Lala tak henti-hentinya tersenyum senang tatkala dirinya sekarang berada di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota. Netranya terus saja menatap takjub ke sembarang arah, melihat banyaknya toko yang menjual berbagai jenis barang serta lalu lalang banyaknya orang yang berkunjung.
"Awas!" pekik Revan reflek saat tubuh Lala terhuyung akibat bertabrakan dengan orang yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Dengan cepat Revan menahan pinggang Lala agar istri cantiknya tersebut tidak jatuh di lantai yang keras. Usai menahan pinggang Lala, dengan posesifnya Revan langsung memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat.
"Jalannya hati-hati," tegur Revan pada Lala yang saat ini berada dalam pelukannya. Istrinya itu mengangguk pelan lalu mendongakkan kepalanya menatap ke arah wajah tampan suaminya. Netra ke duanya bertemu, Lala tersenyum lebar sedangkan Revan justru menatapnya dengan dingin.
"Aku terlalu senang," ucap Lala dengan lembut. Revan luluh, ia menundukkan sedikit kepalanya agar bisa mengecup kening istrinya dengan mesra lalu tersenyum hangat.
"Aku akan terus menggandengmu," ucap Revan lalu melepaskan pelukannya pada tubuh Lala, menggenggam erat tangan istrinya lalu kembali berjalan dengan santai mengelilingi mall siang ini.
"Mau beli apa?" tanya Revan sembari menoleh ke arah Lala, wanita itu nampak berpikir sejenak apa yang ingin ia beli. Dan tidak ada nama barang satu pun yang muncul dalam otak cantiknya.
"Aku gak tahu,"
Kening Revan seketika langsung mengerut. "Kok gak tahu?"
"Ya gak ada yang mau aku beli, kan niatnya aku mau jalan-jalan." jawab Lala dengan santai sembari tersenyum manis.
"Kan tadi kamu bilang mau belanja,"
"Ya kan tadi, sekarang gak mau." tolak Lala dengan sedikit kesal.
"Gak mau beli baju gitu? Perhiasan? Atau semacamnya?" tanya Revan lagi memastikan yang langsung di balas sebuah gelengan kepala oleh sang istri. "Terus, kita di sini cuma jalan-jalan keliling mall doang?" tanya Revan lagi, kali ia sembari menghela nafasnya dengan berat. Istrinya ini benar-benar sukses menguji kesabarannya.
Lala menghentikan langkahnya, otomatis Revan juga ikut berhenti. Lala mendongakkan kepalanya agar ia bisa menatap Revan yang memiliki tinggi tubuh jauh di atasnya.
"Itu planet games, katanya mau ke sana?" Lala menggeleng dengan cepat saat Revan menunjuk sebuah ruangan bermain yang di dalamnya ada beberapa permainan yang terlihat sangat menyenangkan.
"Enggak mau main, kayak anak kecil." dengus Lala dengan acuh.
"Aku mau nonton film," cetus Lala ada akhinya dan Revan langsung menyetujui.
"Film apa?" tanya Revan, Lala berpikir keras. Ia tidak tahu ingin menonton film apa, karena sebelumnya ia tidak tahu judul film apa saja yang saat ini tayang di bioskop.
"Kok diam?"
"Ih kamu itu banyak nanya, ya? Nyebelin!" gerutu Lala dengan kesal. Revan menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu tersenyum kikuk, ia adalah jenis orang yang tidak sabaran. Namun demi Lala, ia berusaha dan belajar untuk sabar menghadapi istri cantiknya ini.
Revan bungkam usai Lala berucap seperti itu, Lala kembali menatap Revan, menggenggam erat tangan suaminya lalu menariknya dengan pelan agar mengikuti langkahnya menuju sebuah loket pembelian tiket film. Sebelum ia membeli tiket, Lala dan Revan terlebih dahulu berdiri di depan beberapa poster film yang saat ini tengah tayang.
"Nonton apa, ya?" pikir Lala dengan bingung. Netra Revan mengunci salah satu poster yang berada di depannya, dari posternya terlihat sangat menarik dan ia ingin menontonnya."Yang ini aja, gimana?" tanya Revan pada Lala sembari menyentuh poster tersebut. Lala bergidik ngeri, Revan memilih salah satu film horror, di lihat daei posternya saja sudah sukses membuat Lala merinding seketika. Apalagi menonton filmnya.
"Kayaknya bagus, ayo nonton ini aja." ajak Revan dengan antusias. Lala menggeleng dengan cepat. "Kenapa?"
"Takut," cicit Lala yang langsung di tertawai Revan dengan suara yang keras dan menggelegar.
"Jangan ketawa!" peringat Lala dengan marah.
"Pengecut!" ejek Revan sembari tersenyum sinis. Lala tidak terima, ia lalu menatap Revan dengan tajam seraya berkata, "ayo nonton! Gak takut kok."
"Serius? Entar di dalam jerit-jerit lagi, malu-maluin." ejek Revan lagi. Ingin rasanya Lala menukarkan suami tampannya ini dengan sekotak popcorn agar pria ini tak lagi meledeknya.
"Aku gak takut! Ayo nonton!" ajak Lala dengan geram. Revan mengangguk-anggukan kepalanya dengan santai.
"Ayo!" Revan berjalan terlebih dahulu, menuju loket dan membeli dua tiket untuknya dan Lala, Revan juga tak lupa membeli cemilan dan minuman untuk menemani mereka menikmati filmnya nanti.
"Kamu pegang tiketnya aja, biar aku yang bawa cemilan sama minumnya," Lala menerima uluran dua tiket film horror yang Revan berikan padanya kemudian ia bergidik ngeri. Membaca judul film yang akan ia tonton saja sudah membuatnya sedikit merasa takut.
"Kuntilanak beranak," gumam Lala membaca judul film yang tertera di tiket. Revan menahan keinginannya untuk menertawai istri cantiknya ini, namun ia urungkan karena tak mau membuat Lala kesal kembali. Padahal ia tahu, Lala sebenarnya takut untuk melihat film tersebut. Melihat ekspresi Lala saat membaca serta melihat poster film tersebut saja sudah membuatnya paham betul akan ketakutan wanitanya ini."Ayo jalan!" ajak Revan pada Lala, Lala mengangguk lalu mengikuti langkah Revan yang berjalan masuk ke dalam bioskop.
Usai menemukan tempat duduk, Revan dan Lala memakan cemilan terlebih dahulu sembari menunggu film di putar. Lelah menunggu, sepuluh menit kemudian film di putar. Jantung Lala mulai bergemuruh, dag dig dug tak karusn dan keringat dingin mulai mengucur di dahi dan pelipisnya.
"AAAA!" teriak Lala dengan keras saat hantu yang berada di film tersebut tiba-tiba muncul. Sebenarnya bukan hanya Lala yang teriak di dalam bioskop, beberapa penonton lainnya pun sama, hanya saja teriakan Lala terdengar lebih keras dari pada yang lainnya.
"AAA!" teriak Lala lagi selang beberapa saat kemudian.
"AAA!" ke ke dua tangan Lala mencengkeram erat lengan Revan, terkejut sekaligus takut itulah yang saat ini ia rasakan. Revan menoleh ke samping, melihat Lala yang tengah menyembunyikan wajahnya di lengan bagian atasnya lalu tersenyum."Gak usah takut, ada aku di sini." dengan lembut dan kasih sayang, Revan mengecup dahi Lala yang kini sudah mendongak menatapnya. "Jangan takut," ucap Revan lagi, kali tangannya mulai beraksi dengan cara mengelus kepala Lala dengan gerakan lembut lalu menyenderkan kepala istrinya tersebut di bahunya.
"AAA!" itu bukan teriakan Lala, melainkan teriakan Revan yang terkejut saat tiba-tiba setannya muncul di layar bioskop dengan wajah yang sangat mengerikan. Sadar dirinya berteriak dengan meras, pria tampan itu dengan cepat menyumpal mulutnya dengan popcorn yang di bawahnya. Dengan gerakan pelan Revan menoleh ke arah Lala, istri cantiknya itu tengah menatapnya tanpa ekspresi. Revan meringis lebar, popcorn yang tadi ia sumpalkan di dalam mulutnya keluar semua, menimbulkan kesan konyol pada wajah tampan Revan. Dan hal itu sukses membuat Lala langsung tertawa terpingkal-pingkal selama beberapa detik. Karena di detik berikutnya, seorang penonton menegurnya agar diam supaya penikmat film yang lainnya tidak terganggu dengan suara teriakannya.
"Kamu lucu banget, wajah sangar tapi kalo teriak kayak_"
"Kayak apa?" tanya Revan dengan cepat memotong ucapan Lala yang belum usai. Melihat ekspresi Revan yang seketika berubah galak lagi, Lala langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Gak kayak apa-apa kok." jawab Lala dengan bohong. Padahal, wanita itu mengucapkan kejujurannya dalam hati. 'Mirip banci,'
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat)
RomanceIni tentang Lala, yang di jual ke dua orang tuanya untuk melunasi hutang mereka pada Mafia kejam. Lala yang ingin bebas akhirnya menandatangi sebuah kontrak pada sang bos Mafia, syarat untuk bebas adalah, ia harus melahirkan bayi laki-laki. Apakah...