Lucid Dream (part 7)
.
"A ... aku," Luna berucap gugup.
Pemuda itu tetap menatapnya. Menunggu jawaban Luna. Wajahnya dingin, hampir tanpa ekspresi. Matanya yang tajam seperti sedang melangkah masuk ke alam bawah sadar Luna.
Mereka bertatapan, lama.
Detik kemudian matanya terpejam. Dengan bibir mengeluarkan desis pelan, seperti sedang merasakan sakit atau panas.
Apa yang dilakukannya? Luna bertanya.
"Nirani!" Tiba-tiba Richie datang. Tidak sendiri, ada seseorang di sampingnya. "Coba lihat siapa yang datang! Lo pasti senang!"
Luna dan pemuda itu sama-sama menoleh.
Ryu!
***
Jadi yang tadi itu namanya Shan. Kakak angkat Richie. Richie bilang, dia beruntung punya kakak seperti Shan -meskipun awalnya dia merasa sangat membencinya karena iri.
Shan itu berbeda. Dia mengerti banyak tentang alam gaib dan hal-hal aneh di luar logika semacam itu. Orang-orang bilang itu karena Shan punya indra ke enam atau biasa disebut Indigo. Tapi, dari kata-katanya jelas Richie menyimpan satu rahasia tentang pemuda itu.
Dan di akhir cerita panjangnya, Richie baru menyadari sesuatu.
"Nirani? Lo nanya tentang Shan seolah-olah baru pertama kali ngeliat dia? Bukannya tiap dateng ke rumah gue lo sering banget nanya ke dia tentang Ryu?" Mata coklat terang pemuda itu menyipit, heran.
Luna tidak sempat menjawab pertanyaan Richie. Karena kemudian Ryu datang.
Datang dan membawanya pergi dari rumah setelah meminta izin pada orangtua Nirani.
Setengah memaksa Ryu menggenggam tangan Luna agar mengikutinya masuk ke mobil yang terparkir di halaman rumah.
"Lepasin! Aku nggak mau pergi sama kamu!" Luna berusaha melepaskan tangannya.
Tapi Ryu seperti tak mendengar.
"Lepasin!" Kali ini, Luna berhenti melangkah.
Ryu menoleh. Tidak, tatapannya tidak sekejam dulu. Senyum di bibirnya pun tidak sejahat yang biasa dia pamerkan di depan Luna waktu itu. Atau karena dia sedang menghadapi gadis yang berbeda? Bukan menghadapi gadis miskin dengan wajah tak secantik Nirani.
"Aku cuma ingin menunjukkan sesuatu padamu." Ryu menatapnya, dengan pandangan ...
Setengah memohon?
Lalu di bukanya pintu mobil untuk Luna.
"Setelah ini ... kamu boleh membenciku," ucap Ryu.
Sedikit ragu, Luna masuk ke dalam mobil. Ryu berjalan memutar, lalu masuk melalui pintu satunya.
Sementara dari atas balkon, Shan memperhatikan mereka berdua. Seperti biasa, tatapannya dingin hampir tanpa ekspresi.
Tanpa suara, dia mulai menghitung waktu.
***
Kini mereka berdua dalam mobil yang meluncur pelan. Tanpa kata. Entah mereka akan pergi ke mana. Yang terlintas di ingatan Nirani malah potongan-potongan kenangan dimana dia dipaksa masuk ke mobil.
Luna mengernyit.
Potongan-potongan kenangan itu, perlahan mulai memudar dari ingatannya. Tidak seluruhnya utuh. Bahkan apa yang mereka katakan waktu itu, Luna mulai lupa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [COMPLETED]
FantasyTahukah kamu jika Lucid Dream punya beberapa tahapan? Jangan dipelajari terlalu jauh, karena pada tahapan akhir, itu akan cukup membahayakan jiwamu.