Rencana..

36 2 0
                                    

       Dua hari yang lalu aku menuju Panti, sore ini aku berencana menuju panti pulang sekolah. Karna hari ini aku ada jadwal kosong. Saat bel sekolah berbunyi aku langsung saja menuju Panti. Meski pun aku masih memakai seragam sekolah. Saat aku tiba di Panti. Aku melihat seseorang yang sudah tua mengunjungi Panti.

"Asha perkenalkan ini Pak Vederl, dia salah satu donatur disini, akhir akhir ini Pak Vederl sering mengunjungi panti" kata Bu Emi

"Saya Asha pak" kata ku sambil berjabat tangan

"Panggil saya Oppa saja" kata Kakek itu

       Aku tersenyum padanya. Lalu aku melihat Lala. Aku mendekatinya.

"Hai Lala" Sapa ku

"Hai kak Asha" sapa balik

       Lala lalu membawa dua buah permen padaku.

"Coba kakak buka salah satu bungkusnya" kata Lala

"(membuka satu permen) trus?" tanyaku

"Sekarang kakak buang dua permen itu" kata Lala

"kenapa dibuang?" tanya ku

"Kakak buang dulu aja degh" Kata Lala

"(membuang kedua permen) yang satunya jadi kotor kena pasir" kataku

"Sekarang kakak pilih salah satu permennya" kata Lala

"(memilih permen yang ada bungkusnya) aku pilih ini" kata ku

"Kenapa kakak pilih yang itu?" kata Lala

"Karna dia gak kotor, soalnya masih ada bungkusnya" kata ku

"Itu lagh hebatnya berhijab, Hijab melindungi kita dari hal-hal kotor, permen yang masih ada bungkusnya ini bagaikan di lindungi oleh hijab kak" kata Lala

       Aku sempat merenung mendengarkan kata Lala. Tak lama setelah itu Lala diharuskan istirahat karna sudah waktunya ia istirahat. Aku lalu duduk disuatu kursi. Tiba-tiba Pak Vederl duduk disebelah ku.

"Kenapa kamu merenung?" tanya Pak Vederl

"Saya tadi berbicara dengan salah satu anak Panti disini, dia menginginkan saya untuk berhijab, tetapi yang saya tau jika kita ingin melakukan suatu hal, kita harus mendahuluinya dengan niat, sementara saya belum memiliki niat untuk itu" jelasku panjang lebar

"Kamu sama seperti cucu saya, dia menginginkan ibunya untuk berhijab, namun karna ke egois saya, ia membenci saya hingga ia tidak mau lagi bertemu dengan saya" kata Pak Vederl

"Mengapa bisa pak?" tanya ku

"Ceritanya panjang nak" kata Pak Vederl menahan tangis

"Saya turut sedih Pak, maaf jika mengungkit masa lalu Bapak" jelasku

                          *************

       Istirahat kedua setelah aku selesai sholat dzuhur, aku melihat wacana konser "Musicaly Puisi", diadakan 3 hari lagi, harga tiketnya 75.000 ribu. Aku pengen banget ikut, setiap tahun selalu diadakan. Tetapi akhir-akhir ini banyak kebutuhan yang mendesak, sehingga keuangan ku kritis.

"Sha, gua cari di mushollah gak ada, ternyata natapin mading yang gak pernah peka" kata Rachel mengkagetkan ku

"Konser musicaly puisi chel, aku pengen tapi gak ada uang" kata ku

"Pinjem uang ku aja" kata Rachel

"Gak ah.. Masa aku seneng-seneng pakai duit utang" kata ku

"Kirain.." kata Rachel meledek

      Dikejauhan aku tidak tau kalau Alfiano melihat ku menatap di mading, saat aku kembali ke kelas, ia mendekati mading, ada nomor untuk memesan kursi, ia mengeluarkan HP lalu memotret wacana di mading itu.

                        *************

       Pulang sekolah, aku pergi ke rumah Rachel, kami harus mengerjakan tugas, terutama IPA, kita harus membuat PowerPoint. Jadi mau gak mau kita harus kerjain, saat kita asyik mengerjakan. Aku memulai pembicaraan.

"Chel aku pengen banget" kata ku

"Dimana sih tempatnya?" tanya Rachel

"Biasa, studio drama musicaly di sebelah Mall jalan Diponogoro" kata ku

"Yaudah, ajak Alfiano aja, dia kan juga suka sama puisi" kata Rachel

"Kok lugh tau, jangan-jangan ada apa apa lagi sama kalian berdua" kata ku

"Eghh, enak aja.. Aku itu masih sama Michel lagi" kata Rachel

"Trus aku harus gimana?" tanya ku

"Yaudah Lugh buka Whatsapp, cari kontaknya Alfiano, nagh lugh pc dia, trus bilang, kamu mau gak ikut aku liat musicaly puisi, tapi kamu yang bayar ya" kata Rachel

"Lugh gila ya" kata ku

       Tiba-tiba ada notifikasi whatsapp masuk di HP ku. Aku lalu membukanya. Alangkah terkejutnya, notifikasi itu dari Alfiano, dia mengajak ku untuk melihat Musicaly puisi, ia juga memotret tiket VIP pada ku, tiket plus dengan Drama Musicalynya.

"Aghhh!!!!" teriak ku terkejut

"Apaan sih Sha" tanya Rachel

"Lugh baca sendiri" kata ku sambil menunjukan HP ku

"Tugh kan bener, dia itu suka sama kamu, sampai-sampai dia tau kalau kamu pengen lihat musicaly puisi" kata Rachel

"Aku pengen banget, tapi apa aku boleh sama Mama?" tanya ku

"Yaudah aku coba tanya Michel, kalau dia mau kita berangkat bareng, entar aku sama Michel trus lugh sama Alfiano degh" kata Rachel meledek ku

"Aku sama Michel aja, kan dia awalnya deket ama aku" balas ku dengan meledek Rachel

"Apaan sih.. Yaudah berangkat aja sendiri" kata Rachel sewot

"Eghh.. Iya.. Jangan marah napa" kata ku

                           *************

Ke esokan harinya, aku bertemu dengan Alfiano di taman belakang sekolah. Ia memberikan 1 tiket gold Musicaly puisi padaku.

"Mau ikut?" tanya Alfiano

"Aku.. Akk.. Uu.. Mau sih tapi kamu kok bisa tau kalau aku lagi pengen lihat ini?" kata ku

"Sorry y, kemarin aku lihat in kamu natap mading serius amat, yaudah aku lihat, ternyata wacana Konser musicaly puisi, kebetulan aku juga suka puisi" kata Alfiano

"Kalau begitu kita duet" kata ku

"Boleh, siapa yang memulai? Kamu aja ya" kata Alfiano

"Aku melihatnya, berjalan diatas papan rapuh, tatapanya senduh bagai sebuah serpihan gelas kaca" kata ku

"Jangan kau gantung amarahnya, biarkan ia berlalu bagai hembus angin, kata-katanya terkadang menguras kesabaran mu" kata Alfiano

"Tunggu.. Kita ini lagi bahas puisi apaan?" tanya ku

"Aku sendiri juga gak tau, yang penting nyambung" kata Alfiano

"kamu kira tali apa? Pakai sambungan segala" kata ku

       Untuk pertama kalinya aku melihat laki-laki yang bisa membuat puisi secara langsung, aku sedikit kagum.. Iya kagum, tapi hanya sedikit.

                           **************

Hijab AshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang