Setelah selesai jam kampusnya, Lala segera menggayuh sepedanya pergi dari parkiran kampus menuju ke cafe tempat ia bekerja yang letaknya tak jauh dari gedung kampusnya. Lala bahkan melupakan janjinya bersama dengan Jacob untuk ketemuan di parkiran setelah jam kuliah selesai, maklum saja, mereka berdua berbeda jurusan. Di tambah lagi dengan Lala yang harus mementingkan pekerjaannya demi keamanan uang jajannya. Hanya butuh waktu 10 menit Lala sampai ke tempat kerjanya, Lala memakirkan sepedanya di parkiran dengan cafe tempat ia bekerja. Dengan cepat Lala lantas masuk ke dalam menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaian yang ia kenakan dengan seragam khusus pelayan. Setelah itu Lala langsung mengepel dan juga membersihkan jendela cafe, terkadang ia juga melayani pelanggan yang memesan makan atau hanya sekedar memesan minuman dingin.
Di sisi lain, Jacob sedang duduk di atas kap mobilnya bagian depan sembari bersiul ria, ia sudah sangat merindukan kekasihnya, siapa lagi kalau bukan Lala. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya Jacob merasakan hal seperti ini. Baru bertemu dengan Lala pagi tadi, dan saat siang hari ia menjadikan Lala sebagai seorang kekasih. Dan sore ini, ia sudah sangat merindukan gadis manis itu, Jacob benar-benar merasa gila, gila karena Lala.
Pandangan Jacob menyapu seluruh area parkiran kampus yang luas, kali saja Lala sudah menunggunya namun tidak di sekitarnya. Namun walaupun netranya sudah menyapu seluruh area parkiran, ia tak kunjung juga menemukan keberadaan Lala. Nindy yang melihat Jacob langsung kecentilan dan berlari manja ke arah Jacob yang sedang sibuk mencari ke beradaan Lala di area parkiran.
"Hai Jacob!" sapa Nindy dengan ceria. Jacob hanya berdehem membalas sapaan Nindy yang ia anggap tak penting sama sekali.
"Jacob lagi apa?" Nindy kembali bertanya, membuat Jacob menghembuskan nafasnya dengan kasar lantas menatap dingin ke arah Nindy yang serang memasang ekspresi imut, membuat Jacob yang melihatnya menahan ingin muntah.
"Nungguin pacar gue, Lala." balas Jacob dengan ketus. Nindy memasang ekspresi kesalnya, ke dua tangannya ia lipat di dada dan memanyunkan bibirnya beberapa centi ke depan.
"Jadi bener, kalo lo pacaran sama si Lala itu?" kesal Nindy, Jacob mengangguk santai tanpa milirik ke arah Nindy sedikitpun, ia lebih suka melihat ke arah lain dari pada melihat ke arah wajah Nindy yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Lala bukannya udah berangkat kerja ya jam segini?" celetuk Nindy yang sukses membuat Jacob yang mendengarnya lantas menatap ke arah gadis itu dengan intens.
"Di mana Lala kerja?" tanya Jacob dengan antusias. Nindy tersenyum licik lantas merangkul lengan Jacob dengan manja.
"Katanya kalian pacaran, kok lo gak tau kalo Lala kerja di cafe ayam goreng petir, lo bohong ya kalo pacaran sama Lala?" goda Nindy sembari bergelayut manja di lengan Jacob, membuat pria tampan itu merasa risih dengan kelakuan gadis aneh di sampingnya ini. Dengan kasar Jacob langsung melepaskan tangan Nindy yang bergelayut di lengannya. Pria itu dengan cepat langsung masuk ke dalam mobil lantas melajukannya menuju ke tempat di mana Lala bekerja, menghiraukan Nindy yang berteriak-teriak memanggil namanya seperti orang gila.
•••••••
Malam semakin larut, ini adalah waktunya Lala untuk pulang ke rumah, kaki jenjangnya ia langkahkan menuju ke arah parkiran di depan cafe untuk mengambil sepedanya. Langkah kaki Lala terhenti saat ia melihat Jacob sedang berada di depannya, menghalau langkah kakinya yang hendak berjalan.
"Jacob?" Lala terkejut saat tiba-tiba Jacob menarik tubuh mungilnya ke dalam dekapannya. Sudah lebih dari 5 jam Jacob menunggu Lala selesai bekerja di parkiran, selama lima jam pula ia terus mengamati pekerjaan Lala, dan ia sangat yakin bahwa gadis yang sudah menjadi kekasihnya itu sedang kelelahan saat ini.
"Kok lo gak bilang sama gue kalo lo kerja?" tanya Jacob sembari masih memeluk tubuh Lala, semakin lama bahkan pelukannya semakin erat.
"Lo udah tau kan, kalo mulai tadi siang lo resmi jadi pacar gue." Jacob melepaskan pelukannya, ke dua tangannya ia letakan di ke dua bahu Lala, sedangkan netranya berfokus pada netra Lala.
"Gue pikir lo cuma bercanda pas bilang mulai hari ini gue jadi pacar lo." balas Lala sembari netranya membalas tatapan hangat Jacob. Jacob mengecup kening Lala beberapa detik, membuat Lala mematung diam mematung, jujur saja, Lala tak pernah pacaran sebelumnya dan juga tak pernah di perlakukan manis seperti ini.
"Gue gak bercanda, lo itu sekarang pacar gue." jelas Jacob. Lala menatap intens ke arah Jacob, membuat Jacob mengernyitkan dahinya karena Lala terlalu intens menatapnya. "Apa gue bener-bener ganteng banget, makanya lo liatin gue kayak gitu?" tanya Jacob, ke dua alis tebalnya ia gerakkan naik turun menggoda Lala.
"Gue gak pantes buat lo, gue anak orang miskin, sedangkan lo---" belum selesai Lala menyelesaikan kalimatnya, Jacob dengan cepat menaruh jari telunjuknya ke bibir Lala, memberi isyarat pada Lala agar tak melanjutkan kalimatnya.
"Gue gak peduli, gue sayang sama lo dan gue sangat yakin, kalo gue juga cinta sama lo. Jadi, lo juga harus belajar sayang dan cinta sama gue. Gue gak peduli lo siapa, karena rasa sayang itu bisa mengalahkan semuanya, harta bagi gue gak penting." jelas Jacob dengan sorot mata yang sangat tulus, Lala tersenyum manis ke arah Jacob lantas memeluk tubuh jangkung pria itu, dengan senang hati Jacob membalas pelukan Lala tak kalah erat.
"Gue anterin lo pulang." ucap Jacob, Lala lantas melepaskan pelukannya, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya ke arah Jacob, membuat Jacob mencuramkan ke dua alisnya. "Aku bawa sepeda!" jawab Lala sembari jari telunjuknya ke arah sepedanya yang terparkir manis tak jauh dari posisi mereka berdiri.
"Kita naik sepeda bareng, gue bonceng ya?" tawar Jacob, Lala membuka mulutnya, melongo. Dengan cepat Jacob menutup mulut Lala yang terbuka, Lala langsung sadar dan menutup kembali mulutnya. Jacob menarik lengan Lala dengan lembut ke arah sepeda. Jacob mulai menaiki sepeda, dan Lala membonceng di belakang, malam itu Jacob dan Lala menikmati angin malam yang lumayan dingin, menikmati jalanan yang macet di malam hari, menikmati pemandangan langit malam yang bertaburan bintang dan juga sinar bulan purnama. Mereka saling bercerita satu sama lain, saling tertawa dalam kebersamaan mereka. Malam itu Jacob mengantarkan Lala pulang ke rumah, setelah Lala sampai ke rumah, Jacob berpamitan dan menaiki taxi untuk membawanya ke cafe tempat Lala bekerja, Jacob meninggalkan mobilnya di parkiran cafe tadi. Tadi sebelum Jacob berpamitan, ia sempat mengecup kening Lala sekilas, membuat Lala senang bukan main, Lala benar-benar sangat bahagia hari ini, di mana ia sudah melepaskan masa jomblonya dan memiliki kekasih Jacob, sang most wanted di kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat)
RomanceIni tentang Lala, yang di jual ke dua orang tuanya untuk melunasi hutang mereka pada Mafia kejam. Lala yang ingin bebas akhirnya menandatangi sebuah kontrak pada sang bos Mafia, syarat untuk bebas adalah, ia harus melahirkan bayi laki-laki. Apakah...