bagian 7

4.9K 225 17
                                    

Cowok itu terus mendekat kearah didi. Dengan sigap menarik tubuh didi dan membuang puntung rokok itu kesembarang arah. Didi gelagapan apa yang akan dilakukan oleh cowok itu,tanpa sepengetahuan didi.

"le lo apa-apaan sih!" le? Cowok itu memang ale. Niat ale untuk kerooftop hanya ingin menenangkan hati dan fikirannya yang sedang kalut. Ia tidak menduga jika diatas ada didi yang sedang merokok. Benar-benar gadis urakan,itu lah fikiran ale sekarang. Dengan sekuat tenaga,ale menggendong tubuh didi dibahu kirinya. Ia harus siap mental mendengarkan teriakan didi yang membuat telinganya sakit.

"LE TURUNIN NGGAK!" susah payah yang didi lakukan untuk membuat ale menghentikan aktivitasnya hanya sia-sia. Sekeras apapun ia berteriak hanya ditepis matang-matang oleh ale. Semua orang yang berada dikoridor melihat kesumber suara,tercengang dengan apa yang dilakukan oleh ketua osis mereka. Beruntung,itulah fikiran para murid yang melihat adegan didi dengan ale. Tepat didepan ruang BK ale menghentikan langkahnya dan menurunkan didi dari bahunya.

"maksud lo apaan sih"

"masuk" ale mendorong tubuh didi sedikit kasar. Bu ana selaku guru bk kelas 11 menatap mereka dengan seksama.

"iya ada apa ale?" tanyanya.

"gini bu,didi ngerokok di rooftop" Bangke! Didi tersontak kaget,permainan bener-bener dimulai saat ini.

"apakah bener itu di?" tanya kembali bu ana.

"nggak bu,ale bohong. Kalau saya ngerokok mana buktinya,ale kan nggak punya bukti"

"oh nggak punya bukti ya! Coba keluarin isi kantong lo sekarang" didi menepuk keningnya pelan,lagi-lagi ia harus kalah dengan si ketos itu. Dengan menurut didi mengeluarkan isi kantong roknya,dan benar saja disana masih ada 1 puntung rokok lagi didalamnya dan juga korek api yang biasa didi pake.

"ale silahkan keluar biar saya bicara sama si gadis ini" ale dengan senang hati keluar dari ruang bk. Senyum kemenangan ia lihatkan kepada didi saat ini.

"duduk!" tegas bu ana.

"kenapa kamu ngerokok?"

"ya karena hobby bu" santai sekali Jawabnya,bener-bener nyari mati ni anak.

"hobby kamu bilang! Kamu nggak tau ini sekolah didi!" suara bu ana naik satu oktaf membuat orang yang berada diruangan melihatnya dengan ketakutan.

"emang masalah buat ibu? Lagian yang ngerokok saya kok ibu yang repot" wajah bu ana benar-benar merah padam. Didi kok dilawan!. Didi terus tersenyum jahil,pasti ia akan di skors dan itu kesempatan baginya untuk mengistirahatkan otaknya sejenak dari sekolah.

"kamu itu sudah punya banyak poin di,kamu nggak ada kapoknya!" didi tersenyum kecut mendengarkan setiap perkataan bu ana.

"ibu mau skors saya? Skors aja bu,saya seneng malah"

"saya nggak akan skors kamu,jangan kira kamu itu cucu pemilik sekolah ini bisa sewenang kamu ngelakuin apa aja ya di disini! Kamu nggak lihat nilai kamu jeblok semua! Sebagai hukumannya kamu saya hukum belajar bareng bersama ale selama 3 bulan sebelum menghadapi uas" mati! Mati! Batin didi. Lebih baik didi diskors dari pada harus belajar bareng dengan si makhluk songong itu. Bisa-bisa ia kurus karena setiap hari ribut sama si ale. Memang sih pemilik sekolah ini adalah kakek didi lebih tepatnya ayah dari ibunya. Tapi didi lebih senang membuat ulah dari pada harus berdiam seperti orang bisu.

"sekarang kamu keluar dari ruangan saya,karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Nanti saya akan ngomong sama ale untuk hukuman kamu" bu ana memegang kepalanya yang sudah pening mengurus masalah didi yang tak kunjung selesai. Gadis itu selalu saja membuat onar,untung saja didi tidak tonjok-tonjokan disekolah. Didi hanya menganggukkan kepalanya malas dan segera keluar dari ruang bu ana. Kedua tangannya terus meremas rok berwarna abu-abu itu,masalah besar sedang menimpanya. Ia tidak boleh hanya tinggal diam,belajar itu adalah hal yang paling dibenci didi.

Berjalan dikoridor sendiri dengan tatapan sinis dari beberapa murid membuat didi sedikit risih,tujuannya saat ini kembali ke kelas dan akan mengomeli orang yang bernama aleandro hakim. Belum sempat masuk kelas,didepan pintu sudah ada risa CS yang menatapnya dengan sinis. Masalah apa lagi yang akan dihadapi oleh didi.

"heh gadis urakan!" didi memicingkan kedua matanya.

"duh ada si cabe nih" dengan gaya centilnya didi membalas ucapan risa,

"cabe ngatain cabe" sinis salah satu teman risa berbadan tinggi itu. Didi sedang tidak mood untuk ribut dengan risa saat ini,mulut pedas risa benar-benar membuatnya malas bertemua siapapun.

"minggir gue mau masuk" 3 gadis itu masih saja tetap ditempatnya. Tidak mau pergi dari hadapan didi. Bahkan caca teman satu geng risa mendorong bahu didi kasar.

"gue nggak mau nyari ribut apalagi ini dalam waktu uts" memutar kedua bola matanya dengan malas,lalu didi pergi dari hadapan mereka bertiga. Memang saat ini moodnya sedang tidak membaik,apalagi risa yang membuatnya emosinya tersulut. Untung didi masih bisa menahan emosi yang sedari tadi berkobar. Sampai didepan kelas dekat meja guru,didi fokus dengan keadaan kelas orang yang dicarinya entah enyah kemana saat ini. Dikelas tidak ada,hanya ada manusia-manusia yang didi tidak butuhkan saat ini. Kedua matanya terus fokus keseluruh penjuru kelas.

"di nanti ke club yuk" didi hanya melirik gea temannya yang datang dari kantin dengan membawa satu botol air mineral digenggamannya.

"lo udah satu minggu ini nggak kesana,ayolah gabung sama mike dan yang lain" ajak tara. Didi menghela nafasnya kasar,rambutnya yang semula ia gerai sekarang berubah menjadi dikuncir disamping.

"gua lagi males kesana,apalagi ketemu sama michelle"

"michelle udah nggak pernah ke club,dia mau pindah ke jerman"

"beneran lo,oke gue dateng nanti jam 7" gea dan tara tersenyum tanda bahagia. Didi mau lagi ke club bermain dengannya dan yang lain,memang akhir-akhir ini didi tidak diperbolehkan oleh ibunya untuk keluar. alasan yang logis karena memang mau menghadapi ulangan tengah semester gasal,lagian didi juga tidak pernah belajar percuma ibunya mengurung diringa dirumah. Terasa Ganjil jika club tidak ada didi,tidak ada yang membuat ulah kepada karen.

"oke gue jemput nanti bareng tara" mereka berdua pergi dan duduk dikursi masing-masing. Sedangkan didi mengikutinya dibelakang dengan malas.

Jangan lupa vote terutama comment buat cerita aku yang sangat amat jelek dan amatiran ini,kasih saran biar aku bisa semangat nulis 😊
Bagian 8 akan segera dipublish.

Bad Girl Vs Ketua Osis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang