13. Perubahan

46 4 1
                                    

"Saya, bu"

Ratu merasa kaget karna hal itu. Bagaimana tidak? Pria itu adalah teman sebangkunya saat ini yaitu Fikri. Ratu masih heran, perasaannya bercampur aduk.

"Gilak ya lo" ucap Ratu pelan seraya mengetuk meja pelan.

.
"Kenapa kamu ngasih jawaban?" tanya pengawas.

"Maaf bu" ucap Fikri, ia menunduk.

"Tadi kamu udah telat, sekarang malah main curang!" teriaknya.

Fikri terdiam, dan menunduk.

"Gue ga ngerti sama pikiran lo, fik" ucap Ratu dalam hati sambil terus menyaksikan kejadian di hadapannya.

"KELUAR KAMU!" teriak pengawas. Tanpa basa basi, Fikri keluar tanpa rasa bersalah.

♡♡♡
"Kenapa lo belum selesai? Yang lain pada udah" ucap Fikri. Ia telah selesai di hukum, dan kembali ke dalam ruangan di karenakan mengambil alat tulisnya.

"Gue ga fokus" jawab Ratu ketus.

"Coba gue liat soalnya" Fikri duduk, lalu mengambil soal di meja Ratu. Ratu yang mengetahuinya langsung mengambil kertas soal yang sudah di pegang oleh Fikri, lalu ia memukul Fikri oleh kertas itu tepat di wajahnya.

"Ah, fak. Mata gue sakit, sya" Fikri mengedipkan matanya lalu sedetik kemudian menutup matanya oleh tangan. Ia meringis.

"Gue ga mukul keras" jawab Ratu, ia terus fokus pada ulangannya.

"AYO ALISYA, CEPETAN" Teriak pengawas.

"Mata gue perih beneran kena ujung kertas, sya" jawab Fikri. Ratu tak peduli ia berjalan menuju pengawas dan memberikan jawaban ulangannya. Lalu ia meninggalkan Fikri yang masih meringis.

Di perjalanan pulang di koridor, Ratu berhenti. Ia teringat Fikri, yang sudah menyelamatkannya tadi. Ia berbalik lalu berlari ke ruang uks. Ia berniat untuk mengambil obat mata. Lalu setelah itu kembali ke kelasnya. Benar saja, Fikri masih disitu.

Ratu mendekati Fikri. Lalu ia menarik wajahnya agar menghadap pada dirinya

"Ngapain si lu, sya" Fikri memberontak. Tapi tak bisa. Ratu segera membuka obat mata tersebut.

"Lo bisa diem?!" teriak Ratu, ia menatap Fikri, mata kirinya merah. "Padahal cuma gegara kertas" terusnya

"Kelemahan gue di mata, sya" jawabnya. "Apalagi itu kena ujung kertasnya yg lancip" terusnya. Ratu yang mendengarnya terdiam.

"Tahan bentar" tanpa basa basi, Ratu segera meneteskan di mata Fikri. Fikri berkedip kedip. "Udah kan. Gue balik" ucap Ratu. Ia meninggalkan Fikri.
♡♡♡
Keesokan harinya.

Hari ini adalah hari terakhir ulangan. Ratu merasa sangat resah karena kemarin ia sudah di bela oleh Fikri. Ia harus berterima kasih.

Seperti dugaannya, hari ini Fikri telat masuk.

"Tumben" ucap Ratu saat Fikri datang.

"Gue lagi males" jawabnya ketus.

"Males main ML maksud lo?" tanya Ratu lagi.

"Lagi males aja buat ketemu lo" jawab Fikri. Lalu, Ia duduk dan mengisi kertas jawaban. Ratu hanya terdiam.

Sudah jam ke-dua. Kali ini Fikri ketus seperti hari pertama mereka bertemu, entah apa yang membuatnya seperti ini.

"Lo kenapa?" tanya Ratu. Ia melihat mata Fikri yang masih sedikit merah. "Udah lo obatin tetes mata pas pagi?" tanya Ratu. Ia berniat untuk memegang pipinya agar dia bisa melihat jelas mata Fikri yang memerah. Tapi hasilnya membuat Ratu terkejut, Fikri menepis tangan Ratu pelan.

"Gue ga apa-apa, sya" jawabnya. "Gue lagi ngisi soal, jangan ganggu" terusnya.

Ulangan pun selesai. Ratu berniat untuk berbicara dengan Fikri ketika semua orang di ruangan ini sepi. Fikri biasanya bermain game di dalam kelas.

"Kenapa lo masih disini?" tanya Fikri. Ia mengeluarkan ponselnya.

"Gue hm.. Gue mau terimakasih sama lo" jawab Ratu. Ia berdiri dari bangkunya, lalu mengeluarkan obat tetes mata. "Dan maaf soal ini, gue ga tau, Fik" terusnya lagi.

"Gpp, sya" Fikri menepis tangan Ratu agar tidak mengobatinya lagi. "Gue bisa sendiri. Lo pulang aja" terusnya.

"Gue ga bawa kendaraan tadi gue di antar papih" jawabnya.

"Terus?"

"Gue lagi nunggu Andika, dia lagi di panggil ketua osis" jawabnya, sambil tersenyum.

"Andika?" tanya Fikri lagi. "Siapanya lo?" Terusnya.

"Hmm.. Pacar gue" jawab Ratu, ia tersenyum.

Jleb

"Andika ketua osis?" Tanya nya lagi. "Eh maksud gue calon" terusnya. Ratu mengangguk. "Sejak kapan?"

"Setahun" jawabnya singkat.

Beberapa menit kemudian, Andika datang dengan membawa 2 minuman.

"Saya...eh" Andika terkejut menemukan Ratu dengan pria lain.

"Udah selesai? Hayu pulang, aku laper" Ratu menghampiri Andika lalu pergi meninggalkan Fikri sendirian.

"lo kenapa fik, kenapaa?" Ucap fikri di dalam hatinya.
♡♡♡
1 bulan kemudian.

RATU POV

Sudah satu minggu aku memputuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan Andika. Kita bertengkar hebat minggu lalu. Aku yang terlalu terbawa emosi. Dan dia yang selalu menjadi kunci pertengkaran. Aku hanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Jujur saja, aku belum bisa melupakannya.

Author pov

Hari ini adalah hari masa MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah) Ratu yang menjadi anggota osis tentunya harus hadir menjadi panitia.

Pagi ini terlihat tak bersemangat. Ratu tak berniat untuk ke sekolah, ia ingin menghabiskan waktunya di kamar dan sesekali menangis. Pagi ini matanya sembab, sangat sembab.

Ratu turun di mobilnya yang sudah ia parkir. Ia menjadi sorotan siswa siswi baru di karenakan hanya dia wanita yang membawa mobil pribadi. Ia berjalan melewati koridor. Sepanjang perjalanan ia hanya menunduk untuk menutupi mata sembabnya ini.

Bruk.

Ia menabrak seseorang.

"Maaf" ucapnya lalu ia kembali berjalan dengan lesu.

"Ratu" teriak seseorang. Pria. Sepertinya pria itu adalah orang yang Ratu tabrak tadi.

Ratu menoleh, ia memberanikan diri untuk melihatkan wajahnya. "Iya?"

"Lo? Lo kenapa?" Pria itu menghampiri.

"Ga kenapa-kenapa, ja" ternyata pria itu adalah Raja.

"Lo di panggil sama Ketos, Tu. Lo disuruh nyatet agenda hari ini. Lo sekretaris" ucap Raja.

"Iya nanti gue kesono. Tapi gue mau ke toilet dulu" jawab Ratu. Ia membalikkan badan dan berjalan kembali.

"Gausah pikirin Andika, Ratu" ucap Raja.

"Iya" singkatnya.

"Lo ga kenapa-kenapa kan? Lo udah makan?" Raja menghampiri Ratu.

"Ga kenapa-kenapa, ja" jawab Ratu lagi.

"Gue beliin bubur deh ya, lo sakit. Pucet gitu" ucap Raja lagi. Ia memegang puncak kepala Ratu. Benar saja, dirinya demam.

"Gausah, ja" ucap Ratu.

"Tunggu di uks. Gue ke kantin bentar" Raja berlari menuju kantin. Beberapa detik kemudian...

Bruk..

"Alisya!"

He is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang