Bagian 6

5.2K 192 18
                                    

Pengawas hari ini diruangan didi dan juga ale adalah bu ana,guru bk yang sangat dibenci oleh didi. Bu ana berdiri didepan meja guru dan membuka map yang berisi soal dan lembar jawaban. Dibantu oleh altha selaku orang yang berada didepan membagikan soal kemurid semua. Ruangan tampak sedikit gaduh karena soal yang diberikan masih kurang.

"diam anak-anak!" bentak bu ana dengan mata melotot. Kelas seketika hening dan menatap bu ana dengan ketakutan. Setelah semua sudah mendapatkan soal dan lembar jawaban,bu ana berkeliling menonton satu persatu meja yang ditempati setiap murid. Meja hanya harus ada bolpoin,tip-ex dan juga papan untuk mengerjakan soal.

"waktu kalian hanya 120 menit,kerjakan sendiri jangan ada yang mencontek,jika salah satu kalian ada yang mencontek Maka raport tidak akan sampai ketangan orang tua kalian" bu ana tersenyum smirk,dan kembali berjalan ketempat duduknya. Murid yang lain hanya mendengarkannya dan sibuk mengerjakan soal masing-masing. Mapel Hari ini adalah bahasa inggris,sejarah dan juga bahasa indonesia. Hari kedua 2 uts memang 3 mapel,dan pulang akan sedikit lebih sore. Disebabkan karena jum'at hari terakhir uts maka semua jadwal diubah menjadi 3 mapel,sesuai dengan rancangan waka kesiswaan. Bu ana memicingkan kedua matanya mengamati semua murid apakah ada yang mencontek apa tidak,tangannya mengetuk meja berkali-kali. Didi menyenderkan kepalanya di meja dengan bolpoin ditangan kanannya,lembar jawabnya masih kosong hanya di isi beberapa jawaban yang ia bisa.

Tukk.. Tip-ex itu mendarat tepat dikening didi,ia kembali duduk dan melihat siapa pemilik tip-ex itu. Matanya melotot melihat seorang pria disampingnya sibuk mengerjakan soal. Didi sudah tau pasti ini ulah siketos songong itu.

"lo mau cari ribut lagi!" bisik didi. Ale hanya menggidikan bahunya dan mengabaikan bisikan didi. Meladeni didi memang tidak ada habisnya,selalu saja menjadi rumit dan panjang. Dari pada ia mendapat semprot dari bu ana mending ngerjain soal yang masih banyak dikosongi.

"dasar tuli!" ucap didi sedikit keras. Kedua tangannya menutup mulutnya rapat-rapat,mulutnya benar-benar tidak dapat diajak kompromi saat ini. Bu ana sudah menatapnya dari depan,siap-siap untuk keluar ini mah.

"iya didi ada apa?" tanya bu ana yang berjalan kesampingnya. Didi hanya menggeleng dan tersenyum paksa terhadap guru paruh baya itu.

120 menit sudah usai semua sudah mengumpulkan soal dan jawaban kedepan,tas yang berada dial-mari bok belakang sudah kosong. Hanya ada satu tas ransel dibelakang dan itu milik didi. Gadis itu sudah keluar dari ruangannya,dengan rambut yang ia gerai seperti tadi pagi. didi berjalan kearah rooftop sekolah sendirian tanpa kedua temannya. Sepi,itulah yang dicari didi saat ini. Suasana sangat sejuk,dengan satu bangku dan 4 kursi yang disediakan disini. Biasanya rapat osis akan diadakan dirooftop ini jika ruangan dipakai guru untuk rapat dadakan. Didi mengeluarkan sepuntung rokok dari kantong roknya tidak lupa dengan korek api yang ia genggam. Sudah 3 hari ia tak menghisap barang mungil itu. Dan hari ini ia sudah memiliki tekat untuk merokok disini dirooftop sekolah.

Menikmati udara sejuk sendiri diatas rooftop memang kesenangan semua orang,tanpa ada yang mengganggu dan fikiran pun menjadi tenang. Tidak hanya itu saja,membuat hati menjadi dingin seketika. Didi tersenyum membayangkan dirinya waktu smp,waktu sebelum ia menjadi badgirl seperti ini. Dimana ia menjadi anak polos yang selalu mendapat ranking. Tapi itu semua hanya kenangan yang sudah lenyap diangannya,kenangan yang sangat ia rindukan. Mempunyai banyak teman,sering hangout bareng,kerja kelompok bareng. Bahkan ia juga merindukan kasih sayang seorang ayah,weekend bersama keluarga diruang tengah dengan tawa bahagia yang menyelimuti keluarganya.

Satu hisapan lagi rokok itu akan habis dimulut didi,pahit! Itu yang didi rasakan saat ini. Sejak kedua orangtuanya bercerai,didi berubah menjadi gadis bad. Suka ke club,suka pulang malam,tidak pernah belajar dan selalu bangun kesiangan. Ayahnya yang selalu sibuk dengan dunia pekerjaan sampai akhirnya ketahuan selingkuh oleh ibunya,dan dari itu keluarganya menjadi pecah. Herman ayah didi memilih bercerai dan mengikuti istri mudanya dimedan,bahkan herman sudah memantapkan dirinya untuk pindah agama menjadi katholik. 2tahun lamanya herman tidak mengabari didi,sebatas ucapan selamat tinggal pun tidak. Terakhir ayahnya mengabari jika ia sudah dimedan. Dan dihari itu juga didi sudah memutuskan ia akan menjadi gadis bad tidak seperti dirinya yang polos. Resiko yang diterima didi memang banyak,tapi itu sudah keputusan bulat yang ia ambil.

Setetes demi tetes air mata itu turun dari kelopak mata cantik didi,sesak didadanya sangat terasa. Ia rindu,rindu ayah dan keluarganya.
"ayah nggak kangen didi" gumamnya. Tangannya mengusap kedua pipinya yang sudah basah dengan air mata yang mengalir deras. Sesak didadanya masih terasa jelas,semakin ia memikirkan itu semua semakin didi merasakan sakit yang ia pendam selama ini. Satu puntung rokok yang ia ambil lagi dari kantongnya kembali ia hisap untuk menenangkan dirinya,didi sudah tidak peduli jika ia harus ketahuan oleh guru ataupun yang lainnya. Ia sudah kebal dengan ocehan guru bk yang selalu menceramahinya,toh itu semua juga tidak penting untuk didi. Paling juga diskors,enakan kalau diskors nggak ketemu siketos itu.

Dukk..dukk..dukk.. Didi menoleh kesumber suara,dari atas terdengar jika ada orang yang akan kerooftop. Senyumnya mengembang ada orang yang bisa ia ajak mengobrol disini,tapi itu semua hanya senyum sementara. Ekspresi didi berubah menjadi datar ketika mengetahui siapa yang menghampirinya.

"lo ngerokok?" tanya orang itu. Didi tersenyum licik dan menghisap kembali puntung rokok yang tersisa.

"buang rokok lo sekarang juga!" tegas orang itu. Didi mengabaikannya,ia malah semakin menjadi menghisap rokok itu dan membuang asap didepan cowok tersebut.

"gede juga nyali lo" cowok itu tersenyum kepada didi dan berjalan mendekati didi yang berdiri tepat 1 meter darinya.

"mau apa lo!" teriak didi.

Bad Girl Vs Ketua Osis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang