Bab 3

2.2K 185 8
                                        

Lucid Dream (part 3)

.

       Luna terjaga dengan napas terengah. Ia gerakan jarinya. Bisa. Lalu sedikit mengangkat tangan. Bisa.

Seketika rasa lega mengalir di hati Luna. Rasa lega, tapi juga takut. Karena baru pertama kali dia mengalami tidur yang seaneh itu.

***

       Pagi, sebelum bel masuk berbunyi.

"Dia pencuri biola Ryu!"

"Padahal bisa sekolah di sini karena bantuan beasiswa, beraninya ..."

"Dasar miskin."

"Mungkin sengaja ingin mencari perhatian Ryu!"

"Nggak tau malu!"

Di sepanjang koridor kelas demi kelas yang dilalui Luna, terus terdengar bisik-bisik. Sakit. Seumur hidup, baru kali ini dia dibilang pencuri.

Tapi, cewek berponi yang mengikat rambutnya seperti ekor kuda itu lebih memilih mengepalkan tangan daripada menangis dan terlihat kalah. Bahkan saat ini dia merencanakan sesuatu yang mengejutkan untuk Ryu.

Dengan langkah tegap dan dagu sedikit terangkat -seperti yang selalu dilakukan Ryu- Luna berjalan ke arah kelas XII Mipa 1. Pandangan lurus ke depan, rahangnya mengeras. Sementara tangan yang satu menggenggam leher biola dengan erat.

Brakk!!

Luna membuka pintu kelas dengan kasar.

Di dalam, ada beberapa siswa yang duduk bergerombol. Seketika mereka menoleh ke arah pintu. Kaget.

Sementara di dekat jendela, terlihat seorang siswa dengan mantel panjang berwarna coklat, mewah dan berkelas. Cowok berwajah angkuh itu berdiri sambil memainkan biolanya. Memainkan lagu Serenada dengan penuh penghayatan.

Evander Ryu.

Cowok itu menghentikan permainannya setelah melihat siapa yang datang, lalu menyunggingkan sekilas senyum. Kemudian kembali fokus menggesek biolanya.

Luna melangkah mendekat. Tepat di hadapan Ryu.

Ryu kembali berhenti, menurunkan biola dari bahu dan menatap Luna dengan ujung bibir naik ke atas. Meremehkan.

"Mau ngomong sesuatu?" tanyanya santai.

"Aku cuma mau minta maaf sama kamu," jawab Luna dengan suara tak kalah santai. Bahkan kini dia tersenyum. "Maaf karena kemaren udah nyuri biola kamu."

Sekilas terlihat keheranan di wajah Ryu melihat sikap Luna yang tidak seperti biasanya. Tapi kemudian menyadari bahwa cewek polos itu sedang menyindirnya.

"Santai aja, udah dimaafin," balasnya enteng.

Tiba-tiba Luna menyambar biola di tangannya. Lalu melemparkan benda itu ke dinding kelas.

Brakk!! Rusak parah.

Lalu terhempas ke lantai.

Mata Ryu melebar, kaget dan marah.

"Dan maaf, karena sekarang aku udah ngerusakin biola kamu!" Senyum sinis tersungging di bibir Luna.

"Kamu ...!!"

"Kamu boleh ambil biolaku buat gantiin biola itu." Luna meletakkan biola yang dibawanya tadi di meja. Lalu segera melangkah keluar kelas.

Berjalan kembali menuju kelasnya dengan senyum penuh kemenangan di bibir.

Puas!

.

      Luna tahu apa yang dilakukannya jelas punya resiko. Maka dia tidak terkejut saat namanya kembali dipanggil ke kantor. Mendengarkan kemarahan dari kepala sekolah, sedikit kata kasar dan hinaan, lalu akhirnya mendapatkan sebuah hukuman.

Lucid Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang