Ekstra Part

1.9K 85 17
                                    

"Jadi sepulang sekolah kamu langsung jualan telor?" Tanya Pim pada seorang anak kecil berpakaian lusuh yang sedang membawakan puluhan telor untuk dijual.

Pimy membawa anak lelaki itu duduk di cafe, lalu memesan minuman untuk mereka.

"Kalo kakak beli semua ini jadi berapa?" Tanya Pimy masih serius. Ia kira membanting tulang sejak kecil hanya dilakukan oleh ia dan Nana. Tapi melihat anak kecil yang masih sepuluh tahun ini bekerja, nyatanya jauh lebih merobek hatinya.

"Semuanya jadi 60 ribu kak. Ini 5 kilo tapi aku udah pecahin tiga telor." Aku anak itu jujur.

"Kalo laku semuanya juga cuma dapat 60 ribu? Trus kamu cuma bakal dikasih sama orang yang nyuruh kamu sepuluh ribu, iya kan?" Tanya Pimy dengan nadi berdenyut perih.

Anak itu mengangguk pelan, ia kelihatan sudah amat lelah.

"Gini, bilangin ke mama kamu biar mama kamu buat kue kue basah atau kripik atau apa aja deh, trus dititip ke warung warung. Kakak kasih modalnya ya. Rumah kamu yang kemaren itu kan, nanti malem kakak datang kesana ya buat ngasih uangnya. Ini kakak bayar telornya. Sekarang kamu pulang ya."

Pimy menyelipkan 300 ribu ke tangan anak itu, yang awalnya ditolak mentah mentah oleh anak itu.

"Kak Pimy kan bukan orang asing lagi, jadi diterima aja. Nanti malem kakak ngobrol ya sama mama kamu." Bujuk Pimy yang akhirnya disetujui anak itu juga.

Terdengar banyak sekali ucapan terimakasih dari mulut kecil anak itu karena terlalu penuh syukur.

Setelah kepergian anak itu, Pimy disesaki perasaan kasihan berlebihan. Melihat orang lain mengalami penderitaan yang pernah ia derita dulu, rasanya sangat menyiksa. Ternyata masih banyak yang ditelantarkan negara ini.

Di undang undang jelas tertera, anak yatim dan fakir miskin dipelihara oleh negara. Tapi apa mungkin negara sebesar Indonesia ini tak sanggup untuk memelihara anak anak yatim dan fakir miskin yang mereka punya?

Pimy mengambil buku tabungan dari dalam tasnya, melihat nominal angka disana. 500 juta. Tabungan yang papa Lexa berikan, tapi akhirnya dibayar kembali oleh Lexa.

Apa ini saatnya tabungan itu ia gunakan?

"Daddy....daddy.... tungguin Kimy donk. Ih, daddy ngeselin ah. Kimy ngambek nih." Ujar seorang anak kecil cantik yang berjalan menuju papanya yang sejak tadi tertegun menatap seseorang.

Anak kecil berusia 3 tahun itu, dengan gaun yang membuatnya imut sekali dan rambut panjang gelombang membuatnya segera menjadi pusat perhatian di cafe outdoor tersebut.

Beberapa tertawa melihat tingkah lucunya saat daddy nya menggendong, dia langsung bergelanyut manja.

"Daddy cium cium dulu deh, biar ngak ngambek lagi." Daddy nya menciumi putri kecilnya sambil menggelitikinya, membuat putrinya berteriak kesenangan. Yang lain semakin merasa ketagihan memandangi mereka.

Pimy yang juga masih di cafe itu langsung berdiri tegang melihat si daddy dan putri lucunya yang berusia 3 tahun. Pimy sebenarnya ingin melarikan diri secepat mungkin, tapi langkah kakinya berat untuk melangkah.

Ia rindu pada orang tersebut.

Setelah daddy tersebut selesai menggelitiki putrinya, ia kembali menatap orang yang tadi membuatnya terpaku. Pimy.

Mata Pimy dan lelaki yang memiliki putri kecil tersebut bertemu disatu ruang yang hanya mereka berdua yang mengerti.

Ruang rindu yang amat dalam tapi sudah dipenuhi dengan keikhlasan hati.

"Lexa?" Akhirnya terdengar suara Pimy, amat gemetaran dan intonasinya tak teguh. Mereka baru berpisah dua tahun kemarin tapi Lexa sudah memiliki putri kecil yang teramat cantik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pacar Kontrakan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang