Bagian 16

4.2K 165 20
                                    

Kata sederhana, namun kadang diabaikan. Maaf terimakasih. Selamat malam.
-Ladiva grace-

[dahlan dan rangga]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[dahlan dan rangga]

2 gadis itu menurun eskalator bersamaan, mencari salah satu temannya yang tak kunjung bertemu. Dengan keadaan perut yang masih kosong, dengan lemas mereka terus mencari gea. Didi sengaja mengajak tara buru-buru keluar dari gedung XXI itu, ada satu alesan mengapa dirinya harus cepat mengajak tara pergi. Apalagi disana juga ada gladis, ia tak mau ribut lagi dengan gadis itu. Cukup beberapa tahun yang lalu mereka ribut. Kedua matanya terus melirik keseluruh penjuru restaurant mall, dan benar disana ada gea dan 3 laki-laki. Tara menarik tangan kanannya dan segera masuk ke mcd.

"gea lo keterlaluan banget sih, gue cape tau sama didi" omel tara. Gea hanya menyengir dan mempersilahlan kedua temannya duduk dibangku yang masih kosong.

"ngomong mulu, lo berdua mau pesen apa biar gue aja yang mesenin. Kasihan udah keringetan begitu" keduanya tersenyum bahagia dan mengambil buku menu yang sudah disediakan.

"teriyaki chicken rice,triple burger with chesee, fise bites, minumnya iced cofee jelly sama macchiato" ucap didi. Kelima orang itu menganga tak percaya, bagaimana bisa percaya badan sekecil kancil pesen makan segitu banyaknya. Gea menelan ludahnya pelan-pelan.

"busett lo doyan apa laper sih" tanya tara. Didi tersenyum dan menyodorkan buku menu ke tara.

"gue teriyaki chicken rice sama french fries, minumnya iced lychee tea"

"oke gue pesen dulu" gea beranjak dari tempat duduknya, kedua temannya masih belum menyadari bahwa disampingnya ada 3 laki-laki masih berseragam melihat kedua gadis itu dengan seksama.

"ehem" dehem rangga, membuat didi menoleh dan membulatkan kedua bola matanya. Kaget bukan main, bisa-bisanya ia tak tahu jika ketiga manusia itu berada disebelahnya. Ale dan juga dahlan menahan tawanya yang akan meledak melihat ekspresi dari dua gadis itu.

"lo bertiga sejak kapan duduk disitu?" tanya tara dengan seksama. Apa saking seriusnya mereka berdua memilih makanan di buku menu itu, sampai-sampai mereka tak tau disampingnya ada tiga orang melihatnya.

"hahahahahaha" tawa dahlan ale meledak, menggema seisi ruangan. Membuat orang disampingnya melihat dengan tatapan horor. Bagaimana tidak suara yang menggelegar, membuat orang-orang disekitar menghentikan aktivitasnya hanya karena terkejut teriakan mereka berdua. Jika rangga tahu mereka akan tertawa seperti ini, ia lebih dulu keluar dari tempat ini dan memesan makanan ditempat lain.

"bisa diem nggak lo berdua!!" gertak rangga, raut wajahnya sudah benar-benar memerah. Ia malu, ia marah dengan kedua temannya, untung ganteng kalau nggak udah diusir sama mbak-mbak pelayannya mungkin.

"sans ae dong ngga, ih gitu aja marah" celetuk dahlan sambil menoel dagu rangga.

"colek-colek ae terus, gue tonjok bibir lo"

"galak amat cih,dedek takut"

"dedek dedek tai lo"

Didi yang melihat kedua cowok itu terus berdebat membuat kedua telinganya panas. Ia jadi ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini, dan enyah dari mereka semua. Namun sialnya cowok yang ia hindari terus-menerus itu melihatnya, apakah tidak tau jika sekarang ia risih melihatnya dengan tatapan seperti mengintimidasi. Didi terkesiap begitu kedua bola matanya bertemu dengan sorot mata itu. Begitu teduh, dan mampu membuat siapa saja tenggelam dengan menatapnya langsung seperti ini.

"di makanan lo udah dateng" ucap gea, tapi sama sekali tak digubris oleh gadis itu. Didi seolah lupa dengan apa tujuannya pertama kali ia memasuki tempat ini, sampai kedua temannya menepuk bahunya bersamaan.

"eh iya ada apa sih nepuk-nepuk?" keempat orang itu melihatnya dengan heran, didi hanya tersenyum malu lalu kedua tangannya mengambil salah satu makanan yang sudah dipesankan oleh gea.

Demi apapun didi sangat malu memesan makanan sebanyak ini, apalagi cowok itu terus melihatnya yang sedang meminum macchiatonya. Namun ia jauh lebih malu apabila ia harus menghabiskan makanan semuanya nanti dikira cewek makannya banyak lagi, tapi ia sangat lapar bahkan cacing diperutnya sudah mendemo dari tadi. Sudah lebih dari 3 menit mereka semua masih setia melihatnya, ia benar-benar dibikin mati kutu. Dan parahnya tadi ia ketahuan sedang tatap-tatapan dengan ale.

"kok nggak makan, ayo dong dimakan hehe" ucapnya malu. Ale tersenyum dan ikut menyantap makanannya diikuti yang lainnya.

"eh di gue mau nanya"

"iya ngga tanya aja"

"setau gue nih, lo sama ale kan nggak akur. Kok dari tadi lo ngeliatin ale terus sih"

"uhukk..uhukk.."

"minum dulu di" ale menyodorkan minum untuk didi, sebaliknya didi mengambil gelas itu dengan cepat lalu menyesapnya hingga setengah.

"cieeeeee" ucap mereka serempak. Sabar di sabar, nggak boleh brutal lagi inget ada ale. Eh kok jadi ale sih, dikira suka beneran lagi.

"ka..ka..kata siapa gue ngeliatin dia, nggak liatin dia ko. Tadi gue ngeliatin mas-mas cogan lewat" alibinya. Tara yang tadinya diam karena sibuk dengan makannya akhirnya angkat bicara.

"boong lo, gue aja tau tatapan lo ke mata ale. Lo berdua saling tatap-tatapan kan. Udah deh kalau saling suka nggak usah ada gengsi"

"mulut tara kenapa jadi kaya knalpot gitu si, nggak ada berentinya. Udah ngomongnya seenak jidatnya jenong lagi, tercyduk deh gue" batin didi kesal.

"ko diem di?" giliran dahlan yang bertanya. Ia harus jawab apa dong, jujur? Mau ditaruh dimana muka didi. Nggak dijawab pasti nyangkanya beneran.

"gue ketoilet dulu ya" pamitnya. Padahal ia sama sekali tak berniat untuk ke toilet, hanya alasannya saja agar terhindar dari omongan mereka semua.

"gue juga" ale ikut-ikutan keluar dari tempat itu dan menyusul didi ketoilet yang tak jauh sudah berjalan didepannya.  Ia terus mengejar didi, dan menarik tangan gadis itu.

"eh" ucapnya lirih. Ale membawa gadis itu disalah satu tempat jauh dari tempat makan mereka tadi.

"di" panggilnya. Didi melihatnya dan menatap kedua bola matanya.

"gue suka sama lo" 4 kata yang membuat didi bungkam, seolah lidahnya tidak bisa untuk bicara dengan cowok itu. Ia terus mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, ia juga menampar pipi kananya pelan.

"ini beneran gue nggak mimpi"

"di" untuk kedua kalinya ale memanggilnya. Ia harus bagaimana? Pergi meninggalkan ale atau, tetap disini dengan ale.

Hello, kembali lagi dengan author. Jangan lupa vote dan comment ya 😍😍😍

3 maret 2018
Sisil

Bad Girl Vs Ketua Osis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang