Extra Part

5.4K 180 3
                                    

Revan berlari tergesa-gesa di sebuah lorong rumah sakit, rambutnya naik turun akibat derap langkahnya yang yang kencang. Bulir bulir keringat membasahi area keningnya. Revan sekarang sudah jauh lebih dewasa, menjadi ayah dari seorang putri yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Usia Becca saat ini sudah menginjak sepuluh tahun, dan hari ini Revan akan kedatangan anggota keluarga baru, Lala saat ini sedang berada di rumah sakit untuk melahirkan buah cintanya dengan Revan yang kedua.
Revan menghentikan langkahnya saat ia melihat putrinya, Becca sedang duduk di sebuah kursi samping pintu sebuah kamar. Di sana juga ada Erik dan Norma yang sedang menunggu. Sedangkan Heru sedang mengurus pabrik makanan ringan yang di rintis Revan dengannya. Pabrik yang awalnya rumahan dan kecil, sekarang sudah berubah menjadi pabrik besar dengan mesin mesin canggih yang memproses pembuatan makanan ringan. Bisa di bilang sekarang Revan mendapatkan kesuksesannya kembali. Keluarga mereka juga tak lagi tinggal di apartemen sewa yang kecil, karena Revan sudah memiliki sebuah rumah mewah dan beberapa fasilitas yang bisa di bilang mewah. Walaupun tak semewah saat Revan jadi seorang mafia.
"Bayinya sudah lahir?" tanya Revan pada Becca yang tengah sibuk dengan ponsel pintarnya yang sedang ia otak atik alias bermain game.
"Belum!" cuek Becca dan Revan menyisir rambutnya kebelakang dengan kasar. Saat ini ia benar-benar sangat was was. Lala sedang melahirkan secara normal di dalam. Ini adalah proses lahiran normal pertama Lala, karena yang sebelumnya kan operasi. Awalnya ia berpikir bahwa proses kelahiran ke dua ini juga akan berlangsung di meja operasi, namun kata dokter jika Lala mau ia bisa melahirkan secara normal. Dan dengan senang hati, Lala lebih memilih persalinan normal ketimbang operasi sesar. Maka dari itu benar-benar was-was pada kondisi Lala saat ini.
"Kamu gak usah cemas Van, Semua bakal baik baik aja kok!" ujar Norma dan sama sekali tak membantu Revan tenang, malah semakin panik.
Pintu kamar inap di buka, semua orang yang awalnya duduk menjadi berdiri, kecuali Becca yang masih seru dengan ponsel pintarnya. Seorang suster keluar dari ruangan.
"Bagaimana istri saya?" tanya Revan dan suster membuka masker yang ia kenakan untuk menutup mulutnya.
"Bapak suaminya?" suster itu malah balik nanya, Revan mengangguk sebagai jawaban.
"Istri anda ingin anda menemaninya saat lahiran," ujar Sang suster dan Revan langsung mengangguk. Revan dan suster itu pun langsung masuk ke dalam kamar inap. Revan berlari ke arah Lala yang nampak sangat kesakitan dalam proses lahiran. Revan lalu jongkok di samping ranjang dan memegang tangan Lala untuk memberi sebuah semangat dan kekuatan.
Lala mencengkram sangat erat tangan Revan yang sedang memegang tangannya,kuku kuku panjang Lala menusuk ke dalam kulit punggung tangan Revan, membuat Revan meringis sakit dari tusukan kuku Lala. Namun ia masih diam, matanya menatap wajah cantik istrinya yang penuh dengan butiran peluh. Revan bisa tau bahwa saat ini Lala sedang merasakan kesakitan, kadang Lala juga berteriak histeris karena sakit.
"Ayo bu, sedikit lagi. Kepalanya udah keluar."ujar sang dokter dan Lala terus mengedan sekuat tenaga sembari makin mengeratkan cengkramannya pada tangan Revan. Darah mulai keluar dari punggung tangan Revan yang terkena kuku Lala. Tapi Revan tak mempedulikannya, kesakitan Lala saat ini lebih sakit dari pada punggung tangannya.
"Semangat sayang, demi bayi kita!" ujar Revan memberi sang istri sebuah semangat.
Plak
Lala melepaskan cengkramannya di tangan Revan dan langsung ia layangkan di wajah tampan suaminya. Walaupun saat ini Lala sedang merasakan kesakitan, namun tetap saja pukulannya masih terasa sakit di pipi Revan.
Tangan Lala kini beralih mencengkram kemeja Yang Revan kenakan, menariknya sekuat tenaga hingga Revan sangat dekat dengan wajah Lala saat ini.
"Cium aku!" pinta Lala di sela-sela acara ngedennya.
"Apa? Cium?" tanya Revan menatap wajah cantik istrinya yang penuh dengan bulir keringat.
"IYA!" teriak Lala dan Revan langsung menempelkan bibirnya ke bibir Lala,AJAIB! Saat Revan menempelkan bibirnya ke bibir Lala suara tangis bayi terdengar bayi mereka sudah lahir. Revan menarik bibirnya dari bibir sang istri. Menatap ke bawah, lebih tepatnya menatap ke arah bayi mungil yang masih berlumuran darah. Dokter Merry menggendong bayi mungil itu dan membawanya mendekat ke arah Revan.
Mata Revan berkaca kaca melihat bayi laki-laki di depannya. Berbeda dengan Becca, wajah anak laki lakinya lebih mirip dengan Lala di bandingkan dengan dirinya.
Revan mengambil alih bayinya dari gendongan Donter Merry, menggendongnya dengan hati-hati, suara tangisannya terdengar memekakan telinganya, sangat keras.
Revan menatap Lala yang sedang memejamkan matanya untuk menormalkan nafasnya yang tadi terengah engah.
"Ini bayi kita, xia mirip denganmu!" ucap Revan sangat lembut, membuat Lala langsung membuka matanya perlahan, menatap sang suami tercinta sedang menggendong anak kedua mereka yang berjenis kelamin laki-laki.
Revan membaringkan Bayi kecilnya di ranjang trpat di samping Lala. Lala tersenyum manis ke arah sang putra beberapa saat lalu ia beralih pandangan menatap suaminya sembari tersenyum pula. Tangan Revan terulur mengelus kepala Lala dengan lembut lalu mengecup kening Lala lama.
"Terima kasih," gumam Revan tepat di telinga Lala.
Lala lalu mulai menyusui putra mungilnya yang sekarang sudah terbalut sebuah kain bayi. Becca, Erik dan Norma masuk ke dalam kamar dan melihat bagaimana tampannya putra Revan dan Lala.
"Becca harus jaga adek!" ucap Revan sembari berjongkok di samping Becca sembari mengelus kepalanya.

"Iya! Aku akan menjaganya!"ucap Becca terkesan sangat cuek, Becca memang bukan gadis yang feminim, dia bahkan bisa di bilang gadis nakal. Sudah tak terhitung lagi beberapa kali Revan dan Lala di undang ke sekolah karena perbuatan putrinya yang sering memukuli teman temannya. Sifat kasar dari ayah dan ibunya menurun pada Becca. Semoga saja tidak menurun pada putra mereka.
"Mau di beri nama siapa?" tanya Norma sembari mengelus pipi cucu keduanya dengan lembut. Nampak Revan berfikir sejenak, dan akhirnya ia mendapatkan nama yang bagus untuk putra mereka.

"Nicollo Antonely William!" pekik Revan dan semua orang nampak setuju karena senyum mereka merekah saat mendengarnya.
Pintu terbuka dan menampakan Heru yang deru nafasnya terengah engah karena berlari.
"Opa!" teriak Becca yang langsung berlari ke arah Heru. Dengan sigap, Heru langsung menggendong Becca yang semakin hari semakin berat.
Heru berjalan ke arah Lala dan melihat bagaimana tampannya cucu keduanya itu.
Semua tersenyum dan bahagia di akhir cerita. Namun tak semua cerita kehidupan seseorang berakhir bahagia, ada juga yang berakhir sangat tragis. Namun begitu beruntungnya mereka karena si author tak membuat cerita mereka berakhir dengan sad ending.

THE END

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang