Author pov~
40 menit sebelum Bianca tiba di aula~
"Wah, kau tampak cantik, Bianca" puji Jenny saat matanya menyusuri seluruh tubuh Bianca dari atas kepala hingga ke bawah kaki.
Bianca memandangi dirinya di cermin. Dia tidak yakin apakah ini cocok untuknya atau tidak.
Pagi-pagi sekali, setelah Ethan pergi, seorang anak buahnya datang ke kamar hotel dengan membawa tumpukan kotak menjulang tinggi, Kotak yang terbesar berisi gaun satin warna putih berkilau dan kamisol tipis , kerudung panjang serta perhiasan berupa penjepit rambut terbuat dari emas perak dan batu ruby ungu yang ia kenakan saat ini terdapat di kotak paling tengah. Sedangkan kotak lainnya , terdapat sepatu heels silver dan seperangkat alat makeup untuk merias wajah. Bianca sempat berpikir, kenapa Ethan tidak membawa penata rias sewaan untuk mendandaninya?. Namun tiba-tiba dia teringat pada kejadian di salon waktu itu. Dia yakin Ethan pasti trauma karena hal itu.
"Aku tidak yakin, Jen.. maksudku. . ini terlalu mahal untukku" ujar Bianca .
Dia melihat dirinya seperti ayam kusam yang berusaha berubah menjadi angsa putih yang cantik.
Dan Jenny menepuk kedua bahu Bianca untuk menyemangatinya. "Tidak, Bianca. Kau cantik. sangat cantik" ujarnya lembut. "Kau bahkan lebih cantik dari Cirra".
"Benarkah? Aku merasa aku tidak cocok mengenakan gaun ini".
Jenny menggeleng "Tidak! Kau cocok. Lihatlah dirimu , Bianca. Kau itu cantik. Hanya saja kau tidak menyadarinya".
Bianca bergumam dan kembali menatap dirinya di cermin.
"Apa kau mau bertaruh denganku? Mulut Ethan akan terbuka ketika melihatmu" ujar Jenny dengan 1000% yakin.
Bianca berdecih. "Mustahil".
"ya, sangat tidak mungkin untuk tidak terpaku melihatmu yang tidak pernah mencuci rambut" gurau Jenny.
Bianca tertawa sangat keras dan mengambil sepatu silvernya yang berkilau dari kotaknya.
"Jadi, kita akan pergi sekarang?" tanya Jenny.
Bianca mencoba menekan perutnya. Dia takut jika orang-orang melihat, mempelai wanita berperut buncit.
"Baiklah. Ayo!" ujar Bianca sambil meminta Jenny untuk menuntunnya keluar dari kamar hotel karena ia kesulitan dengan kerudung dan heelsnya yang setinggi 15 cm.
Jenny mengunci pintu kamar hotel. Dan menuntun Bianca berjalan menuju aula.
Namun sebelum mereka berhasil sampai dilift, mereka terkejut dengan kedatangan dua orang polisi yang baru saja keluar dari pintu lift dan berjalan kearah mereka.
"Astaga! Bagaimana ini Jenny?!" tanya Bianca panik.
Jenny mencoba memikirkan sesuatu. dan satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah berjalan lawan arah.
"Permisi Nona?" tegur salah satu polisi memanggil mereka. Mereka berdua terhenti sejenak dan saling memberikan tatapan satu sama lain.
"Ya, Tuan?!" sapa Jenny pada kedua polisi itu.
Bianca mematung di tempat. Dia tidak akan membalikkan tubuhnya atau dia akan celaka.
"Kami ingin bertanya, apakah anda tahu dimana kamar nomor 405?".
Mereka berdua menegang.
"K-kami . . Tidak. K-kami tidak tahu" jawab Jenny gelagapan.
Salah seorang temannya menendang kakinya dengan tangan dipinggang. "Apa kau bodoh? Kita hanya tinggal melihat papan angka yang terpasang di pintu kamar. Untuk apa kau menanyainya?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away With MR.'SHELDON'
Romans"Bagaimana mungkin aku bisa mencintai dan mencurigai seseorang dalam waktu bersamaan?"- Bianca. Bianca benar-benar benci hari itu. Hari dimana dirinya di pecat dari tempat kerjanya dan putus dengan pacarnya yang selingkuh dengan sahabatnya. Kebusuk...