6. Awal mula

38 4 0
                                    

•pulang sekolah•

Ratu masih mencerna perkataan Andika saat istirahat tadi. Kali ini ia merenung di dalam kelasnya, sendiran, menatap kekosongan.

Setelah lama berkurung di dalam kelas, Ratu memutuskan untuk pergi dari kelasnya. Teman-temannya sudah pulang terlebih dahulu, Ratu hanya ingin sendiri saat ini.

Berat rasanya, memang Ratu dan Raja baru kenal akhir-akhir ini, No. Mereka sudah kenal, tetapi tak sedekat ini. Tatapan, senyumnya, tubuhnya, Ratu menyukainya. Tapi, Ratu masih mempunyai Andika. 3 bulan ia bersama Andika, tidak mungkin Ratu menyia-nyiakannya. Besok hari Minggu, ia akan bertemu dengan Raja, mungkin pertama dan terakhir kalinya mereka bermain berdua. Seninya, Ratu harus fokus PAT.

•Rumah Ratu•

"I'm back" ucap Ratu saat membuka pintu. Ratu disambut oleh bi Minah. "Dimana Mami?" tanya Ratu, ucapan Ratu berbeda.

Bi Minah mengernyitkan dahinya, tidak biasanya Ratu memanggil ibunya dengan sebutan 'Mami'. "Tumben non Ratu bilang 'mami' biasanya mamah" balas Bi Minah. "Belum pulang non. Katanya masih ada pasien yang harus diurusi" terusnya.

Ratu mengangguk tanda mengerti, ia segera berjalan keatas untuk berganti pakaian, lalu turun kembali untuk makan siang. Setelahnya, ia tidur siang, karna tidak ada aktivitas lain yang harus ia lakukan. Jika Andika mengechatnya? Haha itu tidak akan mungkin.
.
Ratu terbangun karena suara teriakan kedua orang tuanya, lagi, lagi dan lagi. Teriakan itu yang membuat Ratu tidak betah di rumahnya sendiri. Ratu menuruni tangga untuk melihat situasi, benar saja dugaannya orang tuanya bertengkar. Yang pasti masalah sepele. Kekanak-kanakkan sekali.

"MI, PAPI!" teriak Ratu di tangga, ibunya dan ayahnya melirik ke arah Ratu dengan heran. Sebutannya yang membuat mereka heran.

"Naik ke atas Ratu, kamu belajar ya" jawab Ayahnya sambil tersenyum ke arah Ratu. Ratu tidak menuruti perintah Ayahnya, ia masih berdiam diri di tangga. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, saatnya makan malam bersama keluarga. Tapi, tidak untuk kali ini.

"Engga! Ratu gamau keatas sebelum mami sama papi berenti teriak-teriaakkan begituan, apaan sih? Kek anak kecil aja." jawab Ratu ketus.

"RATU!" teriak ibunya. Ibunya menatap Ratu penuh amarah, tapi Ratu tidak takut sedikitpun. Bukannya ia tidak menuruti perintah kedua orangtuanya, jika Ratu terus diam, pertengkaran akan berlanjut hingga esok pagi.

"Mami sama papi mau baikan apa Ratu yang kabur dari rumah?" tanya Ratu. Ibu dan Ayahnya saling pandang. "Oke gaada jawaban, Ratu anggap kalian ga baikan, jadi Ratu bakalan kabur" terusnya. Ia melangkah melawati ayah dan ibunya lalu keluar. Ayahnya mengejarnya, Ratu menangkis tangan Ayahnya. Butiran bening pun membasahi pipi Ratu.

"Papi baikan sama mami, nak. Masuklah kerumah, hawa Bandung sudah dingin" ucap Ayahnya. Ratu membalikkan tubuhnya. Ayahnya beridi di depan pintu rumah, sedangkan Ratu berada di halaman.

"Kekanak-kanakkan sekali" jawab Ratu. Ibunya datang dan menghampiri ayahnya yang berdiam diri di depan pintu.

"Ratu masuk" ucap Ibunya pelan, sedikit membentak.

Ratu pun menurut, ia berjalan menuju masuk. "Cape" ucapnya di hadapan ibu dan ayahnya. Ia masuk kedalam rumah diikuti oleh kedua orangtuanya, ia segera ke atas. Tentunya menangis.
.
1 jam lebih Ratu menangisi hidupnya. Mulai dari kedua orangtuanya, kecuekkannya Andika, dan menjauhi Raja. Semuanya mencampur menjadi satu. Ia beranjak keatas kasurnya, sebelumnya ia duduk di lantai dan bersender di pintu kamarnya, sambil meluapkan tangis. Kali ini tangisannya sudah reda. Ia mencari-cari ponselnya, dan akhirnya dapat. Tidak ada satu pesan dan notifikasi tentang Andika. Butiran itu kembali menggenang di pelupuk matanya, kemudian jatuh membasahi pipinya. Lagi.

•keesokan paginya•

"Ratu bangun sayang, sarapan" teriakan ibunya di luar kamar Ratu. Ratu masih terlelap, dikarenakan saat malam ia tidur larut.

cklek

Ibunya terpaksa membuka pintu kamar Ratu. Dilihatnya kamar yang berantakan tidak seperti biasanya. Ratu yang tidur dengan posisi kepala di tempat kaki, sedangkan kaki di atas bantal. Wajahnya ditutupi selimut tebal. Bantal dan guling dimana-mana. Boneka yang berserakan di atas lantai. Laptop yang masih terbuka layarnya. Dan tisu yang berserakkan. Ibunya membuka selimut yang menutupi wajah anaknya itu. Dilihatnya seorang perempuan yang biasanya cantik, kini berubah menjadi seorang wanita tak terurus. Rambutnya acak-acakkan, mata sembab, hidung yang kering karena cairan ingus, dan bekar buliran air mata di pipinya. Ibunya mengusap rambut Ratu pelan, tapi taada respon sedikitpun dari Ratu. Ibunya tersenyum melihat gadisnya yang sudah besar. Ia membuka gorden, masuklah cahaya matahari ke kamar gadisnya itu. Ibunya kembali ke kasur Ratu. Ia menyentuh pipi Ratu pelan, tak ada respon pula. Ia membuka seluruh selimut. Ibunya menggoyang-goyangkan kaki Ratu pelan, lalu kembali menyentuh pipi Ratu. Tak ada respon. Kali ini ibunya membangunkannya lebih keras lagi, tak ada respon satu pun. Ia ambil air minum yang berada di meja belajar Ratu, lalu menyimprat-nyimprat kan air itu ke wajahnya. Ratu tak merespon sedikitpun.

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang