Bab 2

3.5K 212 14
                                    

Lucid Dream (part 2)

.

        Luna melompat lagi.

Sial! Biolanya tergantung terlalu tinggi. Walaupun berkali-kali berusaha, dia tetap gagal menarik turun biola yang tersangkut di atas sana.

Bel pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu. Sekolah mulai sepi. Hanya tersisa anak-anak yang mengikuti ekskul. Sebagian berada di lapangan sekolah, sebagian lainnya akan mengikuti kelas musik. Seperti seharusnya Luna saat ini.

Tapi sialnya setelah mengisi perut di kantin sekolah tadi, Luna harus mendapati biolanya tergantung di salah satu ranting dahan pohon yang ada di halaman sekolahnya.

Yang lain cuma memandanginya dari koridor kelas atau di tepi lapangan. Beberapa menatapnya kasihan, beberapa menatapnya sambil tertawa dan berbisik satu sama lain, tapi kebanyakan siswa lain memilih pura-pura tak peduli.

Karena mereka tahu ulah siapa itu.

"Hei, lagi ngapain?" Terdengar seseorang bertanya dengan nada mengejek.

Tanpa menoleh pun Luna sudah tahu siapa orangnya. Evander Ryu.

Luna melompat lagi.

"Hei! Aku lagi ngomong sama kamu!"

"Ryu!" Luna melotot kesal.

Matanya menyipit, "Ryu? Kamu manggil aku Ryu?! Aku ini kakak kelas kamu!"

"Tapi kamu lebih kekanakan dari anak SMP!"

"Tch!" Ryu berdecik.

Menelan kekesalannya, Luna melompat lagi.

Gagal! Walau sudah berusaha menggapai setinggi yang dia bisa. Padahal sebentar lagi kelas musik akan dimulai. Hari ini, Bu Donita akan memilih 3 orang untuk mengikuti lomba main biola. Luna ingin ikut terpilih.

"Mau dibantuin nggak?" Dia menawarkan.

Seketika Luna menoleh. Bukan karena dia ingin mengiyakan tawaran yang diucapkan, tapi karena dia sama sekali tak percaya si congkak itu mau membantunya. Sudah jelas-jelas dia yang melakukan semua ini!

"Kenapa malah sewot? Aku kan cuma nawarin. Ya nggak?" Ryu menoleh pada teman-temannya yang langsung disambut dengan tawa mereka.

Luna mencoba tak peduli. Dia melompat lagi. Lagi-lagi gagal!

"Mau pinjem biolaku?" Suara Ryu melunak.

Sedikit tak percaya, Luna menoleh lagi. Berpikir akan mendapati wajah mengejek Ryu, tapi ternyata yang dia lihat adalah wajah serius cowok itu. Bersamaan dengan tangannya mengulurkan sebuah biola pada Luna.

"Sebentar lagi kelas dimulai. Bu Donita paling nggak suka ada yang telat masuk di jam pelajarannya. Kamu masih mau buang waktu?" Mata Ryu menyipit. Masih terdengar sedikit ketus, tapi ada kesungguhan di sana.

"Kamu juga kan ikut kelas musik?" Luna belum sepenuhnya percaya.

"Hari ini aku lagi nggak mood," jawab Ryu seenaknya, "ini cepetan! Mau pinjem nggak? Atau aku berubah pikiran!"

Pelan, Luna menerima biola yang jauh lebih bagus dari biola miliknya itu. Ryu melepaskan ujung satunya. Membuat biola itu kini benar-benar berada digenggaman tangan Luna.

"A... aku bakal balikin ini secepatnya! Janji!" Luna menatap Ryu senang.

Ryu hanya mengangkat bahu.

Lalu Luna berbalik dan berlari menuju kelas musik. Sementara Ryu saling pandang dengan teman-temannya.

"Bener-bener ada ya cewek sepolos itu?" Ujung bibir Ryu naik ke atas sambil menggelengkan kepala. Kemudian mereka tertawa.

Lucid Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang