Bab 11

1.4K 167 12
                                    

Lucid Dream (part 11)

.

       Nirani menoleh menyadari ada yang datang. Terlihat ekspresi terkejut saat melihat sosok Luna dalam tubuhnya sekarang sudah berdiri di pintu kamar.

Sementara wajah sang bibi tampak keheranan. Menyadari ada seorang gadis cantik tiba-tiba masuk ke rumahnya bahkan tanpa permisi.

"Siapa?!" tanyanya keheranan.

Nirani mendengus. "Dia temanku!" jawabnya sambil melangkah keluar kamar, melewati Luna sambil berbisik. "Rasanya aneh melihat wajah sendiri di alam nyata. Menyebalkan."

Di pintu dia berhenti, "Ryu?" Suaranya sedikit tercekat. Tidak menyangka bahwa Ryu juga ikut bersama mereka.

Shan tersenyum.

"Dia yang akan kau tipu sudah tau kebenarannya, Nirani. Sekarang waktumu pulang."

***

       Suasana rumah makan dimana Luna bekerja tampak sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang tengah menikmati berbagai menu sederhana yang disuguhkan.

Mengelilingi sebuah meja di sudut ruangan. Tampak Shan, Ryu, Luna dan Nirani. Dengan minuman ringan di hadapan masing-masing.

Saling diam untuk beberapa saat, dengan raut wajah sama-sama serius.

"Ya, benar. Tadinya aku melakukan ini agar Ryu merasakan sosok orang yang dia cintai di dalam tubuhku. Agar akhirnya dia menyetujui pernikahan kami." Nirani mengakui, hanya saja tidak ada penyesalan atau rasa malu terlihat di ekspresi wajahnya.

Gadis ini memang keras kepala, pikir Luna kesal. Sedangkan Ryu hanya berdecik sinis.

"Jadi jangan mengulur waktu lagi. Luna mulai bermasalah dengan ingatannya," ucap Shan sambil menatap Nirani tajam.

Ada senyum tersungging di bibir Nirani.

"Sekarang, ini bisa jadi alasanku untuk menikah dengan Ryu," senyumnya.

"Maksudnya?" Ryu dan Luna bertanya hampir bersamaan.

"Aku tidak akan mau kembali, sebelum Ryu menyetujui perjanjian pernikahannya," jawab Nirani tegas.

Seperti ada sesuatu yang berdenyut sakit di hati Luna mendengarnya. Entah karena Nirani yang tak ingin kembali bertukar tubuh, atau ...

"Hei!" Suara Ryu meninggi.

"Itu saja. Aku tidak mau bicara lagi!" Ketus Nirani, "aku mencintaimu dari dulu. Tapi kamu tidak pernah peduli! Semua yang aku lakukan, salah atau benar, itu karena aku ingin menikah denganmu!"

Luna terdiam. Semakin merasakan denyut kesakitan di hatinya.

... atau karena melihat betapa dalam keinginan gadis itu untuk menikahi Ryu?

Ryu yang beberapa hari terakhir ini, menciptakan detak-detak indah di dadanya. Mungkin ini sebagian perasaan Nirani, tapi ... detak-detak itu sebenarnya sudah dimulai sejak lama.

Sejak bertahun-tahun yang lalu.

Detak yang sama tiap kali Luna berhadapan dengan Ryu saat pemuda itu mengganggunya di SMA dulu.

"Berhentilah menggangguku!" Seru Luna tiap kali Ryu mulai datang mendekat kala itu.

Selalu memasang tampang kesal di hadapan Ryu, selalu bicara ketus seolah Luna memang benar-benar membencinya. Tapi yang sebenarnya adalah, semua itu ia lakukan untuk menutupi rona merah di wajahnya.

Sejak awal, Luna memang menyukai biola. Tapi melihat dan mendengar bagaimana Ryu memainkannya, Luna semakin jatuh cinta dengan benda itu.

Mungkin karena saat memainkannya, wajah Ryu begitu serius menikmati ditambah dengan posisi berdiri yang terlihat seksi. Hingga akhirnya menyihir tiap mata yang memandangnya.

Lucid Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang