[ 1 ]

100K 2.2K 22
                                    

Keluarga Wijaya adalah keluarga kecil yang serba kesusahan tapi selalu bahagia karena bersama. Sang ayah bernama Heru Wijaya dan sang ibu bernama Norma Wijaya. Mereka mempunya dua orang anak, anak pertama bernama Latania Wijaya atau yang kerap di sapa Lala, dan anak ke dua mereka bernama Eriktonio Wijaya atau yang kerap di sapa Erik.
"Ibu, apa aku tidak bisa pindah universitas?" tanya Lala dengan nada kesal. Pagi ini seluruh anggota keluarganya sedang berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Tidak!" jawab ibunya dengan tegas sambil mengambil makanan yangg
berada di atas meja untuk suami dan ke dua anaknya.
"Kenapa, Bu?" Lala kembali bertanya, hatinya terasa sangat mengganjal saat ia kuliah di salah satu univeristas terkemuka di kota ini. Bukannya Lala tak suka universitas itu, namun yang Lala takutkan adalah biaya yang harus di tanggung Ayahnya perbulan. Lala sangat mengerti, bahwa gaji Ayahnya sangatlah kecil dan tak mampu membayar uang semester setiap bulan.

"Kau tidak tahu? Ayahmu meminjam banyak uang dari rentenir untuk membayar biaya kuliahmu!" jawab Norma dengan nada bicara yang ia naikkan beberapa oktaf yang sukses membuat Lala terkejut bukan main.
"Apa, Bu? Pinjam uang dari rentenir?" tanya Lala dengan keras usai mendengar apa yang baru saja Ibunya katakan. Lala tak habis pikir, kenapa Ayahnya nekat meminjam uang pada rentenir, apa Ayahnya tidak tahu, bahwa rentenir itu sangat berbahaya?

"Benar, jadi kamu harus kuliah dengan baik!" balas Heru, Ayahnya Lala sembari menyeruput teh hangat buatan istri tercintanya.

"Bagaimana ayah akan membayarnya?" terlihat jelas di raut wajah Lala saat ini kalau ia sedang khawatir. Bagaimana ia tak khawatir jika Ayahnya nampak sangat santai saat ini. Padahal dia meminjam uang pada rentenir. Rentenir sangatlah kejam, mereka tidak akan segan-segan membunuh orang yang meminjam uang jika mereka tak mampu membayar hutangnya, belum lagi rentenir pasti akan mematok bunga yang sangat besar.

"Tenang saja, Ayah akan membayarnya." jawab ayahnya dengan santai. Lala menghela nafasnya dengan kasar, ia heran, kenapa Ayahnya masih saja terlihat santai.

"Ayo cepat makan ikan ini, itu bagus untuk otak kalian." ucap Norma sambil memberikan ikan ke dua anaknya masing-masing sepotong.

"Wow! Ini enak sekali Bu." Puji Erik dengan senang, ia lantas melahap ikan itu dengan cepat.

"Untukku mana sayang?" tanya Heru sembari netranya menyapu seluruh penjuru meja makan, mencari ikan yang sama seperti yang di berikan istrinya pada ke dua anaknya, namun sayang, ia tak melihat ikan itu lagi, hanya ada sup bayam saja yang berada di dalam mangkuk besar di meja makan.

"Tidak ada jatah ikan untukmu, makan saja bayam itu." jawab Norma sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya, memakan nasi putih dengan lauk sup bayam dengan sangat lahap.

"Setiap hari pasti makannya sup bayam, apa gak ada sup yang lain?  Dan juga, aku ingin makan ikan." celoteh Heru sembari membuang nafasnya dengan kasar, ia merasa sangat bosan dengan menu makanan yang tersaji di meja makan, selalu saja sup bayam.

"Ikan itu sepotong harganya 50.000 Itu sangat mahal sayang, kita hanya mampu membeli dua potong saja untuk ke dua anak kita." jawab Norma pada suaminya. Lagi-lagi Heru menghela nafas, ia harus rela memakan sup bayam setiap hari demi ke dua buah hatinya.

"Makan ini ayah!" Lala menusuk sepotong ikan salmon rebus miliknya lantas menaruhnya di piring sang Ayah, Heru yang melihat sepotong ikan itu pun lantas menatapnya dengan bola matanya yang berbinar.

"Terima kasih sayang," ucap Heru dengan gembira, ia dengan cepat lantas menusukan sepotong ikan itu dengan garpu lantas memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Kenapa kamu berikan pada ayahmu, sayang ?" tanya Norma dengan heran, bagaimana bisa putrinya itu memberikan sepotong ikan mahal itu pada Ayahnya, padahal ikan salmon itu bisa membuat otaknya semakin cerdas dengan banyaknya kandungan nutrisi di dalam sepotong ikan salmon tersebut.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang