New York kamis ini, lusa. Lo udah tau?"

Aku hanya mengangguk pelan.

"Ini sebenernya diluar rencana siapa siapa Pim, tapi kebetulan gue juga dapat tawaran modeling di Hollywood. Ada perusahaan modeling yang nawarkan kontrak kerja sama gue."

Aku yang menunduk perlahan lahan menatap Hiena, harus mendongakkan kepalaku untuk bisa bertatapan mata dengannya.

Tak perlu ia jelaskan lagi, aku tau kelanjutan ceritanya. Dia dan Lexa sama sama akan ada di Amerika karena tawaran pekerjaan, itu artinya kesempatan untuk merajut jalinan kasih terbuka kembali.

Siapa yang bisa menjamin hati yang mudah bolak balik ini?

"Lusa, gue sama Lexa berangkat bareng. Gue berat mau bilang ini, tapi kalo lo mau datang, kita ada di terminal 3, mungkin ada yang mau kalian omongin." Hiena memberi jeda pada ucapannya, kemudian tangannya perlahan memegang tanganku, lembut.

"Pim, kalo ternyata selama ini hubungan kalian cuma pura pura, biar gue perjuangin Lexa lagi ya? Gue janji, ngak akan nyakiti dia untuk kedua kalinya." Lalu Hiena memelukku.

Pacar Kontrakan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang