[17]

40.4K 1.1K 10
                                    

Netra Lala mengerjap berkali-kali menyesuakan cahaya lampu yang menyala di kamar yang ia tempati saat ini. Kamar yang sudah tidak asing lagi di matanya. Ke dua bola mata indah itu sudah terbuka lebar, mengamati setiap inci dari ruangan sempit, kecil dan sederhana ini. Ia tau ini kamar siapa. Ini adalah Kamarnya. Dengan cepat Lala lantas bangkit dari baringnya dan terduduk di tengah ranjang. Bagaimana bisa dia ada di sini? Apa semua yang ia lalui selama beberapa hari ini hanya mimpi?

Suara pintu kamar terbuka dan membuat gadis cantik itu menoleh, menatap siapa yang baru saja membuka pintu kamarnya. Dia adalah Norma-Ibunya. Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arahnya sembari membawa nampan berisi makanan dan juga segelas teh hangat.

"Ibu!" panggil Lala dengan lembut, ibunya itu menaruh nampan berisi makanan dan minuman di atas nakas samping ranjang lalu ikut duduk di samping putri cantiknya.

"Aku mimpi buruk!" cetus Lala, Norma mengernyitkan dahinya beberapa detik lantas mengangguk mengerti, putrinya pasti masih syok dengan kejadian penembakan di pesta pernikahannya. "Aku mimpi menikah dengan pria jahat dan kejam! Aku benar-benar tidak suka dengan mimpi itu, itu adalah mimpi terburuk yang pernah datang saat aku tidur. Mimpi menikah dengan pria mafia kejam lebih menyeramkan di bandingnya dengan mimpi bertemu dengan setan!" sambungnya dengan bicara yang di buat tragis. Apa Lala menganggap pernikahannya dengan Revan itu hanya mimpi?

"Gak baik ngomongin kejelekan suami sama orang! Jadilah istri yang baik!" suara itu, suara yang sudah tidak asing lagi di gendang telinganya. Suara bariton yang terdengar tegas namun tergolong sangat merdu. Lala menoleh ke arah pintu dan melihat siapa yang baru saja menyahut ucapannya. Pria tampan yang ia nikahi dalam mimpi. Tunggu! Revan itu nyata, berarti ia tidak sedang bermimpi. Lalu kenapa ia bisa berada di dalam kamarnya?

Revan berjalan mendekat, lengan kekarnya di perban namun tidak mengurangi kadar kegagahannya. Norma bangkit dari duduknya lalu mengelus kepala putrinya sekilas. "Malam ini Ibu, Erik dan Ayah akan menginap di Sauna saja, kalian nikmati malam pertama kalian ya." jelas Norma yang berhasil membuat Lala melotot ke arahnya. Malam pertama?

"Pernikahan konyol itu bukan mimpi?" tanya Lala pada Norma. Ibunya menggeleng sambil menatap ke arah putrinya dengan sendu. Rasa bersalahnya masih hinggap dalam dirinya.

"Tidak sayang, dia suamimu sekarang." balas Norma lalu mengecup kening Lala sekilas. Norma melangkahkan kakinya mendekat ke arah Revan lalu tersenyum simpul. "Jangan kasar pada Lala, dia tidak suka kekerasan." sambungnya menasehati Revan. Pria tampan yang sekarang sudah berstatus menantunya itu hanya menganggukan kepalanya sembari memutar bola matanya dengan jengah.

Norma menutup pintu kamar Lala, Revan dengan cepat langsung menguncinya dari dalam. Netra elangnya menatap ke arah netra Lala dengan tajam. Lala mendadak jadi merinding, kalau pernikahannya bukan mimpi ia sedang dalam masalah saat ini. Ia kembali teringat dengan bisikan Revan di atas pelaminan saat ia bersama dengan Jacob. Ia dalam masalah. Revan berjalan mendekat ke arah Lala dan duduk di samping ranjang. Lala dengan cepat langsung meloncat dari ranjang untuk menghindari Revan.

"Aku bisa jelaskan mengenai Jacob!" tutur Lala dengan sedikit gugup. Revan mengernyit dan diam, ia ingin tau apa yang di jelaskan oleh istrinya.

"Jacob itu cowok yang tadi siang dateng, dia pacar aku. Kita gak sempat putus karena kamu langsung bawa aku pergi," jelasnya dengan gemetar. Ia melirik ke arah Revan yang kini tengah menatapnya dengan intens. Apa ada yang salah dengan dirinya? Lala melirik ke arah pakaian yang ia kenakan, netranya langsung melotot tak percaya. Ia sedang memakai ligeri tranparan yang memperlihatkan pakaian dalamnya.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang