Lucid Dream (part 14)
.
Mata Nirani membulat. Tapi detik kemudian, terdengar tawa dari mulutnya. Terkikik geli. Seolah sedang merasa sangat puas.
Karena inilah tujuan sebenarnya.
Bukan karena ingin menunggu Ryu mengatakan setuju saat acara keluarga nanti. Nirani cukup pintar untuk berpikir. Tak ada gunanya jika pemuda itu setuju, tapi hati dan cintanya masih terikat dengan hati yang lain.
Menikahi seseorang yang tidak memberi tempat di hati mereka. Seumur hidup seperti sedang memeluk benda mati. Bukankah itu berkali lipat lebih menyedihkan?
Jika Ryu tidak mencintainya karena sikap kerasnya, maka Luna pun akan berubah menjadi gadis dengan sifat yang sama dengannya.
"Sudah mulai lupa ingatan? Baguslah. Jadi setelah kita bertukar tubuh nanti, Ryu tidak punya pilihan. Apa bedanya menikah denganmu jika kamu punya sifat yang persis sama denganku?" Sinisnya, "memilih antara dua gadis yang bersifat sama tapi dengan level yang sangat jauh berbeda, tentu saja itu jauh lebih mudah buat Ryu kan?"
Dahi luna mengernyit. Sedikit mengerti apa yang dikatakan Nirani. Tapi selebihnya ... dia merasa marah.
Marah, karena ada seorang gadis yang membuatnya kesal berbaring di ranjangnya!
"Aku bilang pergi!" Bentak Luna kesal.
Nirani mendengus, lalu bangun.
"Oke, kali ini aku mengalah. Tidur saja di situ sesukamu!" Ketusnya, lalu dia melangkah menuju sofa.
Tanpa sadar bahwa dia diikuti dari belakang. Lalu saat Nirani akan mengempaskan diri di sofa empuk berwarna putih, Luna mendorong benda berbulu lembut itu dengan kaki.
Sofa bergeser. Dan ...
Brukk!
"Aaw!" Nirani terempas ke karpet dengan kasar.
***
Dua orang pemuda berdiri di tepi balkon kamar. Menatap lurus ke depan, ke arah jalan ramai dan lampu-lampu taman halaman. Angin dingin membelai wajah mereka.
"Kenapa cuma Luna yang berubah, tapi Nirani tidak?" tanya Ryu sambil meneguk soda dalam kaleng di tangannya.
Pemuda yang mengenakan topi rajut berwarna putih di sampingnya menyunggingkan selarik senyum. Ikut meneguk minuman kaleng yang digenggamnya.
"Karena dalam hal ini, Nirani jauh lebih berambisi. Sementara Luna, melakukannya tanpa sadar. Karena itu jiwa Nirani lebih kuat mengendalikan mimpi, dan juga mengendalikan pikirannya," jelasnya tenang.
"Lalu ... apa saat mereka bertukar tubuh, Luna bisa kembali ke sifat aslinya?" Ryu menoleh, dengan raut wajah sedikit cemas.
Shan menggeleng, "Yang aku tau, mereka yang telah berubah, tidak bisa kembali berpikir sama lagi. Sebagian sikap itu akan tetap menjadi sikapnya."
"Selamanya?"
"Ya, selamanya."
"Berarti akan ada dua Nirani di sini." Ryu menggelengkan kepala, lalu meneguk habis sodanya. Sedikit frustasi.
***
"Mama!" Luna berteriak kesal.
Nirani melotot.
"Mama!" Luna berseru lagi, lebih keras.
Nirani bangkit berdiri. Menepuk pantatnya yang masih terasa sedikit nyeri.
"Diam!" Desis Nirani kesal.
"Kau yang diam!" Bentak Luna.
"Kau yang diam! Nggak tau diri!" Nirani melotot. "Aku hanya meminjamkanmu semua kemewahan ini! Terserah kau mau lupa ingatan atau apa, tapi ini tetap kamarku!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [COMPLETED]
FantasiaTahukah kamu jika Lucid Dream punya beberapa tahapan? Jangan dipelajari terlalu jauh, karena pada tahapan akhir, itu akan cukup membahayakan jiwamu.