Hari ini adalah pemakaman Papa, Tuhan, jika kau sayang pada ku, mengapa kau ambil Papa di hari spesial ku. Aku keluar dari kamar, Mama sudah berada di ruang tamu menjamu tamu yang datang, hari ini aku tidak masuk sekolah. Aku izin sampai besok. Aku melihat Mama yang masih benar-benar berduka, haruskah aku seperti ini, aku ingin lari dari semua ini, tapi aku tak bisa.
Setelah pemakaman selesai, aku kembali ke kamar, ku lihat sebuah kotak hadiah dari Mama dan Papa, dari semalam aku belum membukannya. Lalu ku buka kotak merah itu, Ada sebuah hijab merah mawar yang bagus, hanya ada beberapa hijab seperti ini, harganya cukup mahal, aku menginginkan hijab ini sejak awal aku memutuskan berhijab. Namun sekarang tekad ku berubah, percuma, semakin aku dekat dengan Tuhan semakin banyak aku mengalami rasa sakit. Aku lalu melepas hijabku, mengurai rambut ku. Lalu aku keluar kamar untuk membantu Mama menyiapkan tahlilan nanti Malam.*************
"Papanya Asha meninggal?" kata Alfiano kaget
"Iya Fi, aku kaget banget dengernya, nanti malam kamu tahlilan gih kerumahnya Asha, kamu kan sudah kenal dekat dengan Mamanya" kata Rachel sedikit ngos-ngosan berlarian mengejar Alfiano sampai di depan kelasnya
"Aku usahakan" kata Alfiano
Lalu Alfiano mengambil handphonenya, ia membuka kontak handphone ku. Ia lalu menghubungi ku. Telfon ku berbunyi dikamar, aku lalu membuka handphone ku, telfon itu dari Alfiano, lalu aku mengangkatnya.
"Halo" kata ku
"Assalamualaikum Sha, maaf baru bisa hubungi kamu sekarang" kata Alfiano
"Kamu mau apa?" tanya ku
"Jawab salam dulu kali, kan hukumnya wajib" kata Alfiano
"Jawab salam pun gak akan kembalikan Papa" kata ku
Aku lalu menutup telfon ku. Aku mengambil sebuah gelas yang berisi air, aku melemparnya ke kaca kamar ku. Sontak semua kaget mendengar sesuatu yang pecah dari kamar ku. Lalu aku berteriak sekeras mungkin untuk melepaskan beban di hati ku. Mama langsung masuk ke kamar
"Astagfirullah Asha.. Istigfar Nak" kata Mama sembari memeluk ku
"Percuma Ma, istigfar pun gak akan kembalikan Papa, Tuhan itu gak adil" jawab ku dalam isak tangis di pelukan Mama
"Kamu harus ikhlas nak, Mama juga merasa kehilangan, gak kamu aja" kata Mama
Aku tak sadarkan diri, Mama lalu membaringkan tubuh ku ke tempat tidur. Semua lalu melanjutkan kegiatan, dan pembantu rumah ku membersihakan pecahan kaca di kamar ku.
**************
"Tante saya turut berduka cita atas meninggalnya Papa Asha" Kata Alfiano Pada Mama
"Iya nak, makasih karna sudah datang" kata Mama
"Tapi sejak tadi kok aku gak lihat Asha ya tante?" tanya Alfiano
"Asha masih syok, bahkan dari tadi dia hanya diam di kamarnya" kata Mama
"Kalau begitu salam saja buat Asha tante, saya pamit pulang" kata Alfiano
"Iya nak, hati-hati di jalan" kata Mama
"Assalamualaikum Tante" kata Alfiano
"Waalaikumsalam" Jawab Mama
Malam itu Alfiano pulang setelah tahlilan di rumah ku, aku sengaja tak keluar dari kamar, hati ku belum tenang, aku tak percaya. Aku benci dengan semua ini.. Aku sangat benci.
************
Satu minggu telah berlalu, aku akan masuk sekolah besok. Saat pagi tiba aku membuka ke dua mata ku. Aku bersiap ke sekolah. Mama Akan mengantar ku ke sekolah. Aku bersiap namun akan berbeda hari ini dari biasanya. Aku melepas hijab ku. Aku mengurai rambut ku lalu aku masuk ke dalam mobil.
"Kamu tumben gak pakai hijab" tanya Mama
Aku hanya diam dan tak menjawab pertanyaan Mama. Beberapa detik menjadi hening sampai akhirnya mobil dijalankan oleh Mama. Sampai di gerbang sekolah aku turun dari mobil. Aku tak mengucapkan sepatah kata pun. Aku lalu masuk lewat loby seperti biasanya. Semua melihat ku heran. Saat sampai di kelas aku duduk dan Rachel memulai pembicaraan.
"Tumben Sha kamu lepas hijab" kata Rachel
Aku hanya diam tak menanggapi perkataannya. Sampai pelajaran berlangsung. Bel istirahat pun berbunyi. Aku lalu pergi ke kantin seorang diri. Rachel berusaha mengikuti ku namun aku membiarkannya. Hati ku terasa hancur bukan main. Terutama saat ini hati ku tak bisa merasakan apa apa. Aku tak bisa menangis atau bahagia.
"Kamu kenapa sih diam aja, jawab dong Sha" tanya Rachel
Aku hanya diam sampai akhirnya Aku bertemu dengan Alfiano. Aku hanya diam dan terus berjalan menuju kelas.
"(menarik tangan ku) Sha tunggu" kata Alfiano
Aku hanya berusaha melepaskan tangan ku dari genggamnya. Aku tak ingin bicara sedikit pun padanya.
"Aku kecewa sama kamu kalau kamu kayak gini" kata Alfiano
"Aku gak peduli!! Rasa kecewa mu gak bakalan bikin Papa balik" kata ku
Aku lalu pergi menuju kelas. Aku tidak peduli pada siapa pun. Hati ku membuta seketika.
Saat pulang sekolah tiba. Aku pergi ke danau belakang taman komplek. Mama tidak bisa menjemput ku. Jadi aku putuskan untuk jalan kaki. Saat aku sampai di ujung danau, aku duduk di suatu kursi. Aku membuka diary ku lalu ku tulis semua curahan hati ku.Beginilah aku.. Kelopak ku perlahan jatuh dan tersisa satu.. Hati ku bagai serpihan gelas kaca yang hancur.. Tiba-tiba berubah menjadi butiran debu.. Sesosok atap di hati ku telah pergi.. Kini seluruh ruangan harus menjadi atap.. Dan aku yang hanya barang di rumah pun harus menjadi atap.. Semua menjadi kelabu seketika.. Ku resap setiap kata dan sapaan yang lalu.. Bimbang dan membisu diri ku.. Taman ku hancur diterpa angin yang datang entah dari mana.. Awalnya membelai indah.. Namun mengapa berubah menjadi ada apa?.. Apa aku harus benci pada angin dan air? Pendiri kekokohan telah usai sudah hadirnya..
Papa-Ku tulis puisi ini sambil ku ratapi rasa sakitnya. Air mata ku perlahan terjatuh. Jatuh seperti hati ku. Bukan kah aku telah mendekat padanya? Lalu mengapa aku malah mendapat kejutan seperti ini. Lalu handphone ku berdering. Ternyata dari Mama. Lalu ku bereskan semua barang ku dan kembali ke rumah.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijab Asha
Teen FictionJatuh cinta? Pernah dirasakan oleh perempuan yang akrab dipanggil Asha, pernah sekali ia merasakan jatuh cinta namun gagal karna cinta pertamanya meninggal, akhirnya ia bertemu dengan cinta ke duanya dan membuatnya berhijrah kejalan yang lebih baik...