[24]

34.4K 1K 22
                                    

"Ibu aku berkunjung!" seru Lala tatkala baru saja memasuki rumah sang ibu, di lihatnya Norma tengah sibuk melipat pakaian sedangkan Erik tengah sibuk mengerjakan tugas sekolah. Norma yang melihat Lala datang bukannya senang justru menatapnya dengan malas lalu melengos melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda. Lala yang merasa aneh dengan sikap sang ibu langsung menoleh ke arah Revan yang juga tengah menatapnya dengan heran.

"Ibu kenapa?" tanya Lala sembari menghampiri Erik, ia meletakkan plastik putih berisi banyak sekali ikan salmon potong serta rantang yang berisi makanan yang ia masak sendiri beberapa saat yang lalu.

"Kami pikir, kakak sudah lupa sama kita. Gak pernah ngasih kabar, bahkan pas baru aja nikah kakak pulang ke rumah kak Revan gak nungguin kita pulang dari sauna. Langsung pergi gitu aja," terang Erik dengan panjang lebar. Lala yang mendengar penjelasan Erik langsung menatap tajam ke arah Revan, ia masih ingat betul bagaimana pria berstatus suaminya ini terus saja memaksanya untuk segera pulang saat itu.

"Ini gara-gara kamu," tuding Lala pada Revan dengan kesal. Revan hanya bisa menggaruk belakang kepalanya dengan malas lalu tersenyum kikuk, tak tahu harus merespon apa.

Lala berjalan mendekat ke arah sang ibu, memeluknya dengan erat lalu mengecup pipinya dengan sayang.

"Ibu, maafin Lala ya, Lala gak lupa kok sama kalian. Kalo Lala lupa, gak mungkin Lala ke sini buat nemuin kalian. Lala selalu ingat sama kalian."
Norma menoleh, menangkup wajah cantik putrinya lalu mengecup keningnya dengan kasih sayang.

"Iya, Ibu maafin." balas Norma pada akhirnya. Lala tersenyum lebar lalu berpelukan dengan erat dengan sang ibu, melepaskan rindu yang selama ini mereka rasakan. Sedangkan Revan, pria itu masih saja berdiri di ambang pintu, menatap iri pada sepasang ibu dan anak di hadapannya, seumur hidupnya ia tidak pernah sekalipun bertemu dengan ibunya.

"Kenapa bengong di situ? Gak mau ibu peluk juga?" tanya Norma menyadarkan Revan dari lamunannya. Pris itu bergeming lalu mengedipkan ke dua matanya beberapa kali. Norma melambaikan salah satu tangannya, mengisyaratkan kepada menantunya agar mendekat ke arahnya. Norma tahu, Revan bukan baik, dia adalah pria berdarah dingin yang selalu menyakiti orang bahkan menghabisi nyawa orang tersebut. Namun di balik itu semua, wanita paruh baya tersebut tahu bahwa Revan memiliki masa lalu yang kelam, ia tidak tahu tentang ala masa lalu tersebut. Ia hanya menebaknya lewat sorot mata pria itu, sorot mata penuh dengan kehampaan.

"Kok masih di situ? Sini!" kali ini Lala yang melambaikan tangannya yang sukses membuat Revan berjalan mendekat ke arahnya.

"Astaga!" pekik Erik tiba-tiba saat ia melihat empat body guard Revan masuk ke dalam rumah mengikuti langkah Revan yang bergerak mendekat ke arah kakaknya dan sang ibu. Erik masih hafal betul, empat pria itu adalah orang yang telah menyakiti ayahnya beberapa waktu yang lalu.

Paham dengan apa yang tengah di pikirkan oleh Erik, Revan langsung mengisyaratkan empat bodyguard nya tersebut untuk menunggunya di luar rumah. Dan mereka langsung beranjak mengikuti perintah.

"Sini," Norma menepuk sofa kosong yang berada di sebelah kirinya agar Revan mendudukinya, pria yang berstatus suami dari putri tercinta itu langsung duduk di samping Normal. Norma memeluk erat tubuh Revan, membelai lembut belakang kepalanya dengan kasih sayang yang sukses membuat ke dua mata Revan langsung berkaca-kaca seketika. Lala yang duduk di sebelah kanan sang ibu bisa melihat dengan jelas, bagaimana raut wajah Revan saat ini. Sang pria ganas dengan pekerjaan antimenstrim terlihat ingin menangis di dalam pelukan sang ibu.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang