Tangan Revan terulur menghapus air mata Lala yang terus mengalir dengan derasnya. Putri kecilnya juga ikut menangis saat melihat Lala menangis.
"Ssstt.... Kam buat putri kecil kita juga menangis." ujar Revan dan Lala langsung menghentikan tangisnya lalu menimang bayi kecilnya.
"Siapa namanya?" tanya Lala dan Revan menggaruk kepalanya yang tiba tiba terasa gatal. Ia tahu pasti bahwa Lala akan memukulnya lagi jika dia beri tahu bahwa putri mereka belum ia beri nama.
"Siapa namanya?" Lala mengulangi pertanyaannya sembari menatap Revan.
"Dia belum kuberi nama," jawab Revan.Lala memukuli kepala Revan dengan membabi buta, matanya menatap tajam ke arah sang suami yang sedang mengelus kepalanya yang terasa sakit akibat pukulannya.
"Dasar ayah tidak waras!" maki Lala dan Revan memasang jengkelnya.
"Apa? Mau marah?" ujar Lala sembari memberi tatapan devil pada sang suami.
"Aku menunggumu sadar, Kalo aku kasih nama terus kamunya gak suka gimana? Kamu marah sama aku." tutur Revan dan Lala langsung nenatap bayi mungilnya yang nampak sangat gembira dengan terus mengoceh tak jelas.
"Beri nama sekarang!" perintah Lala dan Revan nampak berfikir, apa nama yang cocok untuk sang buah hatinya.
"Angel?" tanya Revan
"Pasaran!" jawab Lala
"Putri?"
"Banyak orang yang namanya putri!"
"Rebecca?"
"Boleh juga!"
"Oke, namanya adalah Rebecca Antonely William!" ujar Revan dan di beri anggukan oleh Lala.
"Becca sayang," panggil Lala dan putri kecilnya yang sudah di beri nama Becca itu langsung menangis.
"Kenapa nangis? Kamu gak suka namanya, ya?" tanya Lala dan Revan malah menusuk nusuk payudara Lala dengan jari telunjuknya.
"Dasar suami mesum!" Lala menepis kasar tangan Revan yang berada di buah dada nya.
"Bukan mesum, tapi Becca lapar!" ujar Revan dan Lala baru mengerti.
Belum sempat Lala menyusui Becca, dokter Merry sudah datang ke ruangan lalu memeriksa keadaan Lala.
"Bagaimana? Dia baik baik saja kan?" tanya Revan sembari mengambil buah hatinya dari pangkuan Lala.
"Baik baik saja, hanya butuh waktu beberapa hari untuk pulih dengan sempurna. " jawab Dokter Merry dan Revan nampak sangat lega. Dokter Merry juga menjelaskan secara rinci kondisi Lala saat ini.
"Becca nya siniin Van, Aku mau nyusuin dia." ucap Lala dan Revan langsung menaruh Becca dipangkuan Lala seperti tadi.
"Saya permisi," pamit dokter Merry dan dia langsung keluar dari ruangan.
Lala membuka kancing atas baju pasien yang ia kenakan lalu mengeluarkan payudaranya yang sebelah kanan lalu mengarahkannya ke depan mulut Becca, dengan cepat Becca langsung melahap puting itu lalu menghisapnya dengan kuat agar cairan putih keluar lebih deras.
Becca nampak sangat menikmati ASI pertamanya, Lala yang melihatnya tersenyum sembari mengelus pipi gembil putri kecilnya.
Sedangkan Revan menelan salivanya beberapa kali saat melihat putri kecilnya menyusu, dalam hati Revan ia juga ingin di susui seperti itu.
"Kamu kenapa sih Van?" tanya Lala saat ia melihat ekspresi Revan yang sangat aneh menurutnya.
"Susuin aku juga La, yang sebelah kiri buat aku ya?" ucap Revan sembari memasang ekspresi memelas yang rasanya ingin digampar bolak balik lagi Lala.
"Mau di gampar lagi?" ancam Lala yang membuat Revan memasang wajah kesalnya.
"Gampar aja! Asal setelah itu di susuin." goda Revan dan Lala langsung mendelik ke arahnya. Tangan Revan terulur menyentuh buah dada Lala yang sebelah kiri, namun tangan Revan terlambat menyentuhnya, karena tangan mungil putrinya sudah menyentuhnya lebih dulu, memegang payudara Lala dengan kuat seolah olah kedua buah dada sang ibu hanyalah miliknya dan tak boleh di sentuh oleh orang lain. Lala terkekeh dengan sikap putrinya lalu memandang remeh ke arah suaminya yang sedang memasang wajah kesal.
Suara ketukan pintu membuat Lala dan Revan melihat ke arah pintu. Pintu terbuka dan menampilkan Heru, Norma, Erik dan Endy. Mereka berempat nampak sangat gembira melihat Lala yang sudah sadar.
"Kakak!" pekik Erik dan dia berlari ke arah Lala dan duduk di pinggir ranjang, mengelus pipi gembil Becca yang masih sibuk menyusu.
"Dia belum di beri nama l," celetuk Erik mengadu pada Lala.
"Iya itu benar, Anak nakal ini belum memberinya nama." imbuh Endy.
"Dia sudah ku beri nama." ujar Revan dan semua orang terlihat heran kapan Revan memberinya nama, pikir 4 orang itu.
"Namanya Rebecca Antonely William, Baru saja Revan memberinya nama." jawab Lala dan semua orang tersenyum.
"Nama yang bagus," puji Norma
"Tapi terdengar seperti gadis nakal!" komentar Erik dan Di beri tatapan mematikan oleh Revan.
"Maksudnya nama yang indah." ralat Erik takut dengan tatapan kakak iparnya.
"Ayah senang kamu sudah sadar," tutur Heru mengusap lembut kepala putrinya yang sekarang sudah menjadi ibu.
"Revan!" " panggil Endy dan di jawab Revan dengan sebuah deheman.
"Kamu harus memberi mereka hukuman yang berat." lanjut Endy dan Revan langsung memasang wajah datarnya.
"Kamu tahu siapa yang ku maksud," imbuh Endy.
Semua orang menatap Revan, begitu pula dengan Lala.
"Hukuman apa yang kiranya pantas untuk mereka?" tanya Heru, yang mereka maksud adalah Jessica, Jacob dan Max.
"Lapor polisi aja kak!" usul Erik ikut nimbrung.
"Yang di katakan Erik itu benar!" ujar Norma setuju dengan usul Erik. Tapi Revan menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Lala dan Revan langsung menatap mata indah Lala.
"Kau tahu kan aku adalah seorang mafia? Kalo aku laporkan mereka ke polisi, aku pasti akan di tangkap!" jelas Revan dan semua orang di sana baru ingat kalo Revan adalah seorang mafia.
"Bunuh mereka semua," usul Endy dan Revan nampak sangat setuju dengan usul sang ayah.
Revan langsung berdiri dari duduknya, ekspresi wajahnya memancarkan sebuah amarah dan sangat dingin dan juga kejam. Lala melihat ekspresi sang suami saat ini ekpresi yang sama saat Dirinya dan Revan bertemu tahun Lalu.
Revan menarik nafas beratnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Lala. Baru selangkah Revan melangkah tangannya sudah di cekal oleh tangan dingin sang istri membuat Revan menghentikan langkahnya lalu menatap sang istri.
Lala menarik tangannya dari lengan Revan, lalu ia membopong bayi kecilnya dan di berikan pada sang ibu. Saat ini Becca mungil sedang tertidur pulas.
Lala menatap kembali ke arah sang suami yang sangat ia cintai. Kaki Lala bergerak turun dari ranjang mencoba berdiri namun ia tak bisa, kakinya masih terasa sangat lemah untuk menopang tubuhnya.
Dengan cekatan Revan memegangi tubuh sang istri yang terlihat sangat kurus saat ini.
"Kamu belum sepenuhnya pulih,"ujar Revan dan Lala tersenyum ke arah sang suami.
"Aku ingin mengatakan sesuatu," tutur Lala dan Revan mengangguk lalu mendudukkan tubuh Lala di tepi ranjang, lalu ia berjongkok di hadapan sang istri yang selalu ia cintai. Tangan Lala terulur, mengelus lembut rahang Revan yang kokoh dan di hiasi bulu-bulu halus.
"Jangan bunuh mereka," ucap Lala yang membuat semua orang di sana heran, Revan mengkerutkan keningnya tanda dia bingung dengan ucapan Lala.
"Aku mau setelah ini kita hidup bahagia bersama dengan putri kecil kita__" Lala memberi jeda beberapa detik ucapannya.
"Berhentilah menyakiri orang lain. Dan berhenti menjadi seorang mafia." lanjut Lala dengan nada bicara yang tegas.
"Kita tidak akan pernah bisa hidup bahagia dan tenang jika kamu terus menyakiti orang dan menjadi mafia. Berhenti sekarang sebelum terlambat, Kamu tidak akan selalu beruntung Van, cepat atau lambat, suatu saat nanti pasti kamu akan tertangkap. Dan aku tak mau itu terjadi, aku dan Becca membutuhkanmu selalu ada bersama dengan kami. Kalo kamu terus menjadi seperti ini, kita akan selalu hidup dalam bahaya, kejadian beberapa bulan yang lalu tak ada yang menjamin tidak akan pernah terulang kembali, Berhentilah! Aku mohon." Sangat panjang ucapan yang di lontarkan oleh Lala, dan begitu berarti.
Ucapan penuh dengan makna, dan membuat Revan sadar, bahwa selama ini yang ia lakukan tidaklah benar. Ia tak mau kehilangan istri tercintanya dan juga buah hati mereka.
Semua orang diam, Revan bahkan tak tahu lagi harus mengatakan apa di depan sang istri, karena semua ucapan Lala itu memang benar.
Endy diam diam meninggalkan ruangan itu melihat ekpresi Putranya yang seolah olah telah terpengaruh pada ucapan sang istri, membuat Endy percaya bahwa Revan tak akan membunuh 3 orang yang sangat jahat itu.
Kalo 3 orang itu dilepas maka akan dipastikan mereka akan kembali mengusik kehidupan rumah tangga putranya. Ia tak akan membiarkan itu terjadi.
Dan mendengar ucapan Lala saat mengatakan bahwa semua orang tak selalu beruntung membuatnya sadar, salah satu di antara mereka harus ditangkap, dan Endy menginginkan dirinya berada dalam sel tahanan di bandingkan dengan putranya.
Demi masuk ke dalam sel tahanan sebagai seorang mafia, ia harus melakukan hal ini, mungkin ia akan di kenakan pasal berlapis dalam hukuman, namun ia tidak peduli dengan hal itu. Mafia tak hanya mengendalikan peredaran obat terlarang dan sebagainya tapi juga membunuh. Maka dari itu Endy akan membunuh 3 orang yang telah mengusik kedamaian rumah tangga putranya dan juga membuatnya kehilangan sang cucu {kembarannya Becca}.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat)
RomansaIni tentang Lala, yang di jual ke dua orang tuanya untuk melunasi hutang mereka pada Mafia kejam. Lala yang ingin bebas akhirnya menandatangi sebuah kontrak pada sang bos Mafia, syarat untuk bebas adalah, ia harus melahirkan bayi laki-laki. Apakah...