Part 3

21.3K 2.4K 162
                                    


"Tidak, aku tidak takut pada mu...
kau boleh tetap tinggal"
Ucap Rery ragu.

Lathan tampak tersenyum ramah, dia menyandarkan tubuhnya kebelakang.
Keadaannya tampak lebih baik sekarang.

"Aku sangat berterima kasih karena kau mau menerima ku tinggal di sini untuk sementara waktu..."

Rery mengerutkan dahinya,
"Memang kau akan memperbolehkan ku untuk tidak setuju...?"

Lathan tertawa renyah mendengar pertanyaan Rery.
Sedetik kemudian pandangannya berubah serius.
"Tentu saja...tidak..."

"Sudah ku duga..."
Rery perlahan memunguti semua alat sisa dipakai mengambil proyektil di bahu pria bernama Lathan itu.
Dia juga mengambil pakaian Lathan yang berlumuran darah.

Dengan sedikit terburu dia merapikan semuanya dan membawa benda-benda itu kembali kebelakang untuk membersihkannya.

Lathan hanya tersenyum simpul melihat kearah Rery yang meninggalkannya.

Rery pemuda yang baik dan tampak sangat penurut,
Itu yang ada di pikiran Lathan.

Dia memiliki tinggi sekitar 173, rambutnya berwarna coklat gelap dengan gaya side part.
Matanya berwarna abu-abu cerah dengan kulit putih kemerahan.

Lathan mendesah, dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas sofa.

Dia menekan nomer bernama Bill di dalam layar ponselnya.
Pria ini segera berdiri mendekati jendela untuk memantau keadaan di luar...
Dari cela tirai warna orchid dia bisa melihat keadaan di bawah.

"Satu,dua, tiga, empat...hah..."
Desahnya melihat beberapa orang tampak masih berkeliaran mencari dirinya.

Lathan segera menjauh dari jendela dan kembali duduk di sofa.
Pada saat itu dia mendengar suara dari ujung telfonnya.

"Kau ada di mana...?"
Tanya suara berat di sana.

"Aku masih ada di kota..."

"Kenapa kau pergi tanpa bilang...aku akan ke sana dan menjemputmu.
Kau ada di mana sekarang...?"

Lathan mendesah.
"Sekarang itu tidak penting, besok pasti ada kabar tidak menyenangkan soal aku.
Kau tidak perlu cemas dan katakan pada Bella kalau aku dalam keadaan baik-baik saja..."

"Baiklah..."
Terdengar jeda sebelum Lathan mendengar jawaban itu.

"Tolong jaga putri ku selama aku tidak ada"

"Aku mengerti...kapan kau akan kembali...?"

"Aku akan pulang jika sudah waktunya untuk pulang"
Senyum menyeringai tampak menghiasi wajah tampan Lathan.

"Aku tidak tau apa yang terjadi pada mu, tapi aku harap kau tidak sedang dalam masalah di sana..."

"Sudah ku bilang jangan cemas dengan keadaan ku...
Bill..."

"Iya...?"

"Tolong cari tau soal lelaki bernama Rery clare yang tinggal di jalan ***
Aparteman*** nomer 112 lantai 5"

"Apa kau sekarang ada di tempat itu...?"

"Iya begitulah..."

"Baik, akan ku selidiki soal dia..."

"Terima kasih..."
Lathan segera mematikan ponselnya saat melihat Rery kembali berjalan kehadapannya.

"Apa kau mau makan sesuatu...?"

Lathan tampak mendongak melihat kearah Rery yang berdiri di depannya...
"Tidak terima kasih..."

Rary terlihat mengangkat sebelah alisnya.
"Ok...kalau kau butuh sesuatu aku ada di kamar ku..."

"Iya..."
Jawab Lathan saat melihat Rery berjalan ke arah pintu yang ada di dekat TV.
Pemuda tersebut terlihat masuk kedalam kamarnya sembari menarik melepas dasi yang di pakainya.

Lathan mendesah, dia kembali bersandar kebelakang.

Pria itu memijit tulang hidungnya sembari memejamkan mata.

"Hampir saja aku mati hari ini...
Jika tadi aku tidak segera lari...
Aku pasti sudah terbujur kaku dan di buang kelaut oleh orang-orang itu..."
Lathan agak menyesali keteledorannya.

Kejadian yang menimpanya tadi itu karena kecerobahannya sendiri yang terlalu mempercayai teman lamanya yang ternyata hanya di jadikan umpan untuk memancingnya keluar dari distrik....

Dia akan memulihkan keadaannya dan melakukan balas dendam kepada Rival yang sudah membuatnya hampir mati.

Sudah pasti Lathan tidak akan membiarkan mereka yang hampir membunuhnya hidup dengan tenang.

Untuk sekarang pria itu akan bersembunyi di sini, karena tidak mungkin baginya kembali kerumah besarnya dalam keadaan terluka.

Dia tidak mau membuat putri semata wayangnya sedih.
Hanya gadis kecilnya itu yang membuat Lathan tetap bisa menjalani hidupnya yang berubah kelabu semenjak di tinggal mati istrinya 5 tahun lalu.

"Ini..."
Suara itu membuyarkan lamunan Lathan, pria itu segera membuka mata dan menegakkan posisi duduknya.

"Tidak mungkin kau tidak memakai baju saat tidurkan...?"
Ucap Rery yang sudah berdiri dengan rambut semi basah, memakai t-shirt warna hitam dan celana dari bahan denim yang memiliki warna senada.

Pemuda itu tampak lebih santai dari pada tadi, wajahnya kini juga sudah tidak terlalu tegang.

Lathan tersenyum sembari menerima knitwear warna biru laut yang di sodorkan Rery padanya.

"Terima kasih..."

"Iya..."
Jawab Rery, pemuda itu menjatuhkan diri ke atas sofa bersanding dengan Lathan.
"Ada yang ingin ku tanyakan pada mu..."

"Tanya saja..."
Ucap Lathan sembari mengenakan pakaian yang diberikan Rery padanya.

"Apa besok aku boleh tetap pergi bekerja...?"

Lathan mengerutkan dahinya.

Melihat itu Rery tersenyum kecut.
"Biyasanya di acara TV yang ku lihat, penjahat tidak akan memperbolehkan tawanannya pergi kemana-mana..."

Mimik geli tampak jelas terpancar dari wajah Lathan.
"Entahlah...kenapa kau bisa punya pikiran seperti itu...
Kau terlalu banyak melihat film action...
Aku tidak menganggap mu tawanan ku, lakukan saja seperti yang biasanya kau lakukan"

''Apa kau tidak takut aku membocorkan soal keberadaan mu pada musuh mu...?"

Lathan tersenyum sembari menatap lurus kearah mata Rery, akan tetapi pemuda itu langsung membuang muka.
Sepertinya Lathan benar-benar membuatnya takut.

"Ku pikir kau terlalu bodoh jika berani melakukan itu...
Bukannya tadi kau sudah membohongi mereka dan bilang tidak melihat ku tapi kau sebenarnya menyembunyikanku...
Orang-orang yang ingin membunuhku akan sangat tersinggung dengan apa yang kau lakukan..."

Rery mengerutkan dahinya.
"Kau benar..."

Lathan tertawa melihat ekspresi ketakutan pemuda itu.
Entah apa yang dipikirkannya hingga membuatnya jadi penakut seperti itu...

"Sudahlah jangan perdulikan aku, aku hanya akan ada di sini sampai keadaannya memungkinkan ku untuk pergi...
Lakukan saja apa yang menjadi kebiasaan mu dan anggap aku tidak ada..."

Rery tampak mengangguk, pemuda itu segera berdiri dan berjalan kembali kekamarnya tanpa bicara apa-apa lagi.

"Pemuda itu lucu sekali, dia sepertinya sangat tertekan dengan keberadaan ku di sini...
Apa lagi tadi akau sempat menodongkan senjata ke kepalanya.
Oh...iya senjata ku..."

Lathan segera berdiri, dia mengambil pistol yang tergeletak di lantai.

Pemuda itu mengeluarkan amunisi dari dalam pistol semi otomatisnya, dimasukkan timbal itu kedalam saku celananya.
Dan diapun segera kembali kesofa, merebahkan diri di sana.
Perlahan matanya terpejam, dan pria itu terlelap dalam tidurnya.

Apa yang di alaminya hari ini membuatnya sangat kelelahan.
Dia perlu istirahat untuk memulihkan keadaannya...

Secret Base (Selesai) BOOK 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang