Lucid Dream (part 4)
.Skorsing seminggu Luna benar-benar membawa atmosfir berbeda di hati Ryu. Seperti ada rasa yang hilang.
Jika biasanya setiap hari ada seseorang yang pantas untuk diganggu, tapi sekarang rasanya begitu datar. Tidak menarik. Tidak ada semangat. Padahal skors Luna baru berjalan 3 hari.
Entah kenapa, Ryu ingin sekali menemui gadis galak itu. Ingin mengganggu, hingga melihat pipi gadis itu terlihat kemerahan dengan mata bulat menyorot tajam. Seperti bernapsu ingin menghabisinya. Tapi anehnya, Ryu menyukai itu.
Dia ingin bertanya di mana alamat Luna tapi egonya menahan. Jadi yang ia lakukan sepulang sekolah hanya berputar dengan mobil sport merah kebanggaannya mengitari komplek demi komplek. Mengingat di daerah mana dulu dia pernah melihat gadis itu berjalan pulang.
Hampir putus asa sudah. Tapi kemudian ekor matanya menangkap sosok seorang gadis dengan langkah cepat setengah berlari di sepanjang trotoar. Meski hanya melihat dari belakang, tapi Ryu yakin itu Luna.
Gadis itu mengenakan celana jeans dengan atasan t-shirt warna putih. Rambutnya yang panjang memang selalu diikat mirip ekor kuda.
Senyum tersungging di bibir Ryu. Lalu menghentikan mobil gak jauh di depan Luna.
Mata bulat itu terlihat membesae melihat siapa yang menghalangi langkahnya. Seketika kekagetan itu berganti dengan rasa kesal. Tapi dia berusaha tidak peduli. Bahkan tetap meneruskan langkah melewati Ryu.
"Hei-" Ryu menangkap lengannnya. Menahan.
"Lepasin!" Luna melotot geram.
Ryu menyambar plastik hitam kecil yang ada digenggaman Luna. Lalu membawa masuk ke dalam mobil. Setengah melempar ke sampingnya.
"Ryu! Balikin!" Luna berteriak mengejar.
Pemuda yang masih mengenakan baju seragam itu tersenyum menyeringai dari balik kemudi.
"Ikut aku dulu, baru nanti dibalikin!" Sahutnya enteng.
"Nggak mau! Aku mau pulang! Balikin nggak?!" Luna setengah mengancam dengan wajah serius tegang.
"Ikut, atau aku buang plastik itu di jalanan!" Ryu menyorot wajahnya, dingin.
"Ryu ..." Luna memelas.
"Masuk! Aku nggak pernah main-main. Paham?"
Dengan sangat terpaksa, Luna masuk ke dalam mobil. Duduk tepat di sebelah Ryu yang langsung mengunci pintu mobil, takut buruannya kabur.
Mereka meluncur santai entah menuju ke arah mana. Di sepanjang perjalanan Luna terus berusaha agar Ryu mau menurunkan dan membiarkan dia pulang. Tapi sayang, saat itu Ryu lebih memilih mendengar musik yang terdengar mengalun dari tape mobil. Sambil tangannya yang memegang setir juga menggenggam erat plastik Luna.
"Ryu, kumohon ... itu obat ibu aku. Ibu aku sakit dan butuh obat itu ..." pinta Luna berusaha melunak.
"Aku tau itu cuma alasan kamu! Sekarang berhenti ngomong macem-macem atau aku beneran buang plastik ini?" Ryu menurunkan kaca jendela mobil hingga setengah. Seperti bersiap sekali lagi mendengar Luna bicara maka plastik itu terlempar keluar.
Luna tahu senekat apa Ryu. Terutama demi mengganggunya. Karena itu Luna akhirnya terdiam.
Mobil berbelok di taman kota.
Setengah menyeret, Ryu membawa Luna ke sebuah bangku kayu di bawah pohon. Pemuda itu duduk di sana, lalu mengulurkan biola pada Luna yang disuruhnya berdiri.
"Mainkan Serenada untukku!" Perintahnya.
"Ryu, aku harus pulang! Ibu butuh ..,"
"Mainkan sekarang!"
![](https://img.wattpad.com/cover/127028983-288-k173734.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [COMPLETED]
FantasíaTahukah kamu jika Lucid Dream punya beberapa tahapan? Jangan dipelajari terlalu jauh, karena pada tahapan akhir, itu akan cukup membahayakan jiwamu.