Part 1

37.3K 2.9K 106
                                    


Warning....!!!

Hampir semua part berisi konten dewasa, mengandung unsur BDSM.
Saga_vi ga' bisa memberikan Warning di awal part seperti cerita Saga_vi yang lain.
Jadi mohon tidak melanjutkan membaca cerita ini bagi yang tidak terbiasa.


Rery terdiam, dia bahkan tidak berani melihat orang yang kini sedang menatap dirinya.

"Tutup pintunya sekarang juga..."
Pinta pria tinggi besar itu, wajahnya sedikit pucat karena terlalu banyak mengeluarkan darah.

Tanpa ingin membantah, Rery segera masuk kedalam Apartemennya seraya menutup pintu.
Tubuh pemuda itu tiba-tiba bergetar karena rasa takut yang membuat jantungnya berdebar dengan cepat.

Pria di depannya terlihat sesekali mendesis dan memegangi bahu kanannya.
Dia menurunkan tangan yang dia pakai untuk menodongkan senjatanya.
"Sial..."
gerutu orang itu hampir berbisik.

Rery tidak tau dari mana munculnya orang di depannya ini, bagaimana dia bisa masuk kedalam Apartemen miliknya.
Dia bahkan punya senjata api, apa dia penjahat...?
Dugaan-dugaan aneh berseliweran di benak pemuda itu.

"Kau...siapa nama mu...?"
Tanya pria di depan Rery, dia menatap kearah pemuda itu dengan sesekali meringis menahan sakit.

"Rery Clare"
Jawabnya dengan suara bergetar

"Maaf Rery, aku membuat mu takut.
Aku akan segera pergi dari sini jika situasinya sudah aman untuk ku keluar"
Pria itu mundur beberapa langkah kebelakang hingga tubuhnya menyentuh dinding.
Dia bersandar di sana dengan nafas tersengal-sengal.

Lampu di ruangan itu belum dinyalakan, namun Rery bisa melihat darah menetes di seluruh lantai tempat tinggalnya.
Dia menelan ludah, pemuda itu menatap ngeri kearah orang yang sedang kesakitan di hadapannya.

"Apa kau terluka...?"
Pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari mulut Rery, meski dia sudah bisa melihat kondisi orang di depannya sangat jauh dari kata baik.

Pria di depan Rery tersenyum sinis.
"Aku tidak papa"

Sebuah ketukan pintu dengan suara keras mengagetkan Rery, pemuda itu menoleh kearah pintunya.

"Apa ada orang di dalam...?!"
Tanya suara besar dari balik pintu tersebut sembari menggedornya.

Rery beralih melihat kembali kearah pria di depannya, dia meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sebagai isyarat agar Rery tidak bersuara.

Sekali lagi pintu itu di ketuk dengan cukup keras.
Hingga membuat Rery melonjak kaget.

Tampak lelaki di depannya mendekat kearahnya dengan langkah terhuyung-huyung.
Senjata api yang di bawanya lagi-lagi di todongkannya kekepala Rery.

"Jangan takut, buka pintunya.
Jika orang-orang itu menanyakan tentang diriku, kau harus tenang dan bilang tidak tau...
Jangan membuat mereka curiga, atau kau akan mati bersama ku.
Peluru di pestolku hanya tinggal satu.
Tidak akan cukup untuk melawan mereka semua, dengan kondisi ku yang seperti ini aku hanya bisa mengandalkan mu"
Bisik pria itu di dekat telinga Rery.

Pria itu perlahan mundur lagi saat Rery menjawab suara dari luar.

Perlahan pemuda itu membuka pintunya, dia melihat ada segerombolan pria berjas hitam berdiri di depannya,
Mereka terlihat sangat menakutkan.

"Iya...ada perlu apa...?"
Tanya Rery setelah menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering.

"Kami sedang mencari seseorang, kami kira dia masuk ketempat mu"
Ucap lelaki yang berdiri paling depan.
Wajahnya sangat menakutkan, ada bekas luka membelah pipi kirinya.

"Tidak ada siapa-siapa di dalam, aku baru saja pulang bekerja.
Tapi jika kalian tidak percaya dan ingin memeriksanya sendiri.
Aku izinkan"
Ujar Rery sembari membuka pintunya lebar-lebar.

Pria yang berdiri di depannya terdiam sebentar, dia melihat keseriusan di mata Rery.

"Baiklah, kami tidak akan memeriksanya.
Akan kami cari di tempat lain saja..."
Pria itu perlahan berjalan menjauhi tempat tunggal Rery sembari berkata.
"Berhati-hatilah karena orang yang kami cari adalah orang yang berbahaya.
Beritau kami jika kau melihat ada orang asing yang menerobos tempat tinggal mu.
Kami akan membantu mu menyingkirkannya..."

Rery segera menutup pintunya lagi, dadanya berdegup kencang sekali.
Belum pernah dia mengalami keadaan yang kacau seperti ini sebelumnya.

Terlibat dalam masalah yang bahkan dia tidak tau apa...
Pemuda itu menatap pria yang sedang terluka di depannya.

Wajah orang itu semakin pucat, dia menjatuhkan senjatanya dan tiba-tiba terjatuh kedepan.

Untung saja, Rery dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Hai...kau tidak apa-apa...?
Bangunlah...!!"
Pinta Rery sembari memapah orang tersebut menuju ke sofa dan menidurkannya di sana.

Pemuda itu segera menyelakan lampu ruangannya.
Benar saja, hampir seluruh lantai tempat itu di penuhi tetesan darah.
Kini pemuda itu tau dari mana orang yang terkulai di atas sofanya bisa masuk ketempat tinggalnya.

Dia memecahkan kaca jendela permanen yang ada di dinding sebelah barat.
Entah bagai mana orang itu bisa memanjat gedung lantai 5 itu.

Rery terpaku, matanya kembali menatap kearah pria asing di sana.

Ternyata wajah orang itu sangat tampan, dia memiliki tulang rahang yang tegas.
Rambutnya berwarna hitam legam yang di biarkan sedikit memanjang di bagian depan, dan di potong pendek di bagian belakang.
Kulitnya putih pucat, dengan tubuh tinggi,185 cm, itu perkiraan Rery.
Dia memakai setelan jas Kiton yang pastinya sangat mahal.

"Mungkin usianya sama dengan ku, tapi sepertinya dia bukan orang sembarangan, apa yang harus aku lakukan sekarang...?"
Rery terlihat gelisah, dia perlahan mendekati lelaki yang masih memejamkan matanya di atas sofa.

"Apa aku bilang saja pada orang-orang yang mencarinya tadi,
Tapi jika di lihat lagi.
Orang ini sepertinya tidak berbahaya, malah orang-orang tadi yang lebih mencurigakan..."
Rery melihat kearah benda persegi yang sedikit mencuat dari dalam saku jas pria di depannya.

"Oh...itu ponselnya, sebaiknya aku cari nomer telfon keluarganya..."
Rery perlahan mendekatkan tangannya kebenda itu.

Namun tiba-tiba tangannya di sambar dan di remas dengan kuat oleh pria yang tampak terkulai tak berdaya di hadapannya.

"Apa yang mau kau lakukan...?!"
Tanya pria itu menatap Rery dengan mata tajam seperti ingin membunuhnya.

Rery terdiam, orang yang dia duga tidak berbahaya ternyata dia sangat mengerikan.
Terutama mata biru cerahnya yang sejak awal membuatnya takut.

"Maafkan aku, aku berniat mau menghubungi keluarga mu.
Agar mereka bisa segera menjemput mu dan membawa mu kerumah sakit"
Ujar Rery menjelaskan niatnya.

Pria di depannya melepaskan cengkraman tangannya setelah mendengar pengakuan pemuda itu barusan.

"Maaf, aku orang yang sangat waspada.
Jangan tiba-tiba mendekat pada ku saat aku sedang memejamkan mata.
Karena hasilnya akan sangat tak terduga saat aku memegang senjata"

Rery mengangguk tanda mengerti, dia mengelus pergelangan tangannya yang terasa nyeri.

"Aku akan segera pergi setelah kau membantu ku...
Tidak perlu cemas, aku tidak mau keluargaku kawatir.
jadi jangan coba-coba menghubungi mereka.
Bisakah kau keluarkan saja peluru dari dalam tubuh ku ini...?"
Tanya pria itu hingga membuat Rery tercengang, dia bicara sembari duduk dari tidurnya sambil menyingkap jas yang berlubang di bagian bahu kanannya.

"Aku takut..."

Pria di hadapannya terlihat tersenyum geli.
"Jika kau tidak melakukannya, aku malah akan mati di sini karena kehilangan banyak darah...
Apa itu tidak membuat mu lebih takut lagi...?"

Rery menelan ludahnya.
Sepertinya dia tidak ada pilihan lain selain melakukan yang orang itu minta.

"Mimpi apa aku semalam...kanapa aku di hadapkan pada hal mengerikan ini...?"

Secret Base (Selesai) BOOK 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang