[20]

36.8K 1.1K 5
                                    

Revan mengetuk-ngetuk pintu kamar di mana yang ada di dalam kamar itu ada Istri cantiknya.

"Sayang, buka pintunya. Sayang dengerin penjelasan aku dulu.  Sayang," bujuk revan pada Lala, namun istri cantiknya itu belum juga membuka pintu kamar.

Revan lalu mengambil kunci cadangan dan membuka pintunya, tak lupa Revan juga menutup kembali pintunya namun tidak ia kunci.

Revan melihat Lala tengah berbaring tengkurap di ranjang king size yang berada di kamar itu. Suara isakan tangis terdengar di telinganya sukses membuatnya mengulum senyum kecil. Revan sedikit merasa senang melihat Lala menangis karena melihatnya dengan perempuan lain, itu artinya istri cantiknya tersebut sudah mulai cemburu dan mulai memiliki perasaan padanya, namun di sisi lain Revan juga tidak tega melihat wanita yang mulai ia cintai menangis karena nya.
Revan lalu berjalan menghampiri Lala dan duduk di tepi ranjang.
Revan mengelus punggung istrinya dengan lembut, berharap wanita itu merasa nyaman dan menghentikan tangisannya.
Lala yang merasa punggungnya di sentuh langsung menoleh ke arah Revan, sadar bahwa suaminya lah yang mengelus punggungnya, Lala langsung beranjak dan menghindar dari tangan revan dengan perasaan jengkel.
Lala bangun dari baringnya dan menghadap ke arah Revan, menatap pria yang sudah menikahinya itu dengan amarah yang meluap.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Lala dengan ketus.

"Aku bisa jelasin semuanya," terang Revan pada Lala yang masih saja menatapnya tajam lengkap dengan sorot mata enuh amarah.

"Jelasin apa? Toh yang di katakan wanita itu benar! Setelah melahirkan anak untukmu, kamu akan membuangku." ucap Lala sembari menghapus air matanya yang mengalir dengan kasar.

Tangan Revan terulur hendak menghapus air mata Lala yang terus mengalir, namun belum sempat tangan Revan mendarat menyentuh pipi Lala, istri cantiknya itu sudah menepis tangannya dengan kasar.

"Gak usah sentuh-sentuh aku!" bentak Lala dengan nada suara yang tinggi.
"Yang di katakan Jessica itu gak bener, " jelas Revan mencoba untuk sabar
"Lalu apa? " tanya Lala dengan suara parau, ingin rasanya ia menangis menjerit-jerit saat ini juga, tapi ia urungkan karena hal itu tidak berguna. Ia sadar diri, di sini ia siapa. Status istri Revan tak bisa membuatnya melakukan hal tersebut. Mengingat, bahwa ia menikah dengan pria itu karena sebuah pemaksaan dan juga tuntutan. Ia bahkan sekarang merasa hancur, dan juga tak bisa mengelak akan perasaan yang saat ini tengah ia rasakan. Ia mulai mencintai pria itu, pris tampan yang sangat kejamnya menghancurkan keluarganya dan juga hidupnya.

"Apa benar? Aku ini wanita murahan?" tanya Lala menatap Revan.

"Siapa yang mengatakan itu? Kamu bukan wanita murahan, kamu adalah istriku! ISTRIKU!" sekarang Revan yang emosi saat mendengar istrinya mengatai dirinya sendiri sebagai seorang wanita murahan.

"Tidak ada bedanya antara aku dan wanita murahan! Toh juga aku menikah denganmu karena hutang ayah!" jelas Lala yang membuat Revan semakin murka, namun sebisa mungkin ia mengendalikan emosinya. Dia tidak mau menyakiti Lala seperti yang ia lakukan pertama kali saat bertemu dengan Lala.

"Dan wanita itu? Dia pacarmu kan?" tanya Lala semakin marah dengan air matanya yang terus mengalir dengan derasnya.

Revan lalu menarik Lala ke dalam pelukannya, mendekapnya seolah-olah ia tidak ingin kehilangan istrinya.
Lala berontak di pelukan Revan, mencoba melepaskan diri dari dekapan suaminya, namun sayangnya Lala tidak bisa lepas dari dekapan Revan, suaminya itu justru memeluknya dengan begitu erat.

Lala memukul-mukul punggung Revan dengan sangat keras, Revan sama sekali tak berkutik. Lala juga mengacak-acak dan menjambak rambut rambutnya dengan brutal ,tak puas dengan itu, Lala bahkan menarik kedua telinga Revan hingga pria itu menahan rasa perih di ke dua telingnya. Lala benar-benar mengamuk saat ini, dan yang menjadi sasarannya adalah Revan.

Beberapa menit kemudian Lala menghentikan amukannya, Revan masih senantiasa mendekap wanita yang sangat ia cintai. Tak ia pungkiri, bahwa sekarang ia mulai mencintai istri cantiknya ini.

Punggung Revan terasa sangat sakit, banyak helaian rambutnya yang rontok akibat jambakan istri ganasnya, belum telinganya yang memerah akibat di tarik oleh Lala, namun Revan sama sekali tidak peduli dengan rasa sakit itu, yang ia pedulikan saat ini adalah Lala.

Lala sekarang sudah diam, suara isakan tangisnya sudah tak terdengar lagi, tangannya membalas pelukan Revan dengan sangat erat.

Merasa Lala sudah tenang saat ini, Revan lalu melepaskan pelukannya. Revan menatap mata lebam istrinya dan merapikan anak rambut nakal yang menghalangi wajah cantik Lala lalu ia selipkan di belakang telinga istrinya.
Revan lalu menangkup wajah Lala dengan ke dua tangannya dan mencium kening Lala sangat lama, ciuman pertanda rasa cinta dan sayangnya terhadap Lala.
Lala hanya dia mematung dan menerima perlakuan Revan.

"Aku bisa jelaskan semuanya,  dengarkan aku, oke?" ucap Revan dan Lala hanya mengangguk lemah.

"Jessica dan aku pernah di jodohkan,  Ayahnya dan Ayahku sudah berteman sejak lama, 4 tahun lalu aku dan Jessica menjalani hubungan kasih. Selama dua tahun kami menjalaninya dan suatu hal yang buruk terjadi. 2 tahun lalu Jessica di vonis dokter kena kanker rahim dan dia harus menjalani operasi pengangkatan rahim. Ayah mulai memutuskan untuk membatalkan perjodohan antara aku dan Jessica karena Jessica tidak bisa memberiku keturunan. Setelah itu Jessica menghilang entah kemana, dan dia kembali lagi saat ini. Jujur, Aku pernah mencintainya dulu.  Tapi itu dulu, sekarang aku mencintamu, sangat mencintaimu!" jelas Revan panjang lebar.

"Kamu mencintaiku karena kamu berharap keturunan dariku," ucap Lala dengan lirih.

Revan menggeleng dengan cepat.
"Apa yang kamu inginkan? Kamu tidak mau memiliki anak? Jika itu mau mu, aku tidak apa! Aku akan tetap mencintaimu dengan segenap hatiku." ucap Revan dengan mantap sembari menatap mata indah Lala. Lala juga menatap mata hazel milik Revan.

"Sungguh?" tanya Lala dan Revan mengangguk dan kembali mencium kening Lala. "Kamu mencintaiku? Ini gak bohong seperti waktu itu, kan?" tanya Lala lagi, Revan kembali menggeleng. Ia tidak bohong dengan ucapannya saat ini.
"Aku mencintaimu, Lala." ungkapnya dengan tulus.
Lala mulai luluh, tatapan mata Revan menandakan ketulusan dan tidak ada kebohongan di sana dan senyum Lala kembali terukir di bibir sexy nya.
Revan yang melihat istrinya tersenyum juga ikut tersenyum.
Saling melempar senyum satu sama lain membuat ke duanya akhirnya terkekeh.

"Khem!" Revan mendehem membuat Lala berhenti terkekeh.
"Kamu udah gak marah kan?" tanya Revan dan Lala langsung menggeleng pelan.
"Walaupun kamu gak ingin punya anak, tapi kalau proses bikin anak masih mau ngelakuin, kan?" tanya Revan dengan malu-malu. Lala memutar bola matanya dengan jengah, otak mesum suaminya mulai kambuh.

"Terus?" tanya Lala pura-pura tak peduli.

"Proses yuk!" ajak Revan.

"Proses apaan?"

"Proses bikin anak, lagi pengen."

"REVAN MESUM!" teriak Lala dengan keras, Revan terkekeh pelan melihat ekspresi istrinya saat ini.

"Dapet jatah, gak?" tanya Revan namun tak langsung di jawab oleh Lala, wanita itu justru menundukkan kepalanya, menyembunyikan semburat merah di ke dua pipinya lala bingung akan menjawab apa. Ia terlalu malu untuk mengijinkan suaminya menyentuhnya saat ini.

"Kalo diam artinya dapat jatah!" lanjut Revan yang langsung mendorong tubuh Lala hingga berbaring lalu menindihnya.
Revan dengan rakus mencium bibir Lala dan dengan senang hati istri cantiknya tersebut membalasnya.

Siang itu mereka melakukannya ber-ronde-ronde hingga malam.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang