[27]

32.2K 1K 9
                                    

Revan membanting ponsel yang berada di tangannya ke tembok dengan keras hingga benda berbentuk persegi yang pipih tersebut hancur berkeping-keping. Beberapa detik yang lalu body guard yang ia tugaskan untuk menjaga Lala mengiriminya beberapa foto Lala saat berada di cafe. Awalnya fotonya nampak biasa, Lala berpelukan dengan pemilik cafe yang bernama Kak Hani hingga saat foto Lala tengah di peluk oleh Jacob membuat suasana hatinya langsung memanas seketika. Ia tidak rela, jika istri cantik yang sangat ia cintai di peluk oleh pria lain di luar sana. Lala adalah miliknya, dan yang boleh memeluknya adalah dirinya, bukan pria lain.
"Dia sudah pulang?" Tanya Revan pada salah satu anak buahnya.
"Sudah Tuan, Nyonya saat ini berada di ruang makan." Sahut body guardnya dengan nada suara yang sangat sopan. Dengan emosi yang telah menguasai tubuhnya, Revan bangkit dari duduknya dan langsung berjalan menuju ruang makan di mana istrinya berada.
Sesampainya ia di sana, ia bisa melihat Lala tengah berdiri di depan kulkas menikmati segelas jus jeruk yang tengah di teguknya. Dengan merepalkan ke dua tangannya kuat-kuat, ia berjalan menghampiri Lala lalu berhenti tepat di samping wanita tersebut.
"KALIAN SEMUA KELUAR!" bentak Revan dengan nada suara yang sangat keras, meminta para pelayan dan body guardnya untuk meninggalkan ruang makan agar ia dan Lala bisa menyelesaikan masalah kecil mereka. Lala yang terbaik seketika saat mendengar teriakan keras dari suaminya, dengan kesal ia langsung menoleh ke samping dan menatap Revan dengan tajam.
"Bisa kalau bicara gak teriak? Aku kaget!" Omelnya dengan kesal lalu menepuk dadanya pelan beberapa kali untuk meredakan tersedaknya beberapa detik yang lalu.
"Kamu dari mana?" Tanya Revan mulai menginterupsi. Lala menatapnya dengan santai lalu menaruh gelas kosong yang ia pegang di atas kulkas sebelum ia menjawab pertanyaan ringan dari sang suami.
"Dari cafe, kan sebelumnya aku udah pamit sama kamu kan." Balasnya dengan santai.
"Ketemu sama siapa?" Tanya Revan lagi, Lala mulai mengendus aroma yang sangat tidak menyenangkan dari raut wajah suaminya, wajah tampannya sangat datar sama persis saat pertama kali mereka bertemu. Di tambah lagi dengan nada bicara Revan yang sangat tegas dan tatapan matanya yang tajam, menambah kesan tidak beres dengan pria berstatus suaminya ini.
"Ketemu sama Kak Hani," cicit Lala dengan nada suara yang kecil, mulai takut dengan aura yang terpancar dari wajah suaminya.
"Ketemu sama siapa lagi?" Tanya Revan kembali, mendengar pertanyaan tersebut membuat Lala diam sesaat, mulai mengerti kenapa sikap Revan seperti ini kepadanya. Ia lalu menatap ke arah pintu ruang makan, dari sini ia bisa melihat dua body guard yang menjaganya tengah menundukkan kepalanya saat ia menatap mereka. Mereka berdua lah yang pasti melaporkan pertemuannya dengan Jacob beberapa saat lalu kepada Revan.
"JAWAB!" bentak Revan dengan marah, ia bahkan mencengkeram erat ke dua bahu Lala lalu menggoyangkannya dengan kasar.
"Aku gak sengaja bertemu dengan Jacob," jawab Lala dengan jujur.
"BRENGSEK!" umpat Revan dengan marah lalu menyeret lengan Lala dengan kasar keluar dari ruang makan dan masuk ke dalam kamar mereka. Revan mendorong tubuh Lala hingga tersungkur di lantai lalu mengunci pintu kamar mereka. Usai mengunci kamar, ia lantas kembali menatap Lala yang tengah meringis sakit karena pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat cengkeraman Revan serta lututnya yang perih akibat membentur lantai saat ia di dorong.
Revan berjalan mendekat ke arah Lala, membopong tubuh istrinya dengan cepat lalu membantingnya di atas kasur dengan keras hingga Lala merasakan sedikit pusing di kepalanya. Tempat tidur mereka memang sangat empuk, namun di banting di sana bukanlah hal yang mengenakkan. Lala hanya diam terkapar di tempat tidur, dan dengan biasanya Revan langsung menindihnya dan mencumbunya dengan kasar.
"Minggir!" Pekik Lala emosi saat Revan mulai menggigit kecil lehernya dengan rakus dan kasar, ia tak suka di perlakukan seperti ini.
"Revan!" Jerit Lala lalu menjambak kuat rambut Revan hingga suaminya tersebut menghentikan aksi brutalnya.
"Kamu kenapa, sih?" Tanya Lala lagi namun di abaikan oleh Revan, pria itu justru semakin brutal melepaskan dress yang di kenakan Lala dengan kasar lalu membuangnya ke sembarang arah usai dress tersebut berhasil ia loloskan dari tubuh sang istri.
"REVAN BERHENTI!" teriak Lala sembari menangis mendorong tubuh Revan agar menyingkir dari atasnya.
"DIAM KAMU JALANG!" amuk Revan tak terkendali. Lala diam, tak lagi berontak. Air matanya mengalir dengan sangat deras, tak menyangka bahwa suaminya akan mengatainya dengan kata kotor tersebut.
"Kamu bilang apa?" Tanya Lala dengan suara yang parau, marah, kecewa dan sedih bercampur jadi satu. Revan yang menyadari ucapannya salah langsung terdiam, memeluk Lala dengan erat sembari membisikkan sesuatu.
"Maaf, aku sedang emosi."
"MENYINGKIR DARI KU BRENGSEK!" Teriak Lala dengan keras lalu mendorong tubuh Revan hingga menyingkir dari atas tubuhnya.
"Maaf, aku hanya sedang emosi. Aku gak sengaja ngomong kayak gitu."
"Aku benci kamu,"
"Maafin aku, La."
"Pergi!"
"La,"
"AKU GAK MAU LIHAT KAMU LAGI, PERGI DARI HADAPAN AKU SEKARANG!"
"La,"
"PERGI!"
Dengan langkah gontai Revan menuruni ranjang, keluar dari kamar meninggalkan Lala yang tengah terisak sembari memeluk bantal dengan sangat erat. Tak di sangka, Revan mengatai seperti itu dan memperlakukannya dengan kasar seolah-olah ia hanyalah seorang wanita sewaan yang bekerja melampiaskan nafsunya.
"Aku benci kamu,"

•|•

Merasa lapar karena seharian belum mengisi perutnya, Lala keluar dari kamarnya, berjalan dengan santai menuju dapur lalu membuka lemari es dengan santai. Ada beberapa jenis buah di dalamnya, netranya langsung berbinar saat melihat buah pir ada di depan mata. Dengan perasaan senang ia mengambil buah tersebut lalu memakannya dengan lahap.
"Mau makan sesuatu?" Tubuh Lala terjingkat kaget saat sebuah suara dari arah belakang menginterupsi dirinya. Dengan malas ia membalikkan tubuhnya dan langsung berhadapan dengan sang suami yang tengah menatapnya dengan raut wajah bersalahnya.
Lala melengos, enggan menjawab pertanyaan Revan barusan. Ia segera pergi dari sana dan hendak berniat kembali ke kamar. Namun, baru selangkah ia maju, tangannya sudah di genggam erat oleh Revan, membuatnya kembali menoleh dan menunda langkahnya.
"Mau ku pesankan makanan? Makanan apa yang ingin kamu makan?" Tanya Revan dengan nada suara yang lembut.
Masih marah dengan tindakan dan ucapan Revan saat mengatai dirinya dengan kalimat tidak sopan, Lala dengan kasar menghempaskan tangan Revan yang menggenggam erat tangannya hingga terlepas.
"Buat apa kamu peduli?" Sinis Lala dengan raut wajah dingin tanpa ekspresi. "Seharusnya, kamu gak usah peduli sama wanita murahan sepertiku." Lanjutnya dengan ketus lalu kembali berlalu.
"Lala!" Revan beranjak, kembali menahan lengan Lala agar tak begitu saja meninggalkannya tanpa menyelesaikan masalah. "Aku tahu aku salah, aku minta maaf. Aku hanya emosi, kamu buat aku cemburu. Dan cemburu itu membutakan ku." Terangnya dengan raut wajah bersalahnya.
Untuk ke dua kalinya, Lala kembali menghempaskan lengannya lalu membuang nafasnya dengan kasar.
"Aku lelah, ingin tidur. Datang padaku jika kamu membutuhkanku, aku akan melayani nafsumu." Ucap Lala menyindir kesalahan Revan beberapa saat yang lalu. Revan meraup wajahnya dengan kasar lalu membuang nafasnya dengan berat, menatap punggung mungil Lala yang bergerak menjauh darinya. Ia benar-benar menyesali semua perbuatan serta ucapannya saat itu. Benar-benar menyesal.

•|•

Malam akhirnya datang, Lala tengah sibuk berbaring di atas ranjang sembari membaca sebuah majalah fashion yang tadinya tergeletak di atas meja. Selang beberapa menit, Revan datang membuka pintu kamar lalu ikut berbaring di sebelah Lala. Saat Revan datang, Lala yang tadinya antusias membaca buku majalah langsung melempar buku tersebut ke atas malas samping tempat tidur. Pria di sampingnya ini benar-benar membuat mood nya hancur berantakan seketika. Tak mau membaca buku lagi, Lala akhirnya menarik selimut untuk menutupi dirinya dan memilih untuk tidur dari pada harus bertatap muka dengan sang suami.
Netra Lala yang awalnya sudah tertutup kini kembali terbuka saat ia merasakan pergerakan ranjangnya, Revan bergerak mendekatinya lalu menindih tubuh mungilnya. Netra keduanya bertemu selama beberapa saat sebelum akhirnya Lala memalingkan wajahnya karena enggan bertatap muka dengan sang suami.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Revan langsung mengecup bibir Lala sekilas dan ia lakukan beberapa kali hingga Lala merasa risih.
"Hentikan!" Seru Lala saat ia mulai tidak nyaman dengan apa yang di lakukan Revan padanya.
"Aku menginginkanmu," ucap Revan dengan suara yang lembut. "Tapi sebagai seorang istri," sambungnya dengan tulus.
"Kamu tidak punya istri di sini, yang kamu punya hanya aku. Wanita sewaanmu yang akan melayani nafsumu." Sinis Lala dengan tajam yang sukses membuat hati Revan sedikit merasa ngilu akibat sindirannya.
"Masih belum memaafkan ku?" Tanya Revan yang enggan di jawab oleh Lala. "Oke, terserah!" Putus Revan mulai putus asa meminta maaf pada sang istri.
Revan mulai bergerak, salah satu tangannya membelai lembut pipi Lala lalu wajahnya mulai bergerak semakin mendekat ke arah wajah sang istri. Revan menempelkan bibirnya ke bibir Lala, mulai melumatnya pelan dan semakin lama gairah mulai menguasai ke duanya. Malam ini mereka melakukannya, dengan emosi yang memuncak dan hati yang begitu sakit.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang