Lucid Dream (part 5)
.
6 tahun kemudian
Luna membuka mata. Berkedip pelan. Lalu pandangannya mulai jelas.
Suasana kamar begitu nyaman. Cat dinding warna ungu lembut. Harum aromaterapi. Dengan hawa sejuk khas AC. Di sisi dinding terlihat tirai merah muda mewah dari atas hingga menyentuh lantai. Dihiasi rumbai berwarna keemasan. Bisa ditebak kalau tirai itu menutupi pintu kaca sebuah balkon.
Senyum tersungging di bibir Luna. Mimpi. Mimpi yang terasa begitu nyata. Karena kali ini Luna tidak sengaja mengatur tempat yang sedemikian mewah bahkan di luar imajinasinya.
Luna membalikkan tubuh miring ke arah berlawanan. Terlihat sebuah ranjang mewah, empuk, bersprei putih dengan motif warna merah muda. Seorang gadis terlihat berbaring miring menghadap Luna. Cantik nyaris sempurna. Dengan kulit seputih susu, bermata lentik dengan kedua pipi bersemu kemerahan. Wajah yang tidak asing. Tapi .., siapa?
Mereka bertatapan.
Luna berkedip. Masih ada. Ia berkedip sekali lagi.
Nyata?
Dahi Luna mengernyit, lalu bangkit dan duduk. Gadis itu melakukan hal yang sama. Bersamaan.
Luna menggerakkan tangan kiri, menyentuh pipi.
Gadis itu -bersamaan dengan Luna- menyentuh pipi dengan tangan kanan.
"Hei!" Luna berucap tertahan.
Gadis itu membuka mulut, tapi tak terdengar suara.
"A .. apa?" Akhirnya Luna menyadari, dia tengah berhadapan dengan sebuah kaca besar yang tertempel di dinding kamar!
Jadi ... itu artinya?
Luna terhenyak bangkit berdiri. Beranjak turun dari ranjang dan mendekat ke arah gadis berpiyama halus warna merah muda. Luna menyentuhnya. Benar! Itu kaca! Karena sekarang telapak tangannya menyentuh benda dingin dan licin itu. Bersentuhan dengan tangan gadis di dalam sana.
Luna menyentuh kedua pipi dengan tangannya. Shock!
Ini jelas bukan wajahnya! Ini bukan tubuhnya! Ini orang lain.
Luna menatap sekeliling ruangan. Panik. Ini di mana? Dia tidak bermimpi! Jelas tidak bermimpi. Ini kenyataan!
Apa .., dia kembali mengalami Lucid Dream seperti hari-hari yang lalu?
"Ini cuma mimpi!" Luna menggumam. Lalu menunggu.
Hening.
Tak ada yang berubah. Dia masih berada di tempat yang sama.
Luna memejamkan mata. Berkonsentrasi lebih lama lagi. Dengan tangan menggenggam ujung piyama. Gugup.
"Ini- cuma- mimpi!" Kembali Luna menggumam. Lebih keras.
Tapi saat matanya terbuka, tak ada perubahan apapun. Dia masih berdiri di depan dinding kaca. Melihat wajah panik gadis itu. Sesuai dengan reaksi yang ia rasakan.
"Aah!" Luna menggigit jari sedikit keras, sakit. Lalu mengetuk kepalanya. Nyata, ini nyata! Bagaimana bisa?
Dia membuka kedua telapak tangan, lalu membolak-balikan. Jari jemari yang putih, halus dan lembut terawat khas gadis kaya. Dengan kuku-kuku berkutek warna. Lalu melongok ke kedua kakinya. Terlihat kuku-kukunya rapi, mungil dengan ujung jemari kemerahan.
Lalu dilihatnya kembali pantulan wajah di cermin itu.
Tok-tok!
Sedikit terlonjak kaget Luna saat tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [COMPLETED]
FantasíaTahukah kamu jika Lucid Dream punya beberapa tahapan? Jangan dipelajari terlalu jauh, karena pada tahapan akhir, itu akan cukup membahayakan jiwamu.