Bab 12

1.4K 157 7
                                        

Lucid Dream (part 12)

.

       Greeekkk! Grookkk!!

Gadis kecil itu cemberut. Lagi, ditaruhnya biola di bahu kiri, lalu mulai menggesek dengan kesal.

Ngeeekk! Ngoiokk!

Tidak terdengar nada yang enak didengar.

Brakk!!

Berakhir biola itu di lantai. Lecet, ditambah dengan injakan penuh kemarahan.

"Nirani ...! Kenapa, Sayang?" Seorang wanita muda menghampirinya.

Gadis kecil berusia 9 tahunan itu melipat kedua tangan di depan dada. Sambil menghembuskan napas keras-keras. Kedua alisnya tertaut, menandakan hatinya merasa sangat tidak enak.

"Mama kenapa beliin biola yang nadanya jauh beda sama punya Ryu?!" Lengking kecil keluar dari mulutnya.

Wanita itu menghela napas. Menyadari kekerasan ego sang putri. Diambilnya biola rusak yang tergeletak di lantai. Lalu menunjukkan Merk yang menunjukkan bahwa itu biola mahal -yang sama sekali- tak ada bedanya dengan biola milik Ryu, anak salah satu rekan bisnis suaminya.

"Ini sama, Sayang."

"Tapi nggak bisa dimaenin!" Bentak Nirani geram.

"Itu tandanya kamu harus latihan lebih giat lagi," ucap mama sabar sambil mengusap rambut panjang Nirani.

"Menyebalkan!" Nirani tetap kesal.

Ada satu anak laki-laki yang membuatnya iri setengah mati. Anak yang saat memainkan biola selalu mendapat tepuk tangan meriah dari siapapun yang mendengar. Seperti kemarin, di pesta ulang tahun Nirani yang ke sembilan.

Mereka memang memberi Nirani tepukan meriah saat gadis itu menari balet dengan sempurna di lantai pesta. Tapi saat Ryu memainkan biola, tepuk tangan itu dengan mudah beralih padanya.

Nirani dikalahkan!

***

        Setelah itu, selama bertahun-tahun Nirani menganggapnya sebagai saingan. Anak laki-laki yang selalu bersikap dingin padanya, yang bahkan tak pernah menganggapnya ada.

Bukankah itu menyakitkan saat orang yang kau anggap sebagai saingan ternyata tidak pernah menganggapmu sebagai lawan seimbang?

Kau diabaikan, kau benar-benar disepelekan. Apalagi, saat kau bertanya apa alasannya, ternyata ...

"Karena kau anak perempuan! Aku tidak suka bersaing dengan anak perempuan. Main barbie aja sana!" ketus jawaban Ryu saat mereka sama-sama duduk di kelas 7.

Tidak ada yang pernah bicara sekasar itu pada Nirani. Seumur hidupnya, dia adalah gadis kecil yang selalu mendapat banyak pujian. Dari keluarga, dari teman, juga dari para anak laki-laki yang selalu memujinya 'Cantik'.

Tapi Ryu berbeda.

Ada cinta yang berawal dari kelembutan kata-kata dan perhatian, tapi ada juga cinta yang berawal dari sikap seseorang yang menyebalkan lalu akhirnya berubah menjadi rasa penasaran.

Semakin Nirani menatap Ryu dengan penuh rasa iri, semakin terlihat berbeda dia dengan kebanyakan anak laki-laki.

Semakin terlihat persamaan sifat yang mereka miliki.

Ryu bersikap dingin dengan kebanyakan anak perempuan, sama seperti Nirani yang bersikap dingin pada anak laki-laki. Mungkin karena segala hal nyaris sempurna yang mereka miliki. Kaya, rupawan, pintar, dan sedikit ambisius dalam hal apapun.

Lucid Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang