Lucid Dream (part 13)
.
Mencoba membuat seseorang menoleh padamu, itu hal yang tidak mudah. Terutama jika dia sudah menemukan kemana arah matanya harus berhenti di depan sana.
Itu yang dirasakan Nirani.
Hampir setiap malam sebelum tidurnya, dia membayangkan sosok Ryu. Senyumnya, gaya bicaranya, caranya memainkan biola. Semuanya.
Sayangnya, semakin dia memikirkan Ryu, ada sosok gadis bodoh itu juga terlihat di sisinya.
Semakin Ryu membuat gadis itu kesal, semakin merasa cemburu Nirani. Karena ia tahu, setiap keusilan yang Ryu lakukan, itu demi menarik perhatian gadis bodoh itu.
.
Panggung besar itu terlihat mewah dengan sorotan lampu warna-warni di setiap sisinya. Sementara tepat di tengah, satu sinar lampu menyorot ke arah seorang pria bertubuh altetis yang sedang menggesek biola dengan nada-nada lembut memikat. Seperti menyihir ribuan penonton di bawah sana.
Hening, hanya terdengar suara memukau biola yang sedang dimainkan.
Hingga nada terakhir kemudian, sang pria menarik turun biola dari bahu kemudian membungkuk hormat. Disambut tepuk tangan meriah dan lemparan bunga yang mendarat di ujung panggung hingga beberapa meter dari kakinya.
Senyum lega dan kepuasan terlihat jelas di wajah tampan itu. Sekali lagi dia membungkuk atas apresiasi yang diberikan oleh penonton.
Terlihat beberapa nama diangkat oleh beberapa tangan penggemar. Tulisan nama dalam huruf-huruf besar.
EVANDER RYU
Lalu ...
Seseorang berjalan ke panggung. Seorang wanita bergaun hitam mewah terurai hingga menyapu lantai. Berkulit putih, dengan rambut halus yang diikat ke atas. Menampakkan tengkuk dan sebagian punggung yang terlihat mulus. Sementara sisi bawah gaun panjangnya terbelah hingga sebatas paha. Sesekali kakinya yang jenjang tersingkap jelas.
Melangkah dengan gemulai sambil mememegangi perutnya yang ternyata sedikit membuncit. Lalu wanita itu memeluk dengan mesra pria gagah di atas panggung. Diiringi dengan tepukan tangan penonton yang semakin meriah terdengar.
Setelah mengecup kening wanita seksi itu, sang pemuda berkata dengan mata berbinar penuh kegembiraan. Sambil sebelah tangannya merangkul pinggang wanita itu penuh rasa sayang.
"Istriku, tidak bisa ikut memainkan biola di atas sini. Karena dia harus menjaga kesehatannya, dan anak kami!"
Diciumnya lagi kening wanita yang sedang memamerkan senyum manis itu. Tersembul gigi gingsul dan lesung pipi yang membuat wajahnya terlihat semakin mempesona. Penonton berteriak gemas menyaksikan aksi romantis mereka. Sementara ratusan lampu blitz kamera terlihat tak henti menyambar-nyambar dari berbagai sudut ruangan besar itu.
Nirani membuka mata.
Sinar matahari pagi sudah menerobos masuk melalui celah jendela kamar.
Ternyata cuma mimpi.
Mimpi yang terasa begitu nyata. Hingga membuat dadanya berdebar, ketakutan. Karena dia tahu itu bukan hanya sekadar mimpi. Itu masa depan.
Tepat seperti yang Shan bilang.
Ryu, akan menjadi seseorang yang besar. Tapi sama sekali tak terikat dengannya.
Dan itu benar, wanita yang ada di panggung besar itu ... bukan dia!
Menyerah? Tidak.
Itu bukan cinta, jika kau tak pernah berniat memperjuangkannya.
Dia akan melakukan apa saja, demi mengubah wajah wanita yang ada di panggung itu, dengan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [COMPLETED]
FantasiTahukah kamu jika Lucid Dream punya beberapa tahapan? Jangan dipelajari terlalu jauh, karena pada tahapan akhir, itu akan cukup membahayakan jiwamu.