"Tu, ngapain lagi lo sama Raja?"
"Eh, Andika" ucap Ratu. Ia berdiri dan menghampiri Andika.
"Oh jadi ini maksud lo putusin gue?!" Ucap Andika lantang. Seisi kelas dibuat kaget oleh ucapan Andika.
"Hah? Gausah fitnah gue deh!" Jawab Ratu tidak kalah berisiknya.
"Yaudah, maksud lo apa?!" Andika lebih menentang Ratu.
"Buka mata lo! Kita udah selesai dan gausah ngurusin hidup gue lagi!" Teriak Ratu.
"Oh jadi gini permainan lo ya queen" ucap Andika. Kini ia merubah intonasi bicaranya.
"Lo salah paham, Ka" jawab Ratu.
"Malem itu lo putusin gue tanpa kejelasan dan sekarang lo malah asik asik berduaan sama cowo brengsek kaya dia?" Ucap Andika sambil menunjuk kearah cowo yang merasa masa bodo dengan kejadian ini, ia hanya memainkan ponselnya dengan tenang.
"Gue sama dia temenan. Dan tadi dia cuma minta foto bareng gue! Hubungan kita selesai dan lo gausah ada niatan jatuhin nama gue di tempat umum kaya gini. Gue pergi!" Jawaban terakhir Ratu. Ia pergi melewati pria yang tengah membisu saat ini. Ia menatap lantai nanar, lalu ia menyadari bahwa sedari tadi ia dan Andika menjadi tontonan saat ini. Semuanya berubah, berbisik-bisik entah sedang membicarakan apa.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Ratu menangis sejadi-jadinya setelah pulang sekolah. Ia menangis di kamarnya tanpa membuka sepatunya dan mengganti pakaian sekolahnya. Ia menangisi hubungannya.
"Kenapa dia datang lagi setelah bikin gue jatuh sejatuh-jatuhnya!" Ucap Ratu sambil menangis.
"Gue butuh Ersia, andai aja lo disini sama gue Er. Gue kangen lo. Gue ga bisa nyelesain masalah ini sendiri"
Ketika sedang menangis. Ratu di kejutkan oleh ketukan pintu kamarnya. Adiknya, Devan berbicara di luar pintu.
"Ka Ratu, ada orang di depan rumah katanya mau ketemu lo" ucap adiknya Devan. Ratu tak menggubris ia tetap diam dan masih menangis.
Beberapa jam kemudian, Devan kembali lagi, masih suara di luar pintu.
"Ka Ratu, temen lo di depan udah sejam lebih dia berdiri sambil nyender di mobilnya" ucap adiknya Devan. Tak ada jawaban dari kakaknya, Devan pun mengetuk pintu beberapa kali. Tak ada jawaban lagi, ia kembali bermain ps di ruang tengah.
Sudah hampir malam, Ratu tak kunjung keluar kamar. Devan lagi lagi mengetuk kamar Ratu, kali ini ia membawa seorang pria yang sedari tadi menunggu kedatangan Ratu. Devan heran dengan tingkah laku kakanya, terakhir ia lihat saat kakaknya pulang sekolah, ia menangis dan langsung menutup kamar kencang. Devan heran, karena biasanya ketika kakak satu satunya yang ia miliki dirumah menangis, Ratu selalu memintanya untuk memasakan mie untuknya, entah itu mie atau makanan semacamnya. Kini ia heran. Devan menyuruh pria itu untuk mendobrak pintunya saja, ia takut kakaknya drop. Tanpa basa basi lagi, pria itu mendobrak pintu. Benar saja apa yang Devan curigakan, kakaknya tergeletak di lantai, tangan nya penuh dengan obat-obatan.
"Alisya!!" Teriak pria itu. Devan hanya bengong tak percaya ia segera mengambil ponselnya dan menelpon ambulan. Pria itu berusaha untuk membangunkan Ratu tetapi tak kunjung bangun, matanya terlihat sembab walaupun pingsan. Entah kenapa pria ini mencemaskannya, padahal di sekolahnya ia terkenal hati batu.
Ambulan datang, Ratu segera di larikan kerumah sakit, pria itu masih bersama Ratu. Dan Devan membawa mobilnya sendiri. Sesampainya disana, mau tak mau ia harus melepaskan Ratu, ia menunggu diruang tunggu bersama Devan yang tidak bisa diam. Ia bulak balik tak karuan sambil menggenggam benda pipih dan di tempelkannya di telinga. Pria itu menyangka bahwa Devan sedang menelpon orang tuanya, tetapi tak kunjung di angkat.
Beberapa menit kemudian, seorang pria paruh baya memakai jas putih dan benda yang meliliti lehernya keluar dari ruang itu.
"Wali Ratu allisya?" Tanya dokter. Devan dan pria itu berdiri.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Devan.
"Siapa disini yang keluarganya?" Tanya dokter lagi. Devan mengacungkan tangannya, lalu ia disuruh untuk mengikuti dokter dan meninggalkan pria itu.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Pagi harinya, Ratu mengerjapkan mata. Ia melihat sebuah imfusan di kirinya. Lalu ia mencoba untuk memfokuskan pada seseorang yang kini sedang tertidur pulas."Sedingin es. Tetapi tampan"
Ratu terkejut, ia baru menyadari bahwa ada seorang pria yang sedang menunggunya sampai tertidur, apalagi pria yang Ratu sukai saat melihat tawanya.
Ketika ingin membenarkan rambut pria itu, Ratu dibuat terkejut, pria itu bangun.
"Udah sadar lo?" Ucapnya sambil mengusap matanya yang rasanya masih terasa kantuk.
"Belom" ucap Ratu seadanya
"Ngerepotin lo dasar bocah" ucap pria itu. Ia pergi dari tempat duduknya dan sepertinya memasuki kamar mandi.
Benar saja, ia membasuh mukanya dan rambutnya, kini rambutnya termpampang jambulnya yang basah.
"Gue mau balik" ucapnya. "Gue niatnya cuma mau ngasih buku catatan lo ketinggalan, besoknya padahal ulangan, lo malah kek gini, ck"
"Makasih" jawab Ratu, ia masih bisa tersenyum walaupun pucat pasi.
"Adik lo, Devan, kasian nungguin lo pas malem bulak balik dari pas malem cuma buat nelpon bokap sama nyokap lo tapi mereka ga ngangkat" ucapnya, ia melirik ke arah Devan yang sedang tertidur pulas di kasur untuk penunggu pasien. "Dan sekarang gue telat sekolah padahal hari ini ada ulangan harian" terusnya, ia mengambil tasnya dan menggendongnya sebelah.
"Maafin gue, gue jadi ngerepotin lo" jawab Ratu.
"Ia memang. Lo ngerepotin banget, tinggal keluar ngambil buku catatan lo apa susahnya sih gue nungguin lo sampe malem tau ga? Kalo aja gue ga dobrak pintu lo, lo bakalan mati overdosis" ucapnya ketus. "Gue nungguin lo sampe sekarang karena gue kasian sama adik lo. Gausa salah paham" terusnya lagi, lalu ia berbalik badan untuk pergi.
Ratu mencegatnya "Kent" panggil Ratu. Pria itu Kent, ia menoleh dengan wajah dinginnya dan menatap Ratu. "Makasih, tapi lo harusnya ngasih aja catatan gue ke adik gue, nitip ke adik gue gausa pake nungguin gue segala. Bego lo" terusnya. Tak ada jawaban dari Kent ia kembali membalikan badannya lalu pergi.
"Benar kata orang-orang. Kent itu beku"
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine
RomanceHal yang indah akhirnya datang, dan dia jadi milikku. Selamanya? No.